13 | Bukan Asing

783 57 3
                                    

"Gue udah sembuh. Lo harus kasih gue hadiah."

Ucapan Sera itu mengusik Arkala sekali lagi. Mereka baru saja selesai dengan kegiatan belajar, saat ini akan turun ke parkiran.

Banyak kemajuan yang terjadi di hubungan Arkala dan Sera setelah percakapan mereka di UKS.

Pertama, Arkala lebih memilih mendengar hati. Ia menolak menjadi bodyguard yang dibayar Riandi, tetapi tetap sebisanya menjaga Sera di sekolah.

Kedua. Sera belajar dengan serius. Gadis itu sudah berhasil mendapat nilai 60 di tiga latihan terakhir pelajaran matematika.

Ketiga, ini. Yang sekarang sedang Arkala alami. Pemuda itu mulai benar-benar membiarkan dirinya diusik oleh segala sesuatu tentang Sera, termasuk permintaan konyol seperti yang tadi.

Sejak kapan ada tradisi memberi hadiah pada orang yang baru sembuh sakit? Lagipula, sudah lama sekali sejak Sera sembuh dari demam itu.

"Lo pulang naik angkot, Ser?" Arkala bertanya, lalu gegas meraih lengan gadis di depannya. Sera nyaris tersandung anak tangga karena terlalu asyik menatapi langit. "Jatuh, jadi ongol-ongol lo!"

"Ongol-ongol? Tante Winda nggak buat kue itu lagi?"

Bola lampu di atas kepala Arkala menyala. Kebetulan sekali Sera menyinggung itu.

Pemuda itu mendapat ide. Hadiah untuk Sera karena sudah sembuh adalah kue ongol-ongol. Mereka akan membuatnya di rumah, sekarang. Kebetulan, Arkala mendapat kabar bahwa ibunya pulang lebih awal tadi.

Tidak menolak, Sera akhirnya ikut Arkala ke rumah si pemuda. "Lo nggak bakal marah lagi, kan, Ka?" Ia memastikan.

"Tergantung mulut lo." Ia menggoyangkan bahu agak kasar, sebab dua tangan Sera sudah bertengger di sana. Kebiasaan aneh gadis itu saat sedang dibonceng.

"Masih nggak boleh dipegang, Ka?"

"Pegangan ke belakang kalau nggak mau pegang sini." Si pemuda menunjuk pinggangnya. "Geli!"

Sera mengangguk saja. Ia memutuskan tak berpegangan pada apa pun.

"Lo mau jatuh dari motor? Gue nggak ada uang bayarin rumah sakit, lo." Arkala menarik satu tangan Sera untuk melingkar di pinggang. Gadis itu menolak.

"Geli." Pelan-pelan si gadis memegangi pundak Arkala. "Sini aja. Kalau nggak, nggak usah pegangan sekalian."

Arkala berdecak. Membiarkan dua tangan Sera di sana, lalu membawa motor meninggalkan sekolah.

***

Berbeda dengan kunjungan pertama, kali ini Sera harus menunggu kue yang diminta dibuat dulu. Malas duduk saja di ruang tamu, gadis itu ikut ke dapur ibunya Arkala.

Gadis yang duduk di dekat Winda itu awalnya fokus ke proses pembuatan kue. Namun, melihat Luis datang dan kesusahan mengambil gelas dari rak, ia pun membantu.

"Gelasnya untuk apa?"

"Mau buat teh manis."

Tak jadi memberikan gelas yang sudah ia raih, Sera menimbang. "Mau aku bantuin? Nanti kamu kena air panas."

Tersenyum, Luis mengangguk. Ia pun memberi instruksi pada Sera soal di mana tempat gula, teh dan air panas.

Tak lama, Sera menghidangkan satu gelas teh untuk anak itu.

"Kamu kelas berapa?"

"Kelas tiga." Luis mengacungkan tiga jarinya.

"Hobinya apa?"

First (Touch Your Heart) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang