"Iya, Ka?"
Arkala menarik napas diam-diam usai Sera di ujung telepon bersuara. Pria itu membasahi bibir berusaha menjadi tenang. Sejak Sera berkata ingin PDKT dengan Sean dua hari lalu, Arkala sudah mengalami sulit tidur, tidak selera makan dan uring-uringan. Tidak tenang.
Arkala tidak tenang? Sedikit. Sebab Sera bisa-bisanya bersedia menjajaki babak saling mengenal dengan seseorang seperti Sean. Sean temannya Budi yang sudah terkenal punya banyak mantan pacar.
"Di mana lo?" tanya Arkala dengan suara yang dibuat santai. Padahal, satu tanganya sudah mengepal di atas lutut.
"Di mini market. Mau jalan ke apartemennya Sean. Dia mau beli sesuatu dulu katanya."
Dahi Arkala berlipat. Giginya saling beradu. "Ke apartemen Sean?"
"Iya. Tapi ini lagi di mini market. Dia mau beli barang dulu katanya. Du--dur**. Iya, beli Dur**."
Arkala tersentak. Dia berdiri. Bibirnya terbuka, tetapi tak ada suara atau kalimat yang terdengar. Laki-laki ini terkejut. Kepalanya kosong.
"Di mana alamat Sean?" tanya Arkala saat sudah berhasil menemukan kesadaran.
"Sean udah selesai, Ka. Udah dulu, ya."
Sambungan diputus. Menyisakan hampa dan geram yang menyelimuti. Arkala meremat ponselnya kuat. Matanya menyorot penuh amarah.
Kakinya mulai bergerak. Keluar dari kamar, berlari menuju motor di halaman. Sekarang bukan waktunya bersikap sok tenang lagi, 'kan? Sera dalam bahaya. Gadis itu akan masuk ke sarang buaya rawa.
"Bang, Ar? Mau ke mana?"
Pada Luis yang bertanya, Arkala hanya melirik sekilas. "Mau jemput Kak Sera. Kalian tunggu Ibuk, ya. Jangan nakal."
Sepeda motor Arkala melaju. Kencang, menuju di mana pun Sera berada sekarang.
Entah apa yang merasuki Sera hingga punya ide ingin memiliki pacar. Selepas Bang Jul menikahi Kiandra, gadis itu jadi gencar mencari kekasih. Dan, Budi malah menambah ruwet situasi dengan memperkenalkan Sean.
Arkala sudah beberapa kali bertemu Sean. Bukan saat bersama Budi, melainkan di kelab malam yang sering ia datangi ketika penat. Gila memang si Budi itu sampai-sampai tega memilihkan Sean untuk Sera.
Tadi, beberapa jam lalu, Sera mengabari Arkala. Kata si gadis akan pergi menghabiskan malam minggu dengan Sean. Arkala sudah sempat melarang. Pun sudah menawarkan diri untuk menemani sebab Arkala baru putus dari Renata kemarin dan tak punya agenda kencan. Namun, Sera membantah dan nekat pergi sendiri.
Apa tadi yang Arkala dengar? Sean membawa Sera ke apartemen, setelah singgah di mini market untuk membeli Dur**? Jingan! Arkala bersumpah akan meremukkan semua tulang yang Sean punya hari ini.
Sudah cukup jauh berkendara, Arkala menepikan sepeda motor. Lelaki itu mendial kontak Budi.
"An*ing! Di mana apartemennya si Sean?" Tanpa basa-basi, lebih-lebih sopan santun, Arkala bertanya. Dia sudah masa bodoh.
Budi di seberang sana mengernyit heran. Pertama, mengapa ia disapa dengan makian? Kedua, untuk apa Arkala menanyai alamat Sean?
"Sean yang lagi jalan sama Sera?" tanya Budi sembari melepas tawa mengejek.
"Kalau sampai ada apa-apa sama Sera, lo ikutan gue jadikan rempeyek! Cepetan! Alamat Sean, kutu!"
Budi berdecak. "Congormu sok bilang cuma teman. Cuma sahabat. Dia jalan sama cowok lain sekali aja, cemburunya udah kayak apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
First (Touch Your Heart)
Teen FictionSera Riandi. Remaja yang hobi mencatat semua uang yang papanya keluarkan untuknya. Dicatat sebagai utang, nanti setelah bekerja akan dilunasi dengan cara mencicil. Takut memberi kepercayaan pada orang lain, Sera juga merasa tak pantas menerima semu...