Extra Part (1)

868 51 1
                                    

Anjani sudah mengenakan helm, bersiap naik ke boncengan motor sang pacar, Arkala. Namun, Arkala malah menoleh dan menatapnya lamat-lamat.

Sudah pukul delapan malam sekarang. Mereka tak punya janji kencan, karena sudah sama-sama lelah sehabis bekerja. Namun, sepertinya Arkala punya sesuatu yang ingin disampaikan.

"Kamu ingat tiga poin perjanjian sebelum kita resmi pacaran?"

Anjani mengangguk.

"Satu?"

Gadis berambut sepunggung itu berdeham. "Dilarang bertanya soal keluarga kamu."

Arkala tersenyum puas. "Dua?"

"Jangan mikir macam-macam atau curiga sama hubungan kamu dengan gadis bernama Sera."

Si cowok menepuk lembut kepala Anjani yang terlindungi helm. "Bagus. Hari ini, kita ke kafe bentar, ya? Aku mau ketemu Sera."

Usai mendengar itu, Anjani diam-diam merasa risih. Namun, gadis itu tak menunjukkannya dan berkata setuju untuk diajak bertemu dengan perempuan bernama Sera yang Arkala sebut sebagai sahabat.

"Ada acara apa?" tanya Anjani ingin tahu.

Arkala mengangkat bahu. Ia menyalakan sepeda motor. "Tumben-tumben itu anak ngajak ketemu di hari kerja begini."

***

Arkala melihat Budi melambaikan tangan padanya, sesaat setelah ia tiba di salah satu kafe. Pria itu mengulum senyum saat melihat sosok Sera yang barusan berjongkok dan masuk ke kolong meja.

Lelaki itu berjalan cepat. Tak sengaja melepas genggaman tangannya dari Anjani, untuk bisa segera berdiri di samping meja persegi empat yang dihuni Sera.

Arkala memegangi ujung meja yang runcing. Mencegah kepala Sera membentur sisi tajam itu. "Ngapain, sih, Ser?"

Si gadis yang ditanya menegakkan tubuh. Ia memperlihatkan sejumput kuaci yang ada di telapak tangan. "Tadi jatuh," jelasnya, kemudian duduk.

Menarik kursi untuk Anjani, Arkala memperkenalkan pacarnya itu pada para sahabat. Budi dan Andre tersenyum-senyum, sesekali terbatuk sambil menyebut nama-nama mantan kekasih Arkala.

Ini memang bukan yang pertama mereka diperkenalkan dengan pacar Arkala. Semenjak kuliah, teman mereka yang satu ini memang makin suka tebar pesona dan makin mahir menaklukkan para gadis.

Mereka sudah lulus SMA dua tahun lalu. Sekarang sama-sama kuliah, tetapi di kampus yang berbeda. Hanya Budi, Tiara dan Andre yang satu universitas dan satu jurusan. Arkala kuliah sambil kerja, Sera masih menjadi pegawai magang di kedai martabak ayahnya.

Mereka tetap terhubung. Entah saling bertukar kabar dan cerita di grup pesan atau saling menghubungi lewat telepon. Beberapa kali bertemu dan melepas rindu. Ini yang pertama Sera duluan mengajak. Biasanya, gadis itu paling sibuk. Susah diajak berkumpul.

"Lo habis dari mana?" Arkala menatapi Sera dari ujung rambut ke ujung kaki. Penampilan gadis itu tak seperti habis dari rumah. Terlihat lelah dan mengantuk, dahinya  berkilau karena minyak alami kulit.

"Habis ngerjain tugas kelompok."

Si lelaki mengangguk. "Penting banget ketemuan di Jumat malam begini?"

Sera mengangguk. "Gue butuh bantuan kalian."

Gadis itu mulai menjelaskan. Jadi, ia butuh teman-temannya membuat semacam pengakuan. Keempatnya, di hadapan Kiandra, calon istrinya Julian yang sedang marah.

"Gue nggak tahu apa yang ada di pikiran Kak Kia, sampai dia bisa ngomong gitu sama Kak Julian. Nuduh Kak Julian punya sister complex, suka sama gue?" Ia menunjuk wajah dengan raut geli.

First (Touch Your Heart) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang