14 | Fungsi Batu

789 60 2
                                    

Arkala menarik gelas jus stroberi yang tadinya ia pesankan untuk Sera. Pemuda itu tampak sedikit kecewa.

Sore ini, kebetulan kantin masih buka, mereka memilih tempat itu untuk lokasi Sera menyelesaikan soal latihan. Soal latihan yang benar-benar harus gadis itu kerjakan sendiri, tanpa meminta bantuan Arkala, karena mereka sudah mengulang materi tersebut lebih dari tiga kali.

Seperti biasa, Sera mentraktir Arkala. Si pemuda memesan jus stroberi dan beberapa camilan. Sayangnya, Sera berkata ia alergi buah kesukaan Arkala itu.

"Bisa-bisanya lo alergi stroberi."

Sera yang berusaha fokus pada soal-soal di kertas memberikan anggukkan saja. Gadis itu punya tekad, kali ini nilai latihannya harus 70.

Membiarkan sang teman konsentrasi, Arkala memilih mengeluarkan buku PR-nya. Ikut larut dalam soal-soal di sana, sembari sesekali menikmati jus dan camilan yang Sera belikan.

Mungkin itu sekitar lima belas menit kemudian, saat cowok itu merasa dirinya ditatapi. Dari arah kanan, siapa lagi kalau bukan si mata coklat.

"Apa? Udah selesai?" Ia mengintip ke kertas di depan Sera. Masih ada beberapa nomor lagi yang kosong. "Nyerah?"

Sera memainkan bolpoin di tangan. "Lo suka stroberi, Ka?"

"Iya. Aneh, 'kan? Gue yang suka stroberi sama lo yang alergi stroberi malah dipertemukan."

"Memang, apa yang enak dari stroberi? Asam, 'kan?" Sera mengetuk batang pena ke gelas jus di depan Arkala.

"Manis, Ser. Seger. Jangan makan yang asem, makanya. Banyak vitamin C-nya juga."

Si cewek mengangguk saja. Matanya tak beralih dari gelas jus. "Vitamin C bisa bikin pinter, ya? Lo suka stroberi, makanya pinter?"

Arkala tergelak. "Ya nggak gitu." Ia menandaskan isi gelas yang satu. Ekspresi pemuda itu terlihat semringah. "Lo, kalau makan stoberi, bakal kenapa?"

"Nggak bisa napas, lemas, jantung detaknya cepat, kaya mau lepas."

Si cowok langsung menjauhkan gelas yang dekat jangkauan Sera. Bisa bahaya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Arkala bisa dituntut Riandi dan Julian untuk kasus pelenyapan nyawa terencana.

"Gue nggak tahu lo alergi. Kalau tahu, nggak akan gue pesan jus stroberi," sesalnya.

Ada senyum miring di wajah Sera. "Lo merasa bersalah?"

Arkala mengerling tajam. "Gimana juga, yang bayar semua makanan ini lo." Ia merasa begitu, tetapi menolak mengutarakannya terus-terang.

Sera menepuk-nepuk bahu cowok itu. "Kalau lo ngerasa bersalah, lo bisa nebusnya kapan-kapan. Ya, nggak harus beliin jus juga. Sesuatu yang lain juga bisa."

Gadis itu sudah kembali menatap pada kertas latihan, Arkala melipat dahi. Ada yang aneh. Ada sesuatu yang ia lewatkan. Mengapa tiba-tiba Arkala merasa waspada?

Baru saja ia akan melanjutkan pengerjaan tugas rumah, suara Sera menginterupsi. Menjawab firasat aneh yang tadi ia rasakan.

"Ka. Gue inget lo udah pernah jelasin materi yang ini." Sera menggeser kertas ke dekat Arkala, melingkari salah satu nomor soal. "Mungkin, karena gue nggak bisa malas stroberi, jadinya kurang vitamin C, jadi ingatan gue nggak sebagus lo."

Arkala melihat mata Sera melirik ke arah gelas jus. Cowok itu menaruh penanya ke atas buku lumayan kasar. Ia ditipu.

"Karena itu, gue nggak pinter kayak lo. Yang ini, gue belum ngerti? Lo keberatan untuk jelasin lagi?"

Memandangi wajah lugu dan datar itu, Arkala tertawa putus-putus. Ia memegangi kepala Sera, mencengkeram lumayan kuat, seraya menggigit bibirnya sendiri. Gemas.

First (Touch Your Heart) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang