Percakapan yang semalam tak sengaja Arkala dengar mengusik pemuda itu hingga sore ini.
Ia dan Sera sedang ada di perpustakaan. Sera tengah mengerjakan soal latihan, sedangkan Arkala menatapi tahi lalat imut di pelipis si gadis. Sambil memikirkan beberapa kemungkinan.
Kenapa Sera sampai harus melakukan semua itu? Mencatat semua pengeluaran yang Riandi buat untuknya. Membayar kembali? Mencicil? Kenapa? Bukankah memang wajar seorang ayah membiayai anaknya?
Pengecualian, ayahnya Arkala. Pria satu itu memang berengsek dan jahat.
"Lakukan apa pun yang kamu mau. Papa akan tunggu, sampai kamu benar-benar percaya kalau sayangnya papa ini tulus. Bukan sesuatu yang harus kamu anggap beban apalagi utang."
Mengingat perkataan Riandi itu, Arkala menjadi semakin ingin tahu. Mengapa Sera harus sampai tidak percaya pada kasih sayang ayahnya sendiri? Menganggap itu semua utang? Harus dibayar? Pelan-pelan Arkala mendapat titik terang mengapa Sera selalu berusaha membalas apa pun yang ia dapat dari orang lain.
"Udah selesai, Ka." Sera menyerahkan lembar latihannya pada Arkala. Perempuan itu mengecek jam di ponsel. "Dua jam. Gue ngerjain dua puluh soal itu selama dua jam." Ia menggeleng frustrasi.
Arkala menyimpan lembaran tadi di dalam buku. Ia menatap Sera lamat. "Gue mau nanya."
Sera menoleh saja.
"Semalam, pas di rumah lo. Gue nggak sengaja dengar percakapan lo sama Om Riandi. Kenapa lo nyatat semua uang bokap lo yang lo pake?"
Si gadis mengalihkan pandang ke depan. "Gue bukan anak Papa."
Arkala berdecak. Ia menggeleng tak percaya. "Lawakan lo nggak lucu."
"Gue sama Kak Julian itu nggak saudara kandung. Lo mau dengar ceritanya?"
Arkala terdiam untuk beberapa waktu. Ia menyentuh lengan Sera di atas meja. "Lo serius? Sori. Gue nggak maksud."
"Nggak pa-pa. Lo mau dengar cerita gue?"
Arkala mengangguk. Pemuda itu duduk menghadap Sera sepenuhnya.
"Gue bukan anak kandung Papa. Gue diadopsi pas umur sepuluh."
Di usia sepuluh tahun, Sera yang terlunta di jalanan dan kelaparan menemukan Riandi tengah tergolek di tepian jalan di suatu malam.
Pria itu babak belur, korban tindak kriminal. Motornya diambil, uangnya dijarah semua.
Awalnya, Sera juga hendak melakukan hal yang sama. Sera sudah tidak makan selama tiga hari kala itu. Niatnya mencuri dari Riandi gagal karena pria itu sudah tak mengantongi apa pun.
"Awalnya, gue mau langsung pergi. Tapi,Papa minta tolong. Katanya, udah beberapa orang ngelewatin dia gitu aja, nggak mau nolong."
Sera masih ingat hari itu. Kali pertama, hatinya merasa iba pada seseorang. Sera bahkan sempat menangis mendengar permintaan tolong Riandi. Maka, bocah itu membantu Riandi dan membawa ke rumah sakit.
"Lo diadopsi setelah itu?" Larut dalam cerita, tanpa sadar Arkala sudah memainkan ujung rambut hitam Sera.
Sera menggeleng. Ia tak langsung diadopsi saat itu. Usai mengantar Riandi ke rumah sakit, ia pergi. Mereka bertemu lagi seminggu kemudian, di situasi yang terbalik.
"Gue lapar, jadi gue coba jambret dompet orang. Eh, ternyata dia preman. Gue ditusuk, ditinggal di pinggir jalan. Takdir kali, Papa lewat di jalan itu dan gantian nolong gue. Setelahnya, gue baru diadopsi."
Sera bercerita dengan raut tenang, Arkala malah sudah memasang wajah kelabu. Si pemuda tak menyangka jika gadis di depannya punya cerita hidup semengerikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
First (Touch Your Heart)
Teen FictionSera Riandi. Remaja yang hobi mencatat semua uang yang papanya keluarkan untuknya. Dicatat sebagai utang, nanti setelah bekerja akan dilunasi dengan cara mencicil. Takut memberi kepercayaan pada orang lain, Sera juga merasa tak pantas menerima semu...