25 | Durjana

711 46 4
                                    

Tak ada yang bisa Julian katakan saat ini. Semua kosa kata yang pernah dipelajari dan diketahui hilang tak bersisa. Pria itu hanya mampu terduduk lemas di tanah, dengan seluruh tubuh gemetar dan napas tersengal-sengal.

Rasa panas yang bersumber dari rumah nyaris hangus di hadapan belum cukup untuk menggambarkan kemarahan Julian. Kepulan asap yang memenuhi udara di sana menambah sesak yang bercokol di dada. Sungguh, Julian tak pernah berharap sesuatu seperti ini akan terjadi.

Entah apa yang bisa dipakai untuk menjelaskan keadaan yang baru saja ia lewati. Terlalu mengerikan dan kejam. Durjana agaknya tepat disematkan pada Yudi yang sekarang tergeletak tak sadarkan diri tak jauh darinya.

Arkala benar. Tempat yang pemuda itu sebutkan memang lokasi di mana Yudi menyembunyikan Sera. Mereka sampai di sini pukul satu dini hari, tepat saat salah satu warga berteriak memberitahu adanya kebakaran.

Yudi. Pria gila itu ingin membakar rumah persembunyian ini. Julian tak peduli akan hal tersebut, jika saja di dalam rumah tadi tak ada Sera. Yudi, dengan sengaja mengurung Sera di dalam kamar, sebelum menyiram seluruh bagian bangunan dengan minyak tanah, lalu memantik api.

Bedebah. Jika saja tadi Julian tiba sedikit lebih lama, mungkin ia tak akan punya adik lagi. Jika saja pria itu tak nekat menerobos api, mungkin saat ini ia akan menangisi jasad Sera.

Julian bersyukur untuk siapa pun dan apa pun yang tadi membantunya hingga berhasil melewati puing rumah yang berjatuhan dan mengeluarkan Sera dari kobaran api. Walau lengannya harus menjadi korban, pria itu sungguh lega karena sang adik selamat.

Pada Yudi, Julian sudah menunjukkan semua amarah yang dipunya. Ayahnya Sera itu, ia pukul hingga babak belur dan tak sadarkan diri seperti sekarang. Namun, meski demikian, Julian masih belum merasa puas. Ini belum impas. Perlakuan Yudi pada Sera sudah sangat keterlaluan.

Orang tua mana yang tega membakar anak sendiri? Lagipula, apa alasan Yudi melakukan itu? Sera tak pernah mengganggu Yudi. Sera tak pernah melakukan sesuatu yang salah pada Yudi. Apa isi kepala Yudi hingga bisa bersikap lebih keji dari binatang begini?

Binatang saja pasti tak sudi dibandingkan dengan Yudi. Singa, yang adalah hewan buas saja masih sayang pada anaknya.

"Kami akan membawa tersangka ke kantor polisi. Silakan Pak Julian dan keluarga juga menyusul." Seorang petugas polisi menghampiri Julian. Ia juga memberi perintah pada anak buahnya agar segera menggotong Yudi.

Julian mengangguk saja. Setelah dirasa napasnya cukup teratur, pria itu menoleh pada Sera yang tengah duduk di samping Riandi. Tanpa aba-aba, mata lelaki itu berembun. Emosinya campur aduk, tetapi yang paling terasa adalah sakit sebab mendapati tatapan kosong Sera di sana.

Gadis itu pasti terpukul. Terkejut setengah mati, karena nyaris dihabisi oleh ayahnya sendiri. Bahkan, tadi, saat Julian berhasil masuk ke rumah yang terbakar, Sera sempat tak bergerak saat ia tarik untuk meninggalkan kamar tempatnya disekap. Julian yakin, adiknya itu terguncang.

Mengumpulkan tenaga, Julian menghampiri Sera. Berjongkok di hadapannya, meraih dua tangan Sera. "Ser?" panggilnya setelah cukup lama mereka hanya saling bertatapan.

"Terbakar, Kak. Tangan Kakak terbakar." Sera mengelak tatapan kakaknya. Gadis itu menunjuk ke lengan kanan Julian. Kain kemeja di sana sudah bolong dan ada luka bakar di kulit.

Julian menggeleng, membuat senyum. "Enggak pa-pa. Ini cuma luka kecil. Kamu enggak pa-pa?"

Raut yang Sera tunjukkan pada semua orang masih tak terlalu berubah dari biasa. Tenang. Namun, sungguh sorot mata gadis itu teramat kosong. Saat menjawab pertanyaan Julian dengan gelengan, dari dua netra coklat itu hujan jatuh.

First (Touch Your Heart) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang