«Lima»

24.9K 1.4K 17
                                    

Happy Reading♡

.

.

"Beneran kamu setuju acara perjodohannya?"

Malam ini di meja makan, keluarga kecil Pranaja berkumpul. Tentu saja untuk makan malam.

"Iya, Ma." Alex menatap papanya, memberikan kedipan sebelah matanya penuh arti yang kemudian dibalas senyuman dan anggukan oleh papanya itu.

"Waaah, makin sayang sama anak mama."

Alex menjauh meninggalkan meja makan sebelum mamanya memeluknya, lagi pula makannya sudah habis.

Bukan apa-apa, dia sudah besar, dipeluk dan diciumi mamanya itu rasanya menggelikan. Bukan hanya mamanya saja, orang lain yang memperlakukannya seperti anak kecil pun membuatnya terasa geli.

Mama Alex menatap arah perginya Alex, lalu menoleh pada suaminya. "Itu dia beneran? Serius?"

Papa Alex meneguk minumannya sesaat, lalu mengangguk yakin. "Hm, dia yang bilang sendiri sama aku," sahutnya sembari terkikik geli.

Lain dengan sang papa, mamanya itu justru mengernyit merasa ada yang tidak beres. Suaminya dan anaknya itu memilik tabiat hampir mirip, takutnya melakukan rencana tak waras nantinya.

"Nanti kita omongin sama Mbak Ima, ya? Kalau bisa secepatnya."

*
* ALEXON *

Alex tanpa dosa mendorong Davin agar menggeser tubuhnya, Davin merapatkan bibir tak banyak bicara dan menurut menggeser agar Alex bisa duduk di sampingnya.

"Mau nggak?" Geo menyodorkan bungkus rokok pada Alex.

Alex menatapi teman-temannya bergantian. Di meja ini hanya Geo dan Keano yang merokok. Berikutnya ia menggeleng. "Nggak, ah! Nggak doyan," jawabnya asal.

"Halah, muka berandalan tapi kagak doyan rokok," balas Geo yang dibalas kekehan Radit di sampingnya yang sedang asik dengan ponsel.

Alex mencibir saja, ia menaikkan sebelah kakinya ke atas meja dan menyadarkan punggungnya di tembok.

"Ini belum ada yang pesen makanan?"

"Sono, No! Pesen."

Keano memutar bola mata malas. "Gue mulu," gerutunya.

Alex mengedarkan pandangan ke penjuru kantin, mencari target yang bisa 'membantunya' memesan makanan.

Senyum miring tercetak kala melihat sosok Adel bersama temannya masuk kantin. Kenapa waktunya selalu pas?

"Heh, cewek rambut diikat!"

Lagi, Alex memanggil Adel tidak dengan namanya padahal cowok itu sudah tahu nama Adel.

Merasa dipanggil, Adel menghela napas panjang saat tahu orang yang memanggilnya adalah Alex.

"Lo duluan aja, ya," ujar Adel pada temannya itu, lalu melangkah mendekat ke meja Alex.

"Ada apa?" tanyanya, mencoba terlihat biasa saja meski dalam hati was-was.

"Pesenin kita makan."

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang