«Tiga puluh tujuh»

12.3K 795 2
                                    

Happy Reading♡

.


.

Sudah lebih dari tiga hari ini, hubungan keduanya semakin merenggang. Seakan saling memisahkan diri tak ingin berinteraksi.

Jika tak sengaja beremu lalu saling pandang, Alex maupun Adel kompak membuang pandangan. Sudah tiga hari itu pula mereka berangkat dan pulang sekolah sendiri-sendiri.

Jelas aneh pada awalnya sebab mereka sering bertemu dan satu rumah. Dita juga kadang mempertanyakan pada mereka saat makan malam atau sarapan.

Jawaban mereka selalu sama dan kompak. Tidak ada apa-apa, begitu terus.

Seperti saat ini, ketika hanya ada mereka di rumah. Alex yang biasanya takut sendirian dan selalu mengganggu Adel belajar, kini tak lagi seperti itu. Membuat suasana rumah sangat sepi. Apalagi saat Bi Lastri sudah berhenti bekerja karena memang hanya bekerja saat Dita ke Bogor waktu itu.

Alex menutup jendela kamar rapat-rapat, sesekali melirik sekitar lalu bergidik sendiri.

Sampai suara dering ponsel cukup keras itu mengagetkannya. Hampir saja refleks mengumpat saat menyadari suara itu berasal dari ponsel. Alex mengusap dadanya menguasai diri, lalu melangkah mendekat.

"Halo?"

"Assalamualaikum, ya ampuun! Anak mama! Apa kabar?!"

Alex menjauhkan ponselnya detik itu juga. "Wa'alaikumsalam."

"Ya ampun lemes banget suaranya, hadeeeh!"

Alex merotasikan bola mata saat suara mamanya terdengar heboh seperti biasa.

"Btw, Alex. Mama besok mau pulang."

Alex tersentak, seketika menegakkan punggungnya. "Pulang? Pulang ke mana?"

"Ya ... meski suka pindah-pindah karena uang banyak, rumah mama tetap satu. Tapi besok mama pulangnya ke tempat kamu, ke tempat Dita."

"Kenapa?"

"Ha? Kok kenapa? Kamu nggak suka mama sama papa pulang ya?"

"Nggak, maksudnya dadakan banget."

"Oh, iya emang. Kek tahu bulat ya?"

Lagi, Alex memutar bola matanya. Dasar lwakan orang tua, gumamnya dalam hati.

"Eh, gimana kabar Adel? Udah lama mama nggak nelpon lewat Adel. Biasanya mama tanya kabar kamu lewat dia, sekalian ada laporan tentang kamu apa gitu."

"Mama sekongkol sama dia?" Alex mengernyitkan kening.

"Iya, dong! Tapi dia selalu bilang kamu baik-baik aja dan nggak buat masalah. Untung mama percaya, karena Adel yang ngomong."

Alex diam sejenak, otaknya berputar mengenai kejadian di mana dia pertama kalinya tinggal di sini. Saat-saat ia bertingkah kurang ajar dan melukai Adel. Cewek itu masih bilang yang baik-baik pada mamanya tentang Alex?

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang