«Tiga puluh empat»

13.9K 870 10
                                    

Happy Reading♡


.


.

Adel menyodorkan ponsel Alex. "Fara nelpon."

"Hah?" Alex mengambil ponselnya, tapi langsung mematikan sambungan detik itu juga. Ia menatap Adel lurus. "Dia ngomong apa?"

Adel tidak menjawab dan malah melemparkan pertanyaan. "Kenapa dimatiin?"

"Dia ngomong apa?" ulang Alex karena pertanyaan sebelumya tak dijawab Adel.

Adel menarik minuman yang disodorkan Alex padanya. "Lo disuruh ke apartemennya," ujar Adel sambil mengaduk pelan minuman.

"Sinting emang," gumam Alex yang masih bisa didengar Adel.

"Dia beneran suka sama lo ya?" Adel kembali bersuara.

"Nggak. Seperti kata Lo, dia ada maunya."

Adel mengernyit seperti tak percaya. "Masa, sih? Tapi kelihatannya tulus suka sama lo."

"Padahal Lo sendiri yang bilang kalau dia mau ngerusak hubungan kita."

Adel diam merunduk, belagak sibuk juga sesekali menyeruput minumannya. "Ngelihat kalian sedekat itu, kayaknya mungkin Fara kebawa perasaan."

"Biarin, gue nggak peduli. Gue nggak pernah kasih harapan."

Adel mengangkat alisnya menatap Alex seolah tak percaya. "Oh ya?"

Alex meneguk minumannya sejenak. "Lo nggak percaya? Gue nggak pernah ladenin dia kalau lagi deketin gue."

"Tapi tadi bahkan ngaterin pulang."

Alex menghela napas panjang. "Dengar, ya. Kunci motor gue ada di dia, dia ngancem gue kalau mau kunci motor balik, gue harus nganterin dia pulang."

"Terus kenapa bisa tiba-tiba ada dia?"

Alex mengalihkan pandangan, belagak sibuk meneguk minumnya. Ia lalu menjawab, "Mungkin karena gue terlalu fokus sama lo, jadi lupa cabut kunci motor."

*
* ALEXON *

Adel mengeringkan rambutnya, lalu mencepolnya tinggi. Ia lantas merebahkan tubuhnya di ranjang sembari bermain ponsel meski cuma scroll beranda sosmed.

Sampai ia refleks menjatuhkan ponselnya karena tiba-tiba berdering keras.

"Aduh!" Adel mengusap hidungnya saat ponsel jatuh tepat dalam posisi rebahannya dan mengenai hidung.

Adel memperbaiki posisi tidurnya, lalu membaca nama yang tertera.

"Alex?" gumamnya dengan mengernyit heran, tapi juga mengangkatnya.

"Halo? Ngapain nelpon? Lo cuma bisa jalan selangkah buat sampai di kamar gue. Kamar kita sebelahan!" Adel sudah emosi bahkan saat suara Alex saja belum terdengar.

"Adel, pintu kamar gue gerak-gerak sendiri. Gue takut keluar!"

Adel sontak terduduk, matanya membulat penuh mendengar itu. Alex bilang apa tadi? Apa dia tidak salah dengar? Tidak, pasti tidak.

"Jemput gue di kamar, Del. Terus ayo nonton tv berdua!"

Adel memijit pangkal hidungnya, mencoba sabar kali ini. "Bi Lastri di mana?"

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang