Happy Reading♡
.
.
"Rafa?"
Bukan hanya si empu nama yang menoleh, Alex pun ikut menoleh lalu menggeser tubuhnya karena Adel tiba-tiba nyelonong menggantikan posisinya berdiri.
Alex hanya mendelik kecil, lalu pasrah dan beralih ke samping Adel.
"Lo ngapain ke sini?"
Ya, yang datang adalah Rafael. Cowok tampan sebelas dua belas dengan Alex.
Rafael sempat terhenyak mendengar kalimat keluar dari mulut Adel. Cewek itu mengganti 'aku-kamu' yang sempat digunakan saat masih pacaran waktu itu menjadi 'lo-gue'.
"Seharusnya gue yang tanya, dia ngapain di sini." Rafael mengarahkan telunjuknya pada Alex yang justru tersenyum penuh kemenangan.
Adel sekilas melirik Alex, lalu kembali menatap Rafael. "Terserah, dong. Ini, kan, rumah gue. Gue yang punya rumah biasa aja."
Kini Alex tak hanya tersenyum merasa menang, cowok itu bahkan sudah menaikkan dagu menatap Rafael pongah. Tak lupa dengan tangan terlipat di atas dada.
Sementara Rafael terluka harga dirinya. "Oh, Lo udah naksir sama dia? Selera Lo turun drastis dari gue ke dia?" Rafael masih menunjuk Alex.
Alex tersulut emosinya dikatai seperti itu, bahkan tangannya sudah mengepal di sisi tubuh. Ia hendak membalas, tapi suara Adel lebih dulu menyahuti.
"Bukan urusan Lo."
Rafael mendecih samar. "Atau jangan-jangan, Lo emang udah deket sama dia pas kita masih pacaran? Nggak logis tiba-tiba kalian deket sampai dia dateng ke rumah Lo serasa rumah sendiri."
Alex diam saja, meski matanya melirik Adel sekedar ingin tahu ekspresinya.
"Apa pun itu, nggak ada urusannya sama lo. To the point aja, ada apa ke sini?"
Rafael menipiskan bibir. "Gue cuma mau lihat lo, itu aja. Berhubung ada si tai di sini, gue jadi males."
Alis Alex menukik. Jelas tersinggung dengan ucapan Rafael yang seperti menghina dirinya. "Apa maksud Lo si tai?"
Rafael ikut melipat tangan di depan dada. "Nggak papa." Cowok itu lantas kembali menatap Adel. "Tante ada di dalem?"
"Hm. Kenapa?" balas Adel.
"Nggak papa, tanya doang. Sampein salam gue."
"Dih, caper!" Suara Alex kembali terdengar, mengalihkan atensi keduanya.
Rafael mengepalkan tangan, hendak maju tapi ditahan Adel.
Dilihatnya Adel yang menggeleng padanya, seolah memberi kode untuk tidak melakukan itu. Rafael menurut meski terpaksa.
"Gue balik dulu."
Rafael lebih dulu melayangkan tatapan tajam pada Alex sebelum pergi. Sementara Alex, cowok itu sepertinya belum puas melihat Rafael kalah.
"Aneh, yang kayak gitu Lo naksir?"
Adel menoleh kala merasa Alex berbicara padanya usai Rafael pergi. "Seenggaknya dia nggak pernah kasar sama gue," ujarnya penuh makna.
Tentu saja Alex mengerutkan kening tak suka, bahkan rahangnya mengeras. "Maksud Lo yang kasar itu gue?"
Adel menoleh dengan tatapan polos. "Emang gue bilang gitu?"
Alex menarik napasnya dalam mencoba menguasai diri saat emosinya berada di puncak. Lagi pun, ia sadar omongan Adel benar adanya.
Adel mendecak samar, lalu kembali masuk rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXON [END]
Teen Fiction"Lo jadi milik gue." "Sesuai permainan kita. Lo baper, Lo kalah dan harus mundur dari pertunangan ini. Gue baper, Lo jadi milik gue dan nggak akan bisa pergi." "Gue nggak pernah baperin Lo." _______ Ketika tak saling cinta, tapi dipaksa bersatu oleh...