Happy Reading♡
.
.
“Nih, minum dulu. Gue juga beliin Lo camilan banyak, nih!”
Adel berseru riang, matanya berbinar dan langsung mengintip isi plastik besar yang Langit bawa dari dalam Indomaret.
Langit terkekeh geli melihat Adel seriang itu, sebab akhir-akhir cewek itu terlihat murung tak bertenaga. Melihatnya begitu senang karena hal-hal sepele itu membuat hatinya menghangat juga.
Sekarang, keduanya sedang berhenti di sebuah Indomaret. Duduk di meja depan toko tersebut.
Tangan Adel beralih mengambil minuman dari Langit setelah ia memilih satu snack dari dalam plastik besar itu.
“Sini gue bukain!” Langit mengambil alih botol minuman dari tangan Adel, membukanya lalu menyodorkan kembali. Langit juga dengan perhatiannya membuka Snack yang akan dimakan Adel.
Adel menjauhkan minumannya lalu menutup kembali. Ia merogoh sakunya, mengambil ponsel. Namun, karena tangannya yang memegang botol membuatnya kesusahan dan berakhir ceroboh.
Botol yang dipegangnya jatuh, untung saja tertutup rapat. Adel merunduk mengambilnya kembali.
“Aduh!” Namun, bukannya mendapatkan, ia malah meringis pelan saat bahunya menyenggol tepi meja. Sontak ponsel di tangannya pun terlepas, jatuh mengenai kerasnya lantai.
“Eh, Adel Lo kenapa, sih?” Langit segera bangkit, melangkah mendekat.
Cowok itu mengambilkan botol minuman dan juga ponsel Adel. “Kenapa? Ada yang sakit nggak?”
Adel menggeleng lalu mengambil ponselnya dari tangan Langit. Seketika matanya membulat lebar saat layar ponsel itu retak.
“Duh, kok sampai pecah gini? Bisa hidup lagi nggak, sih? Ah, kok malah mati?” Adel menatap Langit. “Gimana ini?”
“Tenang tenang, nggak usah panik nggak usah sedih.” Langit merogoh sakunya ikut mengambil ponsel. “Kan ada handphone gue.”
Adel menurunkan bahunya melemas. “Tapi gue mau ngehubungin Mbak Dita.”
“Ya udah, nanti dibenerin.”
Adel semakin melengkungkan bibirnya ke bawah. “Mana bisa, ini udah retak kek gini.”
Langit pun diam tak tahu harus menjawab apa. Ia menggeser Snack yang dibelinya tadi. “Dimakan dulu, gampanglah nanti caranya kalau mau ngehubungin Mbak Dita.”
Hanya itu setidaknya yang bisa ia lontarkan.
Beruntunglah Adel menurut. Meski garis wajahnya tak seceria tadi.
*
* ALEXON *“Kamu mau apa, Sayang? Mana yang sakit, bilang sama Mama.” Suaranya begitu lembut saat pertanyaan itu terlontar pada Alex.
Dan entah keberapa kalinya, Alex hanya diam. Matanya terbuka sayu, seperti bukan Alex biasanya yang melemparkan tatapan tajam atau sinisnya.
Wajar saja, cowok itu baru saja sadar dari komanya. Mungkin masih berusaha mencerna apa yang terjadi di sekitarnya.
“Alex ....”
Alex menggerakkan bola mata menatap Sarah yang kali ini mengusap lembut rambutnya.
“Kenapa diam saja, Nak? Ada yang sakit?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXON [END]
Teen Fiction"Lo jadi milik gue." "Sesuai permainan kita. Lo baper, Lo kalah dan harus mundur dari pertunangan ini. Gue baper, Lo jadi milik gue dan nggak akan bisa pergi." "Gue nggak pernah baperin Lo." _______ Ketika tak saling cinta, tapi dipaksa bersatu oleh...