«Dua puluh tiga»

16K 1K 11
                                    

Happy Reading♡

.

.



Ekspresi wajah Geo berubah cengo sedetik setelah ia membuka ruangan di mana Alex berada. Disusul Radit yang datang ke samping Geo, membuat mereka kompak mengalihkan pandangan.

"Dia ... beneran sakit?" tanya Geo.

Radit malah mengedikkan bahu, ekspresi wajahnya juga tak jauh berbeda dengan Geo. "Gue sekarang juga ragu."

"Kenapa berhenti?" Suara Adel terdengar membuat mereka tersadar, begitu pula dengan Alex yang langsung mengarahkan pandangan ke pintu.

"Berasa rumah sendiri," gumam Geo saat melihat Alex yang menonton televisi sembari tidur di atas brankar dengan kaki diangkat satu, sementara tangannya memeluk Snack yang entah ia dapat darimana.

Alex segera duduk saat mereka bertiga datang mendekat. Ia melayangkan tatapan pada dua temannya.

"Ngapain pada ke sini?" Ada nada tak suka diucapan Alex.

"Makin songong bukan, sih?" balas Radit.

Adel mengabaikan itu, ia mengambil duduk di samping brankar Alex. "Udah enakan?"

"Dari kemarin, Del. Gue nggak papa, sumpah! Padahal tadi pagi gue, kan, mau sekolah. Cuma nggak dibolehin sama Mbak Dita."

Radit maju, tanpa dosa mengambil Snack di tangan Alex yang pasrah-pasrah saja.

"Fara itu siapa Lo?"

"Hm?" Alex tersentak saat pertanyaan itu keluar dari mulut Radit yang penuh dengan makanan.

Alex melirik Adel sejenak, lalu merunduk. Bolehkah ia berharap lebih? Berharap bahwa Adel kepo dengan siapa itu Fara?

"Seharusnya Lo nanya itu ke Ano, bukan gue."

Radit mengangguk. "Hm, bener juga."

Geo maju ke sisi brankar, mengambil buah jeruk dan mengupasnya. "Terus Lo napa bisa sakit?" tanya Geo lalu menarik kursi yang satu dan duduk di samping Adel.

"Bangun tidur masih pusing gue paksain pulang, hujan-hujanan."

"Panik, kan? Katanya yang ada dipikirannya waktu itu cuma Adel."

Adel tersentak mendengar ucapan Radit yang menyahuti, sementara Alex mendelik keras lalu mengancam melemparkan remote televisi pada Radit.

Alex menoleh pada Adel. "Nggak usah salah paham. Gue emang panik, takutnya ngerepotin Lo sama Mbak Dita yang capek nyariin gue."

"Salah paham juga nggak papa kali," sahut Radit tertawa lebar tanpa dosa.

"Berisik Lo!"

Geo diam saja sedari tadi, meski matanya terus menatap gerak-gerak Alex yang tanpa gugup. Dari situ dia paham apa maksud omongan Radit tadi.

Geo menyipitkan mata, lalu tersenyum penuh arti. Jeruk yang sudah ia kupas, disodorkan pada Adel. "Mau nggak?"

Adel yang memang suka pada buah jeruk, menerimanya tanpa bicara. Lalu memasukkan ke mulut, tapi detik berikutnya ia jadi meringis sambil memejamkan mata.

"Asam," gumamnya dengan ekspresi wajah menahan rasa asam di lidahnya.

Geo tertawa renyah melihat itu, lantas mengacak puncak kepala Adel. "Lucu banget, sih, Lo."

"Aduh, duh! Mode buayanya di off dulu, dong. Nggak kasian apa sama yang udah siap lempar peso di samping Lo itu?" Suara Radit terdengar nyaring.

Di sisa-sisa tawanya, Geo melirik Alex yang langsung mendelik usai suara Radit terdengar.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang