«Empat puluh tujuh»

12.5K 754 4
                                    

Happy Reading♡

.

.

"Alex."

Suara yang memanggilnya lembut itu membuat Alex menoleh, ia sudah tahu milik siapa suara itu. Membuatnya siap melemparkan berbagai omelan karena sudah membuatnya panik.

Namun, semua rentetan kalimat itu tertahan di ujung lidah. Ia terpaku di tempatnya, matanya melebar perlahan. "Lo—"

"Panik ya nyari gue? Sorry." Adel tersenyum lebar, yang berikutnya melirik kanan kiri.

"Biasa aja," jawab Alex singkat, tapi tak melunturkan senyum Adel.

"Ada orang banyak," gumam Adel, lalu dengan sengaja menyelipkan anak rambutnya ke balakang telinga. "Btw, gue cantik nggak?"

Pertanyaan itu memunculkan kernyitan di dahi Alex. Tak bisa mengontrol diri, membuatnya refleks mengangguk, lalu di detik berikutnya ia tersadar dan langsung menggeleng, lalu mengangguk lagi. Ia jadi menggaruk pelipisnya bingung sendiri, kelihatan sekali jika ia sedang gugup.

Dengan gaun bagian atas brokat dan kain tile dengan model punggung sedikit terbuka membuatnya terlihat glamor kali ini, rambut panjangnya dicurly bagian bawah menambah kesan cantiknya.

"Tante Sarah pinter banget nyarinya," ujar Adel dengan merunduk memperhatikan gaunnya sendiri.

"Gue pikir Lo mau nepatin janji Lo sekarang."

Ucapan tiba-tiba itu terdengar, sontak Adel kembali mengangkat wajah cukup terkejut dengan kalimat itu. Guratan wajahnya bahkan berubah, senyumnya juga menghilang perlahan.

Nanti, iya nanti saja.

Adel menipiskan bibirnya, mengalihkan pandangan enggan menjawab sebab sudah ia jawab di hati yang sudah pasti tak akan Alex dengar.

Sedetik kemudian, ekspresi Adel berubah lagi. Cerah seketika dengan senyuman lebar, ia mundur perlahan dengan pandangan mengarah ke Alex, seolah dirinya adalah mesin scanner yang sedang memindai.

"Lo kelihatan lebih keren!" seru Adel mengangkat jempolnya pada Alex.

Adel semakin tersenyum lebar saat melihat Alex tampak menahan senyum malu, cowok itu terlihat sebisa mungkin cool dan keren. Padahal Adel sudah paham dengan tingkah laku dan gerak-gerik cowok itu.

"Ayo."

Adel mengangkat alisnya, apalagi saat tangan terbuka Alex terulur ke depannya.

"Ayo ketemu Mama sama Papa dulu. Tadi nyariin Lo."

Adel mengangguk kali ini, paham. Namun, masih tak paham mengapa tangan itu diulurkan padanya.

Mengerti apa yang tidak cewek itu pahami, Alex menipiskan bibir lalu berujar, "Singkat aja, biar Lo nggak ilang."

Adel membuka mulutnya, mengangguk kecil lalu membalas uluran tangan Alex. Keduanya jadi bergandengan dan melangkah kecil mencari Sarah di antara ramainya orang.

"Padahal nggak lagi nyebrang, nggak perlu gandengan segala." Adel menyahuti, sambil melangkah agak di belakang Alex dan melirik tangannya yang digenggam cowok itu. Walau tanpa sadar bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang