Happy Reading♡
.
.
Alex melepaskan genggamannya pada sendok, mungkin karena memerhatikan mereka berdua lebih menarik daripada baksonya.
Davin memutuskan pandangannya pada Adel dan beralih menatap Alex. "Lo keterlaluan."
Alex tersentak, begitu juga mereka yang memperhatikan itu.
"Gue udah mencoba nahan semua sikap Lo yang seenaknya sama Adel. Gue juga yakin Lo tau, kalau Adel nggak bisa makan pedes. Tapi Lo paksa."
Radit mengerling, was-was sendiri merasa suasana memanas.
"Lo cowok, apa sepantasnya Lo kayak gitu ke Adel yang cewek?"
Alex diam saja tek menyahut, tapi Radit paham temannya itu menahan emosi. Bahkan tanpa ia tahu, tangan Alex mengepal di bawah meja.
Adel menyadari itu, buru-buru menguasai diri dan menepis tangan Davin yang masih menahan tangannya.
Davin ikut menggeser mangkuknya. "Makan punya gue aja, belum gue sentuh dari tadi," ujarnya sebab dari tadi dia memang fokus membaca.
Adel mengalihkan pandangan ke sembarang arah. "Nggak usah sok peduli."
Adel menyendokkan kuah bakso, seketika wajahnya memerah menahan pedas. Padahal hanya sesuap. Ia lalu menatap Alex.
"Udah, kan? Lo puas?"
Alex melebarkan mata perlahan, tersentak menatap sorot mata Adel.
Adel mengusap ujung matanya yang entah kenapa berair. Menahan pedas, atau memang hatinya yang tak bisa menyembunyikan perasaan.
Tidak, dia tidak pernah benci pada Alex. Ia hanya kesal dan marah pada semua yang dilakukan cowok itu padanya. Sampai-sampai kadang Adel bertanya dalam hati, apakah Alex sama sekali tak punya hati?
Adel meneguk ludah getir. Tak bisa lama-lama di meja, Adel bangkit dan berlari kecil keluar kantin.
Alex hendak bangkit juga sekedar ingin memastikan Adel baik-baik saja dan meminta maaf, tapi ia kalah cepat.
"Adel!" Davin lebih dulu memanggil nama Adel dan berlari menyusul.
Alex mencoba memutar ingatan. Saat-saat ia berlaku seenaknya dengan Adel, lalu Davin melihatnya. Sesaat Davin tampak melirik, tapi akhirnya tak acuh. Lalu kadang Davin juga menyahuti dengan tak suka saat Alex membicarakan yang jelek-jelek tentang Adel. Seolah Davin memang ingin melindungi Adel.
Alex baru sadar, ke mana ia selama ini? Dari situ Alex tahu, ada sesuatu yang terjadi di antara mereka saat Alex belum datang ke sekolah ini.
"EKHEM!"
Suara deheman keras itu menyentak lamunan Alex.
"Bukan apa-apa, Lex. Santai aja," ujar Radit sembari tertawa paksa dan menepuk-nepuk pundak Keano. Rani dan Keano pun hanya ikut tertawa sekenanya yang jelas terdengar dibuat-buat.
Rani mengikut lengan Radit, lalu berbisik pelan. "Itu ... tadi Adel bakal baik-baik aja, kan? Atau gue susul aja?"
Radit menggeleng kecil, agak berbisik juga. "Nggak usah, gue yakin temen gue sama temen Lo bisa nyelesaiin masalahnya sendiri. Justru gue khawatir sama yang satu itu," bisik Radit sembari mengedikkan dagunya ke arah Alex.
"Mau juga, dong, bisik-bisik tetangga!" Sayangnya, Keano merusak rencana mereka. Apalagi cowok itu bersuara sangat keras.
Keano langsung mendapat toyoran dari Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXON [END]
Teen Fiction"Lo jadi milik gue." "Sesuai permainan kita. Lo baper, Lo kalah dan harus mundur dari pertunangan ini. Gue baper, Lo jadi milik gue dan nggak akan bisa pergi." "Gue nggak pernah baperin Lo." _______ Ketika tak saling cinta, tapi dipaksa bersatu oleh...