«Dua puluh enam»

15.2K 1K 16
                                    

Happy Reading♡

.

.




Di ruang tengah, banyak kulit kacang berserakan di mana-mana. Bungkus makanan juga dibiarkan begitu saja beserta minumannya, keadaan rumah bertambah berisik padahal hanya bertambahnya satu orang saja.

Kevin, Dita, Alex dan Adel duduk melingkar memainkan sebuah game sedari tadi. Saling tertawa melempar candaan, membuat rumah semakin berisik.

"Yaaah, kalah lagi. Bang Kevin, makan cabenya dong buat Mbak Dita."

Kevin yang meneguk minumannya sontak tersedak, ia mengusap bibirnya lalu menoleh pada Dita. "Aku bahkan baru aja makan satu cabe buat Dita."

Alex dan Adel kompak bersorak kecewa seakan meledek. "Katanya cowok keren itu yang gentle!"

"Ah, apaan! Nyuruh gue gentle tapi dia sendiri cupu!" balas Alex ikut meledek.

Kevin melotot tak terima, lantas mengambil cabe di tangan Dita dan memakannya sebagai hukuman kalah permainan. Sontak ia mengibaskan tangannya kepedesan, sementara yang lainnya malah tertawa tanpa dosa.

Sampai suara ketukan terdengar menghentikan mereka.

Adel buka suara sambil bangkit. "Biar Adel aja yang buka pintu, terusin aja mainnya."

Adel melangkah menuju pintu tanpa menghiraukan mereka yang kembali melanjutkan permainan tanpa dirinya.

Pintu dibuka perlahan, pandangannya jatuh pada sosok jangkung yang membelakangi dirinya, membuat Adel hanya mampu melihat punggungnya.

Adel melangkah mendekat merasa familiar dengan cowok itu.

Saat sudah dekat, cowok itu membalikkan badan. Matanya melebar melihat Adel.

"Adel," ujarnya sembari tersenyum lebar.

"Rafa, kenapa ke sini?" Adel mengerutkan kening mencoba memahami maksud kedatangan Rafael, mantannya.

Rafael terlihat menoleh kanan kiri, lalu melongok ke arah dalam rumah. "Alex ... nggak ada di sini, kan?"

Daripada menjawab, Adel lebih memilih membalik pertanyaan. "Kenapa emangnya?"

Rafael menggeleng kecil. "Nggak papa."

"Terus kenapa lo tiba-tiba ke sini?"

Rafael tersenyum penuh arti. "Bentar, Del. Basa-basi dulu kali, gue masih pengen lihat lo lebih lama."

Adel menipiskan bibir, sikap Rafael saat ini sama dengan Rafael dulu saat mereka pertama ketemu. Namun, berbeda dengan Rafael saat masih berpacaran dengannya.

"Kalau emang nggak ada yang penting, gue masuk dulu."

Rafael segera menahan pergelangan tangan Adel saat cewek itu hendak pergi. "Bentar, Del. Gue mau ngomong, kok. Ini penting."

Adel kembali berbalik. "Apa?"

"Gue ... mau minta maaf, ya ... buat apapun itu pokoknya gue minta maaf. Gue banyak salah kayaknya semasa pacaran sama lo."

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang