«Epilog»

37.1K 1.4K 91
                                    

Iya, ini memang epilog^^



Happy Reading♡

.


.


Makin ke sini, Adel menyadari sebuah hubungan jarak jauh memang menyesakkan. Cinta abadi itu ada, setidaknya ia yakin hal itu untuk sementara. Karena tantangan dalam menjalani LDR ini bukan sekadar dari jarak itu sendiri. Bisa saja kegagalan hubungan kerap terjadi akibat ketimpangan antara harapan dan kenyataan.

Tiga bulan menjalani hubungan jarak jauh, ia tak terbiasa.

Adel melirik ponsel. Benda itulah yang sedari tadi menjadi objek penglihatannya hingga tak fokus pada sekelilingnya yang ramai.

Adel mengambil ponsel tersebut, menghidupkannya, berkali-kali membuka aplikasi WhatsApp berharap ada chat di sana. Memang ada, tapi tidak dari seseorang yang diharapkan.

Adel mendesah kecewa, ditaruhnya kembali ponsel tersebut. Chat terakhir tak dibalas bahkan dibaca saja tidak, dan itu sudah sebulan yang lalu. Adel menyandarkan punggungnya, kembali meneguk minumannya.

Sudah tiga bulan lalu berakhir sejak pertemuan terakhir Adel dan Alex di kampusnya saat itu. Alex benar pulang ke Jakarta. Mereka hanya berkomunikasi lewat ponsel, sekedar mengirim chat, itupun lama dibalas. Seperti sekarang, sudah sebulan cowok itu tak ada kabar.

Namun, sekarang bukannya beda? Adel sudah berada di Jakarta sekarang. Iya, kemarin dia pulang dengan Langit. Hanya untuk beberapa hari mungkin. Ia pulang tepat saat Rani, temannya itu mengadakan pesta pernikahan, karena memang itulah sebabnya Adel pulang.

Meski sudah berada di kota yang sama, Adel pun belum bisa bertemu dengan cowok itu. Kata Dita, keluarga Alex beli rumah baru di daerah yang agak jauh dari perumahan Adel. Ia baru tahu itu, sebab terakhir dia pergi, Sarah dan Dion masih tinggal di rumahnya.

Tepatnya di mana, Adel tak tahu. Yang pasti cowok itu pindah rumah, mungkin saking sibuknya itu membuatnya tak bisa menghubungi Adel barang sejenak.

"Ngelamun aja, Del."

Seseorang datang duduk di hadapan Adel, membuatnya balas tersenyum samar.

"Eh, btw, Jogja gimana?"

"Alhamdulillah, Jogja baik-baik aja."

Lala mendelik, walau berikutnya tertawa. "Apa, sih, garing banget Lo!" serunya dengan melemparkan gumpalan tisu di tangannya.

"Lo baru dateng? Atau udah dari tadi?" Lala kembali bertanya.

"Udah dari tadi."

"Sama siapa?"

Adel mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang menjadi jawaban atas pertanyaan Lala. Kemudian ia membalas, "Langit."

"Lho, nggak sama Alex?"

Pandangan Adel terkunci pada satu titik di mana Langit berada sedang berbincang dengan seorang wanita. Namun, bukan itu yang membuatnya termenung kali ini, melainkan pertanyaan dari Lala.

Diam agak lama, Adel menggeleng pelan. "Nggak. Emang ... dia datang ke sini?"

Lala mengedikkan bahunya. "Mungkin, sih. Jelas dia diundang, kok. Tapi belum tentu datang, kan? Orangnya sibuk."

Adel diam lagi. Memang sesibuk itukah?

"Lo nggak tau emang? Bukannya kalian deket? Gue bahkan waktu itu nelpon Alex malah yang jawab Lo, kan? Terus Lo sendiri yang bilang kalau handphone-nya Lo yang bawa."

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang