«Enam»

21.2K 1.3K 7
                                    

Happy Reading♡

.

.

Hari ini hari libur, entah kesambet apa Alex bangun pagi. Padahal biasanya cowok itu akan tidur sampai siang, lalu pergi keluar entah ke mana.

Mamanya bahkan sampai memutar kepala mendapati Alex yang sudah mandi di pagi hari.

"Tumben."

Alex memutar bola mata malas. "Bangun pagi dikata tumben, bangun siang salah. Emang serba salah!"

"Mama tau itu kenapa kemarin ada tanah longsor? Karena aku yang salah, itu kenapa gunung juga meletus? Aku juga yang salah. Bahkan kenapa semut nggak gede-gede pun karena aku yang salah," ujar Alex menggebu-gebu.

Mamanya sampai melebarkan mata mendengar ucapan tanpa henti Alex.

"Dah, Alex mau pergi!" teriak Alex sembari melangkah keluar rumah.

"Pulang-pulang jangan bonyok lagi, lho! Kalau Mama lihat lebam dikit, Mama pastikan itu kepala lepas dari lehernya!"

"Sadis banget," gumam Alex merinding mendengar sahutan sang mama.

Alex mendorong motornya keluar gerbang, hendak menaikinya, tapi tak jadi karena ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya.

Tak jauh dari rumahnya, sosok Adel terlihat. Sedang damai menyiram tanaman, bahkan senyum indahnya pun terukir.

Sebelah sudut bibir Alex terangkat melihat itu, lalu berjalan mendekat masih dengan mendorong motornya.

Sepertinya, pagi damai Adel akan rusak detik itu juga.

"Duh, tunangan gue yang jelek ini semakin jelek aja tiap harinya."

Sebuah suara itu mengejutkan Adel, kegiatan menyiram tanamannya terhenti sejenak saat ia menoleh. Lalu ia acuh, dan kembali menyiram bunga.

Alex pun menyadari senyuman yang sempat terlihat di bibir Adel tadi, lenyap seketika ketika melihatnya.

Tak apa, awal yang baik.

"Gue yakin tanamannya makin layu disiram sama lo."

Adel diam, membuat Alex geram bukan main. Padahal biasanya orang-orang yang ia ejek, akan langsung marah, tapi kenapa Adel berbeda?

"Lo-nya jelek, sih," lanjut Alex yang lagi-lagi diacuhkan. "Bahkan lihat lo aja udah layu. Bukan tanaman doang, sih, pastinya. Semua orang juga nahan diri buat nggak maki lo karena lo terlalu jelek buat dilihat."

Baiklah, kalau dengan kata ejekan saja Adel biasa saja, lalu bagaimana dengan tindakan?

Alex tersenyum miring, ia melangkah mendekat. Mengulurkan tangannya menyentak alat penyiram tanaman di genggaman Adel.

Byuuur!

Alex tertawa puas saat baju Adel basah kuyup, hanya bawahannya saja memang, tapi Alex sudah puas merasa menang.

Sementara Adel, cewek itu membatu di tempatnya. Penyiram tanamannya jatuh begitu saja tak pedulikan. Merasakan dinginnya air yang membasahi hampir setengah tubuhnya.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang