«Empat puluh delapan»

13K 724 21
                                    

Happy Reading♡

.

.

Dua hari sejak pernikahan Dita berlangsung, tak ada yang spesial sejak hari itu sebab semuanya tampak sama seperti sedia kala. Tak banyak yang berubah.

Sehari setelahnya, Dita pergi meninggalkan rumah dan memilih tinggal bersama Kevin suaminya tentu saja. Sebagai gantinya, Sarah dan Dion yang tinggal di sana. Entah bagaimana kedepannya, tapi yang pasti begitulah saat ini terjadi.

"Bukan, bukan yang itu, tapi yang ini."

"Apa bedanya?"

"Beda, jelas beda."

"Nggak, ini sama aja."

"Beda. Buka mata Lo lebar-lebar, Lo nggak bisa lihat bedanya?"

"Ini Lo sambil ngejek mata sipit gue?"

"Emang mata Lo sipit?"

Cek-cok itu sedari tadi tak berujung kalau saja tak ada yang mau mengalah di antara mereka. Pada akhirnya, Adel yang sudah pasti mengalah dan mengambil troli belanja dari tangan Alex lalu melangkah meninggalkan cowok itu begitu saja.

Bukan, dia bukan marah. Hanya kesal saja. Tidak bisakah Alex mengalah padanya sekali saja? Cowok itu semakin hari semakin menjengkelkan.

Alex berlari kacil menghampiri Adel. "Biar gue aja," ujarnya lalu kembali mengambil alih troli belanjaan.

Adel menghela napas panjang. "Kenapa Lo nggak jadi Alex yang sebelumnya aja? Kemana Alex yang cuek dan puasa ngomong sama gue akhir-akhir ini? Kenapa Lo balik jadi Alex cerewet dan nyebelin kek gini!"

Lihat, ucapan panjang lebar Adel yang mendapat cibiran dari cowok itu. Alex sengaja menggerak-gerakkan bibir mengikuti cara bicara Adel. Bagaimana Adel tidak kesal?

"Lo mau gue timpuk pakai ini?" Adel mengangkat Snack ukuran besar yang baru saja diambilnya.

"Nimpuknya pakai cinta, ya?"

"AAAA—aduh, sakit woy!" teriak Alex saat merasa telinganya ditarik. Ia lantas menatap Adel dengan mata memelasnya. "Lepasin, Del. Sakit banget ini," ujarnya dengan melembutkan suaranya berharap Adel luluh.

"Sejak kapan Lo kasar banget." Alex masih meringis saat lagi-lagi telinganya kembali ditarik.

"Gue belajar dari Lo," sahut Adel membuat Alex merapatkan bibir memilih diam kali ini, tapi masih memasang wajah memelasnya.

"Alex?"

Panggilan bernada ragu itu terdengar, membuat jeweran di telinga Alex sukses terlepas.

Bukan hanya Alex yang menolah, Adel pun demikian.

"Kenapa kamu susah dihubungi akhir-akhir ini? Mentang-mentang sekolah libur dan kamu lupa sama aku!"

Alex tersentak saat cewek itu langsung melangkah mendekat dan mengambil tangannya lalu dipeluk. Alex yang risih tentu saja kembali menarik tangannya.

"Eh, ada Adel juga? Lagi belanja ya?"

Nggak, lagi jualan tempe! Adel tanpa sadar menggerutu dalam hati. Berbanding terbalik dengan ekspresi wajahnya yang tersenyum ramah.

"Iya, nih, Far. Disuruh Mama Sarah," ujar Adel sengaja menyebutkan Sarah dengan panggilan 'mama'.

Fara tersenyum paksa. "Oh, tapi udah selesai, kan, ya? Alex mau gue ajak makan." Fara lalu menatap Alex yang terlihat ingin protes. "Mau, ya? Aku sendirian dan belum makan. Kamu mau nemenin aku, kan?"

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang