«Tiga»

28.5K 1.6K 48
                                    

Haihai pakabar?

Siap baca part ini?

Happy Reading♡

.

.


"Duluan, Lex."

Alex mengangguk tanpa menoleh saat pundaknya ditepuk seseorang dari belakang. Dia teman sekelas Alex, baru satu hari saja ia sudah memilik banyak teman.

Bukan hanya teman kelasnya saja, bahkan ada kakak kelas yang langsung dekat dengannya tadi. Alex memang pandai bergaul.

"Woi, nggak pulang lu?" Seseorang datang, dengan tasnya yang menggantung di salah satu pundak.

Radit namanya, cowok manis yang naksir sama Jisoo Blackpink.

Iya, Jisso Blackpink. Kerjaannya halu tiap hari, suka ngumpul anak cewek cuma buat bicarain idolanya itu. Punya kebiasaan teriak-teriak di depan kelas nyanyi 'Bombayah' dengan kemoceng rusak sebagai wig.

"Nunggu jemputan," sahut Alex apa adanya.

"Lah? Jemputan? Kek anak cewek aja lu," gurau Radit.

"Bacot," balas Alex lalu melangkah menjauh, yang sebenarnya juga menghindar tak mau menahan malu di depan temannya.

Alex melangkah ke depan gerbang, tepat sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Yang tak lama kemudian kaca mobil turun perlahan.

"Hai, anak Papa yang baik hati."

Alex mencibir kecil, ia membuka pintu mobil depan. Namun, terhenti begitu saja karena suara sang papa.

"Stop!"

"Napa?"

"Belakang," ujar Dion mengedikkan bahu ke arah belakang seakan memberi kode.

Alex yang tak kunjung menurut membuat Dion mengambil ponselnya dan ditaruh di kursi mobil depan. "Ini kursi buat ponsel Papa."

Alex hanya memutar bola mata malas, ia menurut dan kembali menutup pintu depan beralih ke pintu belakang.

Namun, matanya membulat penuh begitu melihat sosok Adel duduk manis di kursi belakang.

"Ngapain Lo? Salah mobil?"

Adel diam, memalingkan mukanya, terlalu malas menanggapi ucapan Alex.

Merasa diabaikan, Alex pindah menatap papanya. "Kenapa bisa ada dia, Pa? Papa selingkuh? Mau cari anak SMA yang lebih glowing?"

"Eits, cinta Papa hanya untuk Mama." Dion menggerak-gerakkan telunjuk ke kanan dan kiri.

"Halah, bullshit!"

"Heh, your cangkem!" Mobil perlahan menjauh dari gerbang sekolah, tapi justru membuat Alex mengernyit karena ini bukan jalan menuju rumahnya.

"Ini ke mana, Pa?"

Dion melirik ke kaca yang menampilkan Alex dan Adel di kursi belakang. "Nanti kamu juga tau."

"Ck, geser sana, dong!" ujar Alex sengaja membuat Adel mau tak mau mengalah dan menggeser duduknya.

"Nah, gitu, dong! Yang akur, ya. Kalian, kan, teman." Dion terkikik sendiri. "Teman hidup maksudnya."

Mobil perlahan mulai melaju meninggalkan sekolah.

Adel diam dalam tentang, berbeda dengan Alex yang tak bisa diam selalu mengubah posisi duduknya.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang