«Tiga puluh sembilan»

12.2K 781 6
                                    

Happy Reading♡

*

*

Mencari sosok Radit ke sana kemari ternyata cowok itu ada di lapangan indoor, sedang bermain basket bersama Keano. Adel langsung mendatangi begitu saja tak peduli ada siapa di sana, yang tentunya ada Alex dan Fara yang juga belum pergi.

Untung saja lapangan agak sepi.

"Radit."

Merasa seseorang memanggil namanya, Radit menghentikan gerakan tangan yang mencoba merebut bola dari Keano. Cowok itu membalikkan badan, membuat Keano juga refleks berhenti bermain.

"Eh, Adel. Ada apaan? Mau nyamperin Alex di sana, Del." Radit menunjuk arah tempat Alex duduk sebab merasa Adel memang datang untuk Alex. Meski begitu, Adel tak peduli.

Keano ingin ikut menyapa, tapi entah kenapa merasa auranya berbeda membuat cowok itu mengurungkan niat. Sampai sebuah suara memanggilnya membuat Keano melangkah menjauh.

Saat Radit hendak membuka suara lagi berniat becanda, tapi tak jadi karena ucapan Adel.

"Kenapa Lo bilang soal hubungan gue sama Alex ke Langit?"

Radit tak paham, jadi mengerutkan kening. "Hm? Maksudnya?"

"Gue tunangan sama Alex. Lo gabut banget sampai hal kayak gitu Lo omongin ke Langit?"

Radit mengerjap, agak takut juga melihat Adel yang biasanya kalem tak banyak tingkah kini jadi menatapnya seolah marah. Radit agak meringis kecil merasa bersalah. "Sorry, Del. Dia nanya, makanya gue bilang kayak gitu."

Adel menipiskan bibir. "Tapi Lo nggak seharusnya bilang kayak gitu, apalagi tanpa bilang-bilang sama gue. Kalau sampai berita kayak gitu nyebar gimana? Gue bisa—"

"Nggak usah berlebihan kali."

Adel menghentikan ucapannya seketika, ekspresi wajahnya berubah dalam sekejap saat sadar suara siapa itu. Bahkan tanpa menoleh sekalipun, ia tahu siapa yang baru saja bicara.

"Orang nanya, ya Radit jawab apa adanya. Lo berlebihan banget, hal kayak gitu juga Lo perdebatin sampai datangin Radit ke sini."

Adel meradang mendengar itu, padahal ia baru saja ingin pergi dan menyabarkan diri untuk tidak menjawab.

Adel menoleh, matanya bersirobok dengan mata Alex yang menatapnya datar tanpa ekspresi.

"Lebay."

Adel menggigit bibirnya bawahnya, tangan di sisi tubuh mengepal perlahan. "Gue nggak lagi ngomong sama lo, jadi nggak perlu ikut campur."

Radit berada di antara mereka berdua jadi semakin merasa bersalah karena telah menyebabkan pertengkaran ini, padahal sebelumnya mereka memang sudah saling abai.

"Oh, gue tau." Alex terlihat terkekeh sinis sembari mengalihkan tatapannya. "Mungkin karena ini Langit, makanya Lo sampai segitunya."

Adel mengatupkan bibirnya, ingin angkat suara tapi lidahnya kelu.

"Lo nggak mau hubungan Lo sama Langit jadi hancur karena dia udah tau kalau lo sama gue tunangan. Gitu, kan?"

Sungguh, Adel sekarang mati-matian menahan tangisnya juga tangan yang sangat ingin terangkat memukul cowok di depannya ini.

"Gampang ketebak," lanjut Alex sembari menarik sudut bibirnya tersenyum sinis.

"NGGAK USAH SOK TAU!"

Bukan hanya Alex ataupun Radit yang terkejut, beberapa orang di sana termasuk Fara juga sontak menoleh mendengar suara keras itu. Apalagi orang itu adalah Adel yang berteriak di depan wajah Alex.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang