«Sembilan»

19K 1.2K 10
                                    

Happy Reading♡

.

.


Braak!

Adel menghempaskan kardus besar di tangannya tanpa dosa, membuat Alex yang baru saja mendudukkan diri di sofa itu melotot.

"Heh, itu barang berharga!" ujarnya setengah berteriak.

"Makanya, kalau nggak mau barang berharganya kenapa-napa, dibawa sendiri, ya," sahut Adel, dengan suara lembut dan manis yang terkesan dipaksakan.

Alex menarik napas dalam-dalam. "TANTE, INI ADELNYA NGGAK MAU BANTU ALEX BERES-BERES! ALEX DISURUH BAWA SENDIRI TADI, TANTE!"

Adel melebarkan matanya mendengar aduan Alex. Sontak menoleh kanan kiri mencari sang mama dengan gelisah.

"ADEEEL!"

Terdengar sahutan dari arah dapur itu membuat Adel menghela napasnya panjang. Adel pikir mamanya tidak ada di rumah, ternyata di dapur.

Adel melayangkan tatapan kesalnya pada Alex, yang disambut tawa meledek oleh cowok itu. "Disuruh bantuin, tuh!" ujarnya tanpa dosa.

Adel semakin meradang, tak mau bergerak dari tempatnya bahkan saat Alex berdiri sudah bersiap membereskan barang-barangnya. Alex lalu menoleh pada Adel.

Cowok itu mengibaskan tangannya. "Bantuin, bukan gue babuin. Bagi dua, Lo beresin baju gue, gue beres barang-barangnya."

Masih tak bergerak juga, membuat Alex emosi. Cowok itu merunduk menggapai kerah baju Adel bagian belakang, menariknya membuat Adel memekik dan tertarik pasrah.

"Aleeex, jangan ditarik-tarik! Lo kira gue apaan!"

"Masih mending bukan rambut Lo yang gue tarik biar Lo mau bantuin gue!"

Dalam keadaan berjalan ke belakang sebab kerah bajunya bagian belakang ditarik, Adel mendengkus pasrah.

Alex menendang pintu kamar keras, hingga terdengar bunyinya memekakkan telinga, lalu masuk masih dengan menyeret Adel.

"Lho, ini kamar gue," ujar Adel saat menyadari ia ditarik ke kamarnya.

Ucapan Adel bagai angin lalu bagi Alex, cowok itu malah mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar Adel.

Cat hitam dan putih itu mendominasi, tak ada banyak foto terpampang, hanya ada beberapa medali dan piala gadis itu yang sengaja diletakkan di almari kaca paling tinggi. Juga meja belajar rapi di sudut ruangan.

"Kamar Lo ... kayak kamar cowok?"

"Gue suka warna gelap."

Alex refleks menoleh. "Pantes muka lo gelap. Kelihatan juga kalau hidup Lo gelap."

Adel membuang napas kasar, menyesal telah menjawab. Ia lalu duduk di tepi ranjang menatap intens Alex yang sedang menjelajahi kamarnya.

Selesai puas mengamati, Alex tanpa dosa berbalik arah. Ia merebahkan tubuhnya ke ranjang milik Adel, tanpa peduli si pemilik kamar yang menatapnya horor.

Alex memeluk guling, memejamkan mata nyaman. "Mulai sekarang, ini kamar gue. Lo pindah kamar sebelah."

"Nggak! Nggak boleh dan nggak mau!" sahut Adel cepat.

"Gue maksa."

"Pokoknya nggak mau!" Adel mengambil ancang-ancang menyeret kaki Alex keluar dari kamarnya, membuat Alex semakin mengeratkan pelukannya pada guling.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang