Happy Reading♡
.
.
Sore itu, Adel menghabiskan waktu di kantin rumah sakit. Ia enggan pulang, enggan juga ke ruangan di mana Alex dirawat yang nantinya membuatnya bertemu dengan cowok itu dan hanya berdua.
Kejadian tadi di taman rumah sakit membuat Adel dongkol setengah mati. Tak bisa dipungkiri juga perasaannya tercubit.
Adel benar-benar tak paham cara berpikir Alex. Cowok itu gampang sekali berubah tiap waktunya.
Adel menghembuskan napas pelan sembari mengangkat tangan membuka pintu ruangan.
Baru saja ia ditelepon Dita yang menanyakan keberadaannya dan menyuruhnya untuk kembali karena Dita sudah ada di rumah sakit.
"Kamu dari mana?"
Adel mendongak saat suara Dita terdengar. Sejenak ia melirik Alex yang menatapnya sekilas lalu mengalihkan pandangannya kala mata mereka bertamu.
"Dari kantin, Mbak. Tadi, kan, udah nanya."
"Oh, iya. Ngapain, sih, di kantin dari tadi nggak balik-balik?"
Adel mengernyit. "Kok Mbak Dita tau aku di kantin nggak balik-balik?"
"Dikasih tau Al—"
"Aduh, Mbak Dita! Ini kapan pulangnya, sih!" Alex segera memotong ucapan Dita. Cowok itu terlihat mengerling sembari bergerak gugup.
"Iya, iya. Bentar, nunggu Kevin."
"Bang Kevin? Tumben," sahut Adel. "Biasanya juga sibuk."
"Sibuk juga, kan, cari uang buat nikah, Del." Dita terkikik di akhir kalimatnya.
"Kevin? Kevin siapa?" Alex menyahuti, penasaran dengan pembicaraan mereka berdua yang menyebutkan nama yang tidak Alex tahu.
"Kevin calonnya Mbak Dita."
Alex membulatkan bibir mengangguk paham.
Tepat saat itu, suara dering ponsel terdengar membuat Dita yang merasa itu dari ponselnya, langsung mengangkat dan keluar ruangan.
"Bentar, ya." Pintu kembali ditutup usai Dita keluar.
Adel diam menatapi itu, berikutnya jadi tersentak saat tersadar ia hanya berdua dengan Alex di sini. Adel menoleh pada Alex, saat tatapan mereka bertemu, Alex lebih dulu mengalihkan pandangan.
Adel mengepalkan tangannya, benar-benar gatal ingin menimpuk kepala cowok satu itu.
Adel mendekat ke arah kursi, meraih tasnya lantas menggendongnya. Cewek itu kembali menatap Alex yang duduk memunggunginya.
Adel menipiskan bibir, senyum kecilnya terbit. Ia lalu berjalan pelan mendekat agar cowok itu mengetahui.
Sampai tepat di belakanganya, tangan Adel yang terkepal diangkat seakan hendak meninju kepala Alex.
Adel ingin mewujudkan keinginannya untuk memukul cowok menyebalkan satu ini.
Tepat saat tangannya terangkat hendak mengarahkan pada kepala Alex untuk menaboknya, Alex membalikkan badan.
Sontak Adel terperanjat, kakinya mundur perlahan mengambil jarak.
Ekspresi wajah Alex berubah galak. "Ngapain Lo?"
Adel menunduk kecil, tapi berikutnya jadi mengangkat wajah penuh percaya diri. "Mau mukul Lo, kenapa?"
Alex melotot mendengar balasan Adel. "Heh, nantangin gue Lo?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXON [END]
Teen Fiction"Lo jadi milik gue." "Sesuai permainan kita. Lo baper, Lo kalah dan harus mundur dari pertunangan ini. Gue baper, Lo jadi milik gue dan nggak akan bisa pergi." "Gue nggak pernah baperin Lo." _______ Ketika tak saling cinta, tapi dipaksa bersatu oleh...