«Lima puluh»

14.2K 693 4
                                    

Happy Reading♡

.


.



"Di mana, sih, ruangannya?"

"Kok tanya gue?!"

"Ngomong doang, anjir! Nge-gas mulu, dah, Lo!"

"Heh, Lo juga ikut nge-gas!"

Sungguh, demi apapun, Davin tak tahan sekali menendang dua cowok yang sedari tadi cek-cok itu. Merasa jengah juga, Davin menoleh dengan tatapan tajamnya. "Diem," desisnya dengan nada datar tapi menusuk.

Sontak Radit dan Keano merapatkan bibirnya menurut. Sementara Geo sedari tadi cowok itu memang diam fokus pada ponsel.

Keempat cowok itu melangkah menuju ruangan Alex dirawat, dengan Davin paling depan memimpin karena memang hanya dia yang tau ruangannya.

Davin berhenti melangkah, membuat ketiga cowok itu secara kompak juga berhenti melangkah.

Keano melongok mengintip. "Udah sampai?"

Memang sudah berada di depan ruangan Alex berada, tapi bukan itu yang membuat Davin berhenti melangkah dan mematung.

Cewek itu, Fara, keluar dari ruangan Alex, langsung melempar senyuman pada Davin yang diam saja tampak terkejut melihatnya. Ia lalu membuka suara, "Kalian? Jenguk Alex juga, ya?"

Radit yang mendengar suara itu lantas mengambil posisi di samping Davin. "Nggak, kita mau mancing, Mbak," sahutnya bergurau.

Davin merubah ekspresi wajahnya menjadi sedingin mungkin, lalu menatap teman-temannya. "Gue pergi dulu," ujarnya lalu dengan santainya melangkah meninggalkan mereka sebelum sempat menyahuti ucapan.

"Eh, mau ke mana, Pin?"

"Lah, kok kita malah ditinggal?"

Sementara Fara masih mempertahankan senyumnya menatap arah perginya Davin, meski tak selebar tadi.

Davin melangkah menuju kantin rumah sakit. Sebelum Fara keluar tadi, ia bisa melihat siluet Adel yang melangkah ke arah kantin. Jadilah ia mengarahkan langkah ke sana.

Dan benar saja, cewek itu ada di sana. Tanpa kata, Davin melangkah mendekat dan duduk di samping Adel.

"Sempat ketemu Fara?"

"Eh!" Adel refleks memekik terkejut. Begitu menoleh ia jadi menghela napas lega. "Ngagetin aja!"

Davin tersenyum geli melihat ekspresi terkejutnya Adel, lalu mengulangi pertanyaan yang sama. "Sempat ketemu Fara?"

Adel diam sejenak, lalu menggeleng kecil. "Nggak."

"Nggak mungkin Lo sengaja dari rumah langsung ke kantinnya. Pasti Lo lihat Fara, makanya Lo pergi ke sini." Davin tak percaya dengan jawaban Adel barusan.

Adel menipiskan bibir, ternyata tak semudah itu berbohong pada Davin. "Iya, deh. Gue takut ganggu."

Diam sejenak. Adel mulai fokus pada makanan di depannya, sementara Davin fokus dengan pikirannya sendiri. Sampai suara Davin kembali memecahkan fokus Adel.

"Kata dokter, Alex gimana keadaannya?"

"Belum sadar, semoga nggak koma panjang. Selebihnya, udah ditangani."

Makanan di depannya tak lagi berselera, Adel melepaskan sendoknya. Rongga dadanya kembali sesak dalam sekejap.

"Kenapa?" Seolah tahu, Davin bertanya.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang