«Empat puluh sembilan»

12.3K 675 2
                                    

Happy Reading♡

.


.



Seharusnya ia ikut tadi.

Ah, tidak. Seharusnya Adel menahan Alex pergi.

Andai saja ia tak menyuruh cowok itu membelikan martabak untuknya.

Andai saja ia bisa menahan sebentar keinginannya, tak akan jadi seperti ini akhirnya.

Andai saja ....

"Adel ...." Usapan lembut di punggung tangannya membuat atensi Adel teralihkan pada sosok Sarah yang tersenyum hangat padanya, meski berlinang air mata.

"Maafin Adel, Tante."

"Nggak, ini bukan salah kamu, Sayang. Nggak ada yang salah di sini. Ini sebuah kecelakaan."

Pada akhirnya Adel jatuh dalam rengkuhan Sarah, mendekapnya erat selayaknya anak sendiri. Saling menguatkan, saling memberi dukungan.

"Kita tunggu Dokter keluar, ya. Jangan terus nyalahin diri kamu sendiri, nggak ada gunanya, Sayang."

"Tapi emang–Adel yang salah, Adel yang udah bikin Alex kayak gini ...." Adel merasa tenggorokannya tercekat, dadanya sesak bukan main, napasnya tersendat dengan air mata yang tak bisa lagi ditahan meluruh begitu saja.

"Dari awal kayaknya emang Adel yang jahat," lanjutnya lalu terisak dengan menyembunyikan wajahnya di telapak tangan.

Sarah mengalihkan pandangannya sembari menahan air mata. Ia bangkit beranjak menjauh dari Adel lalu mendekat ke pintu UGD di mana Alex masih ditangani dokter di dalam sana.

Tak lama Dion datang, mengelus punggung istrinya berusaha menenangkan meski ia sendiri juga khawatir. Sementara Adel diam saja tak bicara kini, merasa tak ada hak berkomentar atau perasaan bersalahnya akan semakin menggunung.

Adel menegak saat pintu UGD dibuka, muncul seorang dokter dengan masker menutup sebagian wajahnya sampai bawa mata yang langsung dibuka begitu keluar.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter? Tidak ada masalah serius, kan?" Dion angkat bicara mewakili, juga masih menenangkan istrinya yang terisak dengan sangat berharap bahwa anaknya baik-baik saja.

Adel di tempatnya juga berharap hal yang sama, tangannya saling bertaut tak tenang dan gelisah menunggu jawaban dokter.

"Cedera di bagian kepala akibat kecelakaan itu lumayan serius, tapi beruntung cepat dibawa ke rumah sakit sebelum terlambat. Untuk saat ini, kita hanya bisa menunggu pasien sampai sadar."

Dion menggenggam tangan Sarah yang tampak terkejut. Tidak, sepertinya bukan hanya Sarah yang terkejut.

"Sampai kapan anak saya sadar, Dok?" Dion kembali bertanya penuh harap.

"Kita tunggu perkembangan kedepannya, tapi saya harap tidak akan terjadi koma dalam waktu yang lama."

Adel terhenyak, pasokan uadara di sekitarnya seakan menipis saat dokter berkata demikian. Apalagi ekspresi tak mengenakkan yang ditunjukkan dokter seolah khawatir, membuatnya tak bisa berpikir jernih dan tenang.

ALEXON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang