Gelaran Kejuaraan Dunia telah usai. Indonesia berhasil meraih medali emas di sektor ganda putra melalui bapak bapak andalan kita semua, tiada lain tiada bukan ialah the daddies. Sektor ganda putri juga menyumbangkan medali perunggu melalui kak greysia dan apri. Selain itu, Fajar dan Rian ternyata bisa bangun dari mimpi buruknya dengan capaian medali perunggu kali ini. Hasil yang cukup baik untuk Tim Indonesia, walaupun belum maksimal. Pengennya sih bisa dapat emas di semua sektor tapi kan namanya belum rejeki ya.
"Ja.. lu udah beres packing?" Tanya mbak wid sambil mengemasi barang bawaannya.
Setelah tadi ada acara makan malam bersama kedutaan besar indonesia di swiss, kami pun akhirnya sampai di hotel. Kali ini aku sekamar dengan mbak wid. Mbak Naf tidak ikut untuk liputan kali ini. Dan ini adalah malam terakhir kami di sini, besok sudah harus kembali ke tanah air.
"Belom mbak. Capek banget gue. Pengen langsung tidur aja"
"Ja gue nitip ini di koper lu ya" tanya mbak wid sambil menunjukkan barang barangnya yang mau ia titip.
"Mbak lu dideportasi apa gimana sih. Banyak banget bawaannya. Perasaan kita di sini ga kemana mana kok barang barang lu nambah"
"Sialan lu. Ini gue masukin ke mana nih?"
"Koper gue yang abu aja mbak, masih kosong tuh. Ga sempet beli apa apa gue. Buat oleh oleh anak gue aja belum beli"
"Lu minta aja bonekanya si Fajar tuh. Tadi kan di podium dapet boneka dia" ledek mbak wid
"Teruuusss.. ledekin aja terus mbak. Kita udah di basel ini loh. Masih aja ledekinnya ama Fajar. Ama bule kek sekali kali" keluhku
Disaat aku dan mbak wid sedang seru serunya ngobrol, membahas (dan berghibah tentu saja) tentang pertandingan selama di sini. Tiba tiba kita berdua dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari luar kamar hotel.
Dengan menggerutu mbak wid berdiri hendak membuka pintu "Siapa sih jam segini ketok ketok"
"Jaaaa.... Eja.... Eja mana mbak wid"
Suara teriakannya sangat familiar di telingaku.
"Jar lu tau gak ini udah jam berapa. Teriak teriak di kamar orang. Gue panggilin security tau rasa lu" seru mbak wid kesal sambil mengeplak bahu Fajar dengan cukup keras.
Dengan memasang tampang cengengesannya dia pun berhenti berteriak "Hehehe sori mbak. Eja mana mbak. Gue mau ketemu bentar"
Aku yang mendengar keributan antara mbak wid dan fajar akhirnya beranjak dari tempat tidurku, padahal badan sudah minta istirahat.
"Ada apa sih Jar"
Fajar tersenyum lebar, tanpa berkata apa apa dia langsung menghambur ke pelukanku. Memelukku dengan cukup erat. Aku yang masih bingung hanya bisa diam terpaku. Tak tahu musti bereaksi seperti apa.
"Jaa.. gue dapet medali ja" wajahnya terlihat begitu bahagia.
"Makasih Eja.." bisiknya di telingaku
"Heehh.. bener bener ya lu Jar. Maen peluk peluk. Bukan muhrim woy. Besok kalo nyampe jakarta nih, langsung aja deh ke KUA"
Teguran dari Mbak Wid langsung membuyarkan acara peluk pelukan yang berlangsung cukup dramatis ini. Aku hanya bisa tersenyum mendengar apa yang dikatakan mbak wid.
"Ja.. keluar bentar yuk. Gaenak di sini ada yang ganggu. Jaket lu mana, pake dulu biar ga kedinginan"
Sebenarnya badanku sudah benar benar lelah. Tapi kalau aku tolak ajakan Fajar, aku takut dia marah. Jarang jarang kan dia baik banget gini sama aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Really The One (?)
Fanfiction"Ga nyangka gue kalo lu udah punya anak. Jadi janda pula" - Fajar Alfian, 24 tahun "Andai kamu tau, ini anak siapa. Pasti kamu ga akan bisa ngomong gitu" - Senja Adriana, 24 tahun "Kata ibu ayah Arik kerja di luar negeri. Masa sampai sekarang ga pul...