Part 20

3.7K 324 21
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Aku dan rombongan sudah berada di stasiun untuk bertolak lagi ke Jakarta. Keberangkatan kami masih sekitar setengah jam lagi dan Fajar juga belum sampai ke stasiun. Dia tadi pergi duluan dengan pacarnya. Mau pacaran dulu katanya. Mumpung ketemu karena besok mereka sudah harus berangkat ke malaysia dan minggu depan ke singapura.

"Udah sih Ja gausah dipikirin. Fajarnya ga macem macem kok ama Firly" Mas Deri mulai lagi nih kumat usilnya.

"Paan sih mas der"

"Wihh anak mantu dikasih oleh oleh banyak ya sama mertua" kali ini giliran mas rian yang meledekku.

Sebelum pulang tadi memang orang tuanya Fajar memberi beberapa bingkisan buat oleh oleh katanya. Sebenarnya mas Deri dan mas Rian juga dapet tapi gatau kenapa punyaku memang lebih banyak.

"Kalian berdua bisa gatel gatel kali ya kalo ga ngledekin gue" rutukku kesal yang diikuti dengan gelak tawa mereka.

"Keretanya mana sih mas der, udah pengen pulang gue"

"Lu nungguin kereta apa nungguin Fajar Ja?" Godanya lagi

"Tauk ah sekarepmu" sahutku ketus.

Sekitar 40 menit kemudian kereta yang akan kita naiki sudah tiba. Aku dan rombongan pun segera bergegas masuk. Fajar juga sudah sampai beberapa saat lalu dengan diantar pacarnya yang gelendotan terus kaya koala.

Aku pun mencari tempat duduk sesuai dengan nomor yang ada di tiket. Dan lagi lagi nasib buruk menimpaku. Aku satu tempat duduk dengan makhluk kardus ini. Diantara banyaknya penumpang kenapa tempat dudukku harus sebelahan sama dia sih.

"Mas Der.. " rengekku

"Ga bisa Ja tar kalo dicek ama petugas gimana. Harus sesuai sama di tiket" tolaknya sambil menertawakanku. Tega amat dia sih.

Minta tukeran sama mas rian juga percuma, hasilnya nihil. Emang pada tertawa diatas penderitaanku ini orang orang.

"Yaudah sih Ja lu napa dah gamau duduk ama gue. Sana duduk buruan" perintah Fajar galak.

Aku yang memang sudah sangat kelelahan akhirnya pasrah dan duduk di tempatku. Tak berapa lama setelah kereta jalan mataku serasa memberat. Aku memang kurang tidur, semalaman terjaga menemani Arik di rumah sakit dan hari ini harus liputan keluar kota. Hari yang sangat melelahkan. Ku sandarkan kepalaku pada kaca jendela kereta. Akhirnya lama kelamaan mataku pun tertutup.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika aku membuka mata. Stasiun tujuan sudah mulai mendekat. Ku rasakan pundakku terasa berat, ternyata Fajar sedang lelap tertidur dengan pundakku sebagai bantalnya. Mas Deri yang ternyata juga terjaga tentu saja tak menyia nyiakan momen ini, dia merekamnya dan pasti akan menyebarkannya kepada para lambe yang lain nih.

"Awas ya" bentakku dengan suara sepelan mungkin kepada mas Deri yang dibalas dengan tawa penuh kemenangan.

"Jar bangun, dah mau nyampe" akhirnya ku putuskan membangunkan dia. Kereta sudah akan tiba di stasiun

Dengan beberapa kali sentakan di pundakku yang dijadikannya bantal, akhirnya terbangun juga dia.

Mungkin karena baru bangun dan sama sama merasakan kelelahan kita berdua pun tak ada perbincangan apa apa sampai turun dari kereta dan menuju ke luar stasiun.

"Ja yakin lu gamau bareng kita aja? Udah malem lho" tanya Mas Deri sekali lagi.

Iya aku memutuskan berpisah dengan rombongam begitu keluar dari stasiun. Rencananya aku akan langsung ke rumah sakit, sudah terlalu lama aku meninggalkan Arik. Lagipula aku juga tidak enak dengan Kevin yang masih menjaga Arik di rumah sakit hingga malam begini.

"Ga mas der gue masih ada urusan soalnya. Naik taksi aja"

Tak lama kemudian terdengar ponselku berdering, tanda ada panggilan masuk. Dari Kevin rupanya.

"Napa Vin?"

"Lu udah dimana Ja?" Tanya Kevin dari seberang panggilan

"Ini udah sampe jakarta kok. Udah keluar stasiun tar langsung nyamper ke sana vin" jawabku menjelaskan

"Mau gue jemput aja? Udah malem soalnya"

"Gausah vin gue naik taksi aja. Sori banget ya gue ngrepotin lu terus" tolakku halus, sungkan aku sudah terlalu banyak merepotkan dirinya

"Ngrepotin apaan sih. Yaudah lu ati ati ya. Arik udah tidur kok jadi lu gausah kawatir. Gue tungguin di sini"

"Oh jadi urusan lu itu mau ketemuan ama kevin? Malem malem buta gini? Dasar murahan" tepat setelah telfon terputus komentar itu terlontar dari lelaki yang berjalan di sebelahku.
Bisa ditebak siapa dia?

"Gue lagi males buat ribut ama lu ya jar. Iya gue murahan makanya dulu bisa mau sama lu" sahutku tak kalah sengit

"Udah deh mulai lagi kalian tuh. Baru juga damai bentar" kali ini mas Deri berusaha menengahi

"Untung gue cepet sadar ya cewek macem apa lu Ja"

"Jay udah" mas Jom dengan intonasi yang sedikit meninggi berharap rekannya tak lagi melanjutkan perdebatan ini

"Iya gue cewek murah yang dengan begonya mau mau aja lu tidurin dulu. Lalu lu tinggalin seenak jidat" entah setan mana yang merasukiku tiba tiba kata kata itu meluncur dari bibirku.

Tentu saja membuat mereka langsung bungkam tak tahu harus berkomentar apa.

Untung saja tak lama setelah itu ada taksi kosong yang berhenti di depanku, tanpa berpamitan aku langsung naik dan menumpahkan semua tangisku setelahnya.

Mau sampai kapan kita kaya gini Jar?

Are You Really The One (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang