Part 6

3.9K 339 2
                                    

Fajar Alfian

Kejadian kemarin masih membekas di ingatanku. Shutlecock yang ku tangkis dengan cukup keras tepat mengenai dahi Senja yang mengakibatkan dia harus menerima beberapa jahitan. Iya, aku mengaku salah. Tapi siapa suruh dia berada di pinggir lapangan. Dimana aku bisa melihat setiap gerak geriknya dengan sangat jelas.

Jika ditanya apa aku sebegitu bencinya terhadap dia, jawaban sebenarnya tidak. Jujur ada perasaan rindu sewaktu melihatnya lagi setelah lima tahun berpisah. Namun aku terlalu takut mengakuinya. Aku takut jika rasa itu kembali muncul. Apalagi sekarang aku sudah memiliki kekasih yang hampir tiga taun mendampingiku. Aku takut goyah. Makanya aku tutupi semua rasa itu dengan kebencianku padanya.

Ada rasa bersalah menghinggapi diriku sewaktu aku melukainya kemarin. Aku tak menyangka bahwa keisenganku keterlaluan mengakibatkan dia terluka dan pingsan. Aku ingin menemuinya dan meminta maaf padanya. Namun lagi lagi, egoku menghalangiku untuk melakukannya. Apalagi melihat Kevin begitu perhatian pada Senja. Hatiku semakin tidak karuan. Baru kerja seminggu sudah dapat simpati dari orang orang, Kevin khususnya.

Semalam aku sempat sedikit mengalah dengan egoku dan mencoba menemui Senja untuk meminta maaf. Bagaimanapun aku bukan pengecut seperti yang kevin bilang kemarin sewaktu memarahiku. Tapi saat aku hendak menuju ruang medis, ternyata Senja sudah keluar dan tebak apa yang ku lihat. Kevin berjalan merangkul dia disampingnya. Gimana gak mendidih darahku melihat kejadian itu? Apa jangan dia pura pura pingsan biar menarik perhatian kevin?

"Ngelamun aja Jar. Sarapan yok" tepukan keras wahyu di pundakku membuyarkan pikiranku.

"Sapa yang ngelamun sih. Lu mau makan di kantin? Gue lagi males"

"Yaudah lu mau apa? Cari sarapan di depan aja lah yuk. Laper gue" ajak wahyu

Aku pun segera beranjak dari tempat tidur dan mengikuti wahyu nayaka teman sekamarku keluar untuk mencari sarapan.

Ada banyak berderet warung makan di sepanjang jalanan depan pelatnas ini. Bisa jadi alternatif ketika bosan dengan menu yang disediakan di kantin. Setelah memilih dan menimbang sama wahyu akhirnya pilihan kita jatuh kepada mamang ketoprak langganan. Aku dan wahyu langsung masuk ke tenda warungnya. Ternyata di sana udah ada beberapa atlet, sepertinya memang lagi pada bosan dengan menu kantin. Ada kevin, rian, kak grey dan apri tentu saja, juga ada jorji.

"Lah udah pada di sini aja. Ga ngajak ngajak" cetus wahyu begitu melihat mereka

"Lu sih molor terus tinggal aja keburu laper" saut ginting

"Enak aja. Tuh nungguin fajar ga kelar kelar ngelamunnya"

"Apaan sih napa jadi gue" sewotku

Percakapan pun terhenti setelah mamang ketoprak menghidangkan makanan pesanan kita. Aku yang sudah sangat lapar sedari tadi khusyuk menyantap makananku hingga tandas.

"Mang bungkus 1 ya"

"Gila vin masih belum kenyang lu?" Sahut kak grey

"Bukan buat gue. Buat Eja" akupun terhenyak mendengar nama dia disebut

"Eh iya gimana keadaan Eja? Kemarin gue ga sempet jengukin dia di ruang medis. Keburu ada janji ama mici" kali ini Ginting yang bertanya

Aku masih diam saja mendengarkan percakapan mereka. Sejujurnya aku pun ingin tahu bagaiaman keadaan Eja sekarang.

"Udah baikan sih harusnya. Kata mbak ella juga cuman robek dikit kok. Udah yuk balik keburu jam latian" ajak kevin begitu mamang ketoprak menyodorkan bungkusannya.

Aku dan yang lainnya pun keluar meninggalkan warung ketoprak dan kembali ke pelatnas bersiap untuk memulai aktivitas.

"Jar lu udah minta maaf belom ama Eja?" Kali ini kak Grey menanyaiku

"Ngapain minta maaf toh salah dia duduk di pinggir lapangan. Kalo kena ya urusan dia lah" sahutku enteng

"Banci kaya dia mana mau minta maaf sih kak" ngajak ribut kevin sanjaya ini.

"Maksud lu apaan ngomong gitu ke gue" aku yang sudah tersulut emosi mendekat ke arah kevin dan mencengkram kerah bajunya.

"Emang bener kan, lu banci ga mau ngakuin kalo lu salah" katanya datar

"Dikasih apaan sih lu ama tuh cewek, baru di sini bentar aja lu udah jadi bucin"

"Bucin apaan maksud lu?" Kali ini Kevin tak mau kalah

"Gendong dia ampe ruang medis, malemnya nganterin pulang pake acara rangkul rangkulan lagi. Kalo bukan bucin apa namanya?" Kataku sinis.

"Mulut lu ya Jar"

Kevin yang sudah tersulut emosinya nyaris saja menghadiahkan bogeman mentah padaku. Untung saja teman teman yang lain melerai. Bisa bonyok mungkin aku sekarang.

"Jar, Vin udah.. bisa kena skorsing dari coach tar kalian" kali ini rian berusaha menenangkan.

"Lu berdua duduk dulu sini. Ngomong baek baek" tarik kak greys ke dalam ruang tengah asrama kami.

Aku yang masih mencoba meredam emosi diam saja mengikuti kak greys dan teman yang lain. Duduk di sofa ruang tengah asrama. Di sana udah ada koh sinyo dan koh hendra.

"Ini ada apa sih rame bener" tanya koh hendra heran

"Nih makhluk berdua mau berantem koh." Saut jorji

"Sini lu berdua duduk sini. Diomongin baek baek emang ga bisa? Pake berantem segala. Kalian ini satu keluarga." Kata kata koh hendra membuatku terdiam.

"Lu sebenernya ada masalah apa ama Eja sih Jar? Jujur ama kita" tanya kak greys

Aku masih terdiam, bingung mau jawab apa. Aku sendiri pun tak tahu pasti kenapa sikapku begitu kejam pada Senja.

"Lu kayanya benci banget ama Eja. Ada apa sih Jar?" Wahyu yang daritadi diam akhirnya bersuara juga.

"Jangan tanya ke gue lah. Sana tanyain ke Senja Adriana sang wartawan kesayangan Kevin Sanjaya" sahutku sambil berlalu meninggalkan mereka.

Ku lihat Kevin akan memukulku mendengar perkataanku barusan. Namun dicegah koh sinyo dan koh hendra.

Aku pun masuk ke dalam kamarku. Mencoba menenangkan diri. Pikiranku sangat kacau kali ini. Bayangan Eja sekelebat muncul dalam pikiranku, dia yang dulu menjadi orang yang sangat aku cintai. Kenapa kini malah ku sakiti. Entahlah..

Ku putuskan untuk menelfon Firly, kekasihku. Siapa tau dengan berbicara dengannya akan membuatku lebih tenang dan tak lagi memikirkan tentang Eja.

Are You Really The One (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang