Part 39

1.6K 180 11
                                    

Aku menatap layar komputer di depanku. Mengecek tugas tugas yang harus ku selesaikan dalam minggu ini. Wawancara dengan Fajri menjadi salah satu tugas yang belum juga ku kerjakan.

"Ja, tar pada mau makan all you can eat di resto baru yang ada di ujung jalan. Lu ikut ya" ajak mbak wid

Aku hanya bisa menggeleng, menolak ajakan tersebut.

"Gue udah ada janji mbak"

Seperti kucing kelaparan yang mendapat mangsa, ketiga manusia lambe yang berada di ruangan ini pun menoleh kepadaku. Semangat sekali emang mereka kalo ada yang bisa dijadikan bahan gibah.

"Ama siapa Ja?" Tanya Mas Deri

"Laris manis emang Eja, janjian mulu kerjaannya" timpal Mbak Naf

Aku hanya terkekeh melihat tingkah konyol mereka.

"Gue udah janjian mau makan di kafe depan sekalian wawancara Fajri" jelasku

"Fajri apa Rian doang?" Tanya mbak naf

"Paling Rian doang. Emang Fajar udah mau interview ama lu?" Sahut mbak wid

Sudah berbulan bulan lamanya sejak peristiwa Fajar mengetahui kebenaran tentang Arik. Hubunganku dengannya menjadi lebih morat marit dari sebelumnya. Jika dulu Fajar bertingkah kasar padaku, sekarang dia lebih menghindar dariku. Bahkan dia menolak semua wawancara jika wartawannya adalah aku. Sebenci itu dia sekarang padaku. Tak sedikit orang yang bertanya perihal ini.

"Yaahh Rian kan juga bagian dari Fajri mbak. Dia doang yang wawancara juga udah cukup mewakili kan" terangku memberi alasan

"Lagian gue heran ama kalian. Perasaan pas di Basel juga kalian akur akur aja. Mana pake acara peluk pelukan mesra banget. Begitu sampe sini malah jadi musuhan gini. Kalian tuh ada masalah apa sebenernya?" Hiyaaak.. Mbak Wid sudah menumpahkan teh panas yang akan segera disesap oleh dua personil lambe yang lain.

"Heeehh apa?? Peluk pelukan?? Seriusan mbak"

"Beneran naf. Medali Si Fajar aja ada di Eja. Tanyain noh kalo ga percaya. Gue pikir mereka udah balikan" Mbak Wid ini sekali dipancing langsung tumpah semua ya. Heran.

"Teruuusss... tumpahin aja semua mbak.. biar banjir" sungutku kesal yang dibalas dengan gelak tawa oleh mereka bertiga. Emang ya kalo masalah ngeledekin orang, mereka paling jagonya.

"Yaa habisan gue heran sama kalian berdua. Ada masalah apalagi sih Ja kali ini? Sampe diem dieman gini kalian" kali ini Mas Deri ikutan nimbrung.

"Sodara sodara sekalian.. mending kelarin dulu deh tuh list kerjaan kalian yang menggunung. Tar kalo gue mau adain konferensi pers pasti bakal dikasih tau kok" jawabku bercanda.

Maaf yaa..

Bukan aku tidak mau memberitahu tapi tidak mungkin juga aku mengatakan yang sebenarnya pada kalian.

.

.

.

Aku sudah duduk di dalam kafe diiringi lagu lagu kekinian yang diputar berulang. Hampir lima belas menit pintu kafe tidak dibuka oleh satu pun pengunjung. Aku masih menunggu Rian datang. Katanya tadi dia masih beberes selepas latihan.

Aku meneguk green tea latte dingin yang baru saja diberikan oleh pelayan. Sudah mulai jenuh juga aku menunggu.

"Ejaaa.. sori lama ya nungguin gue?" Tanya Jombang dengan wajah yang tampak berdosa.

Are You Really The One (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang