Part 32

2.6K 248 9
                                    

"Jom buruan napa mandinya, keburu ditinggal ama yang laen tar" teriakku memanggil Rian yang tiba tiba aja nyelonong numpang mandi di sini.

Tak berapa lama kemudian akhirnya dia keluar juga dari kamar mandi dengan muka glowingnya itu.

"Lu napa sih mandi di sini? Emang kamar lu ga ada airnya apa gimana" tanyaku heran

"Gara gara lu" jawabnya singkat sontak membuatku semakin bingung

"Gara gara gue gimana maksudnya?"

"Gedeg gue dengerin kevin ngomel mulu daritadi, semua semua diomelin. Lu sih punya mulut ga bisa direm. Udah tau dia anaknya suka ngambekan. Lu ajakin ribut mulu. Gue nih yang sekamar kebagian apesnya. Kena omel ama dia" rentetan panjang omelan dari seorang rian ardianto tak sepatah kata pun ku bantah.

"Lagian lu napa sih emosi mulu tiap bahas Eja ma Kevin? Cemburu ya. Ngaku aja lu" tembak jombang

"Kagak. Ngapain gue cemburu sih jom. Gue mah yaa udah anggep Eja masa lalu. Cewek gue sekarang jauh lebih cantik dari Eja. Ga mungkin gue cemburu ma Eja" kilahku

"Kalo lu ga cemburu kenapa tiap ada Eja lagi sama Kevin bawaannya mau lu bacok haaahh... tinggal ngaku aja apa susahnya sih"

"Udahlah Jar sekarang lu maunya gimana, kalo emang lu udah bahagia ama cewek lu yaudah biarin aja Eja sama Kevin atau sama siapapun lah yang deket ama dia. Jangan sensi mulu bawaan lu" lanjut jombang memberi saran.

Kali ini omongan Jombang cukup menohok hatiku. Iya juga ya, kalau aku tidak cemburu lalu kenapa setiap melihat keakraban Eja dan Kevin rasanya panas banget. Harusnya aku sudah tidak lagi peduli lagi apapun tentang Eja. Dia hanya bagian dari masa laluku yang harusnya sudah ku kubur dalam dalam. Tapi nyatanya, aku masih saja ingin tahu tentang dia. Dan jujur saja, aku tidak membenci keberadaan Kevin di hidup Eja sekarang, namun tak bisa dipungkiri ada sedikit rasa iri yang tercetus. Harusnya aku yang berada di sisi Eja, menjadi alasan dia tertawa. Yang terjadi sekarang justru sebaliknya, seringkali Eja menangis karena aku.

"Malah diem aja ini orang, kesambet lu ya" sentakan Jombang membuyarkan semua pikiranku

"Apaan sih. Udah kelar kan lu? Yaudah yok buruan turun. Keburu diomel omelin yang lain tar" ajakku sambil berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
.
.
.
.

Kami serombongan akhirnya tiba di sebuah restoran halal yang berada tak jauh dari kawasan hotel. Malam ini selain untuk berbuka puasa, kami juga akan merayakan ulang tahun Koh Didi atau Coach Eng Hian. Pelatih ganda putri yang hari ini bertambah usianya. Bukan perayaan besar besaran, hanya sekadar tiup lilin dan potong kue, perayaan kecil kecilan saja.

"Eja sudah sembuh?" sebuah pertanyaan yang dilontarkan Babah Ahsan membuatku memalingkan pandangan padanya.

Tampak wajahnya masih terlihat sayu walau tak sepucat pagi tadi, jalannya pun masih terhuyung lemah. Belum sembuh benar rupanya.

"Alhamdulillah bah udah mendingan" jawabnya sedikit lesu

"Tuh kan dia beneran sakit. Lu sih jadi orang suudzon mulu" Rian Bacot Ardianto ini kenapa sih sedari tadi omongannya nyebelin.

"Iyeee iyee jom" jawabku singkat

Acara buka bersama, makan malam dan juga sekaligus perayaan ultah Koh Didi berlangsung dengan lancar. Tampak raut muka bahagia terpancar dari yang sedang berulang tahun. Saling melempar canda kemudian tertawa di sela sela makan hingga tak terasa waktu pun lekas berlalu. Saatnya aku dan rombongan kembali ke hotel, menyimpan energi untuk esok hari.

"Ja, muka lu masih pucet gitu. Kuat jalan sampe hotel?"

Tak sampai dua meter di depanku, terdapat adegan yang membuat darahku mendidih. Dadaku serasa ingin meledak. Kevin yang tengah membantu memapah Eja karena jalannya masih belum terlalu kuat. Aku terpaku seketika melihat semua yang terjadi. Entah mengapa aku terusik dengan Kevin dan Eja.

"Lebai amat sih" ucapku ketus selagi menyelak jalan mereka.

"Lebai gimana maksud lu Jar?" tanya Kevin, tersirat ada rasa kesal di sana.

"Yaa lu berdua tuh lebai. Kalo mau mesra mesra an jangan di sini. Noh di sana yang sepi. Lagian lu juga Ja sok sok sakit biar diperhatiin sama orang orang kan. Caper banget lu" cerocosku ketus

"Jar, lu lama lama makin kelewatan ya. Mau lu apa sih" balas Kevin dengan nada yang meninggi dan nafas yang memburu

"Alaaahh lu berdua emang banyakan drama. Gue heran aja yaa sama lu vin. Cewek lu model cakep cakep kenapa sekarang mau mau an sama cewek modelan Eja gini sih"

Dengan tangan terkepal, Kevin berusaha menahan amarahnya yang memuncak.

"Lu bener bener keterlaluan ya Jar. Ga seharusnya lu ngomong gitu" Kevin balas meneriakiku.

"Kenapa emangnya? Ga terima?" Aku mencengkeram kerah kemeja Kevin

"Vin, vin udah.. Jangan berantem di sini" ujar Eja mencoba melerai

Emosinya kini terpancing, tangannya yang terkepal sudah siap siap untuk melayangkan tinju. Perkelahian antara kami berdua sudah tak terelakkan lagi. Keributan kecil itu menjadi meluas. Eja dan beberapa orang yang masih tersisa di sini berusaha melerai.

"Fajar, Kevin kalian sudah siap saya jatuhi sanksi?" omongan cik susi akhirnya membuat kami menghentikan pertikaian ini.

"Kalian berdua besok pagi datang menemui saya ya" ucapnya tegas.

Tanpa mengucap satu patah kata pun, aku berlalu meninggalkan mereka. Rasanya semakin sesak saja dada ini. Aku sadar sepenuhnya, tindakan yang aku ambil sangat keliru. Seharusnya aku bisa mengontrol emosi. Dengan begitu, keadaan tidak akan berubah menjadi lebih buruk seperti tadi. Namun nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlanjur terjadi. Entah hukuman apa yang akan aku terima esok.

Are You Really The One (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang