Kevin membawaku masuk ke dalam mobilnya. Membiarkanku mengatur emosiku, mengingat pertengkaranku dengan Fajar tadi.
"Nih minum dulu Ja" kevin menyodorkan air mineral padaku. Tanpa ku jawab langsung ku ambil saja dari tangannya.
"Tenangin diri dulu Ja" lanjutnya sambil mengusap bahuku lembut.
"Kesel gue vin, perasaan gue udah diem diem aja ga nyenggol dia. Eh dia ngajakin ribut mulu. Udah gue sabar sabarin tapi dia semakin keterlaluan. Mau dia apa coba" aku sudah tak bisa lagi mengontrol emosiku.
"Capek gue vin. Apa gue resign aja ya dari kerjaan gue" tak tahan lagi, air mata lolos meluncur ke pipiku.
Kevin menarikku, meletakkan kepalaku di pundaknya "Yang sabar Eja. Kuat pasti lu ngadepin dia. Bisa pasti. Lu harus tunjukin ke dia kalo lu tuh kuat. Ga lemah. Kalo lu resign tar dia kesenengan"
Cukup lama kevin membiarkanku menangis di pundaknya. Hingga akhirnya hapeku berdering. Panggilan masuk dari Mama rupanya.
"Iya gimana ma?" Tanyaku begitu mengangkat telfon
"Arik demam tinggi ini kita perjalanan ke rumah sakit. Kamu langsung nyusul ya Ja"
Sebuah kabar dari mama yang membuatku semakin lemas. Aku bahkan masih terdiam mencerna apa yang tadi dikatakan mama. Anakku sakit.
"Ada apa Ja?" Tanya kevin bingung melihat perubahan sikapku
"Gue harus ke rumah sakit sekarang vin" teriakku histeris sambil berurai air mata. Kepanikan mulai menjalariku.
"Gue anterin Ja. Lu tenang ya. Jangan panik gini. Rumah sakit mana Ja?" Kata kevin sambil mencoba menenangkanku.
"Harapan Kita vin. Cepet vin sekarang berangkat" perintahku padanya.
.
.
.
Sepanjang perjalanan aku merasa tidak tenang. Arik tiba tiba demam tinggi, semoga tidak terjadi hal hal yang mengkhawatirkan.Jalanan cukup lengang namun aku merasakan perjalanan kali ini terasa sangat lambat. Aku sudah tak sabar ingin segera bertemu Arik.
Melihat aku yang sedari tadi gelisah kevin pun mencoba menenangkanku "Ja tenang ya ja. Banyakin doa"
"Iya vin tapi bisa lebih cepet ga?"
"Ini gue udah ngebut Ja. Bentar lagi sampe" ujarnya lagi.
Sekitar dua puluh menit kemudian sampailah aku di pelataran parkir Rumah Sakit. Aku segera turun dan berlari menuju ruangan Arik. Mama tadi mengabari bahwa keadaan Arik sudah stabil dan dipindah dari IGD ke ruang inap.
Lorong demi lorong ku lewati. Mencari letak kamar anakku. Hingga akhirnya aku melihat sosok papa di depan sebuah pintu kamar.
"Papa !!" Teriakku sambil berlari mendekat ke arahnya
"Arik gimana pa?"
"Udah gapapa nak. Udah.. demamnya udah mulai turun. Tadi diambil darahnya buat cek lab. Besok baru keluar hasilnya" ujar papa sambil memelukku mencoba menenangkanku yang berurai air mata.
Tampak kevin setengah berlari ke arahku. Sedikit terengah.
"Loh nak kevin" sambut papa
"Eh iya om. Met malem"
"Makasih ya udah anterin Eja ke sini" ucap papa
"Pa Eja masuk dulu. Mau liat Arik" sela ku diantara obrolan mereka.
Hati ibu mana yang tidak remuk melihat anaknya terkulai lemah tak berdaya seperti ini. Ada rasa bersalah di hatiku, aku terlalu sibuk bekerja hingga lupa memperhatikan keadaan anakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Really The One (?)
أدب الهواة"Ga nyangka gue kalo lu udah punya anak. Jadi janda pula" - Fajar Alfian, 24 tahun "Andai kamu tau, ini anak siapa. Pasti kamu ga akan bisa ngomong gitu" - Senja Adriana, 24 tahun "Kata ibu ayah Arik kerja di luar negeri. Masa sampai sekarang ga pul...