Part 4

4.3K 355 0
                                    

Sore ini kegiatanku adalah meliput para atlet yang sedang latihan sesi kedua. Ini adalah hari ke limaku berada di sini. Iya hampir seminggu berlalu. Adaptasi dengan lingkungan dan teman kerja yang baru cukup mulus ku lewati. Mereka sangat ramah dan menyambutku dengan baik. Tak terkecuali para atlet. Mereka baik baik banget.

Jangan tanya bagaimana hubunganku dengan Fajar. Seperti yang dia bilang di hari pertamaku kerja, anggap kita tidak saling kenal. Dan itu yang aku lakukan. Aku tidak pernah bicara sepatah pun dengan dia. Jika ada dia di sekitarku aku memilih untuk menghindar dan mencari jalan lain. Melelahkan memang, tapi itu yang terbaik.

Kejadian tarik menarik Fajar waktu itu sempat menjadi berita heboh di kalangan para penghuni pelatnas. Yaa gimana tidak heboh, dia menarik tanganku tepat di depan para atlet. Jelaslah mereka penasaran apa yang terjadi. Setiap yang bertemu denganku pasti akan menanyakan hal itu. Apa yang sebenarnya terjadi antara aku dengan dia. Apa kita sudah saling mengenal sebelumnya. Yang tentu saja aku tak bisa jawab dengan jujur. Aku hanya bilang dia salah orang. Dikiranya aku temannya padahal bukan. Walaupun penjelasanku terasa kurang masuk akal bagi mereka, toh akhirnya mereka diam dan tak lagi bertanya.

"Eja awaaaassss..." buuuukkkkk...

"Awww.. sakit" dahiku terkena tangkisan shutlecock entah dari siapa.

Bergegas beberapa atlet berhambur mendekatiku untuk memeriksa keadaanku.

"Ja lu gapapa? Haduhh.. sobek ini Ja" tangan kevin langsung menutupi luka di dahiku menahan agar darah tidak lebih deras mengucur.

"Ke ruang medis dulu deh. Lu sih Jar liat liat kek kalo mau smash." Kali ini mas Rian ikut nimbrung.

Dan entah siapa lagi yang bicara. Kepalaku terasa berat sekali. Tak mampu lagi merespon kata kata mereka. Dan tiba tiba semua menjadi gelap.
.
.
.
Entah sudah berapa lama aku tertidur di sini. Kepalaku masih terasa sangat sakit. Dan badanku lemas sekali.

"Eh udah bangun Ja. Tiduran aja dulu, kata mbak Ella jidat lu robek dikit jadi tadi dijait." Mbak wid ternyata yang menemaniku di ruang medis.

"Makasih ya mbak udah bantuin bawa gue ke sini" kataku lemah

"Bukan gue Ja. Tadi dari ruangan media gue liat Kevin lari sambil gendong lu. Katanya lu pingsan kena shutlecock"

Jadi kevin yang bawa aku ke sini. Trus di mana dia sekarang. Aku harus bilang terima kasih sama dia.

Tiba tiba pintu ruang medis dibuka pelan. Kevin masuk dan berjalan mendekati kasurku.

"Udah bangun Eja? Gimana udah mendingan?" Tanyanya yang ku jawab dengan anggukan dan senyuman tipis

"Abis darimana sih lu vin? Ngos ngosan gitu" kali ini mbak wid yang bertanya

"Abis ribut sama Fajar"

"Kok bisa???" Tanya mbak wid kaget

"Gue suruh dia ke sini mbak, tadi kan dia yang ngenain shutlecocknya. Paling ga ke sini lah minta maaf. Eh ga mau dia. Dia bilang Eja manja kena gitu aja sok pingsan. Kan ngeselin mbak. Laki kok gitu ga bertanggung jawab" rutuk Kevin kesal

Fajar sebegitu bencinya kah kamu ke aku? Bahkan aku kaya gini aja kamu masih tidak mau menemuiku. Ada sedikit nyeri di hatiku saat ini memikirkan perilaku Fajar padaku.

"Lu ama dia ada masalah apa sih Ja. Kok dia kayanya benci banget ama lu" kali ini mbak wid bertanya padaku.

"Gatau mbak. Ga ada apa apa kita mah. Sama kaya yang lain." Iya aku berbohong.

Are You Really The One (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang