Part 21

3.6K 328 9
                                    

"Bu kok jalannya bukan ke kantor ibu" celetuk Arik menyadari bahwa jalanan ini bukan arah ke kantorku.

Iya, hari ini Arik akan ikut ke pelatnas denganku. Mama dan papa sedang ada urusan di Bandung sehingga tidak ada yang bisa ku mintain tolong buat jaga Arik. Jadi ku bawa saja dia ke pelatnas. Kebetulan hari ini juga kerjaan tidak terlalu padat, setelah maraton turnamen dari Malaysia, Singapura dan dilanjut BAC kemarin kali ini turnamen sedang libur. Ada New Zealand open sebenarnya namun tidak banyak atlet yang turun bertanding jadi aku pun tidak ikut meliput. Persiapan liputan untuk Sudirman Cup dua minggu mendatang.

"Iya kan sekarang ibu pindah dulu nak kantornya. Nanti Arik jangan nakal ya. Tar arik bisa main sama om Kevin" sahutku

Mendengar nama Kevin ku sebut terlihat jelas raut mukanya menjadi lebih sumringah. Semenjak perkenalan Kevin dan Arik di rumah sakit waktu dia opname pertemanan mereka menjadi sangat akrab. Tak jarang Kevin mengajak Arik pergi hanya berdua saja. Sekedar jalan jalan atau membeli mainan. Tentu saja Arik sangat senang mengingat selama ini sosok laki laki yang dia kenal hanya kakeknya, papaku. Kevin selalu bilang kalo Arik itu keponakannya, karena Arik adalah anak Fajar yang sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri. Beberapa kali juga dia bilang padaku ini cara dia untuk menebus kesalahan Fajar yang tak pernah ada untuk Arik.

Sesampainya di pelatnas ku lihat segerombolan atlet lengkap dengan tasnya masing masing. Sudah masuk jam latihan sesi pertama memang.

"Ariiikk..." teriak kevin begitu tau Arik ikut.

"Om kevin" sambut anakku ini dengan berlari menuju pelukannya

"Arik kok ikut ke sini. Ga sekolah?"

"Gak om hari ini libur jadi bisa ikut kesini deh" jelasnya ceria

"Siapa nih Ja? Ponakan lu?" Tanya mas berry

"Bukan mas. Anak gue ini" jawabku enteng

"Eh seriusan Ja? Anak lu?" Kali ini mas rian yang bertanya dengan ekspresi kaget

"Iya mas jom. Arik ini anak gue. Arik salim dulu sama om om ini ya"

"Beneran vin?" Masih tak percaya kali ini mas rian bertanya pada kevin

"Iya bener jom. Arik ini anaknya Eja. Ga liat lu mukanya mirip" sahut kevin

"Udah ah gue mau ke kantor dulu. Yuk mas mas sekalian. Semangat latiannya ya"

"Arik sama ibu dulu ya nanti kalo om kevin selesai latihan kita main bareng" kata kevin memberi pengertian pada Arik

"Iya om. Dadah"

Dengan diiringi tatapan masih tidak percaya oleh atlet atlet itu, kecuali kevin tentu saja. Aku pun berlalu menuju ruanganku. Dan kali ini tatapan heran serta tidak percaya kembali berlanjut. Mas Deri, Mbak wid dan mbak naf tampak tidak percaya jika aku sudah memiliki anak. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi mereka jika tahu Arik ini anak dari Fajar.

"Ja serius lu udah punya anak? Gue kira lu single" mas Deri masih saja bertanya walau sudah ku jelaskan

"Iya mas der, gue kan emang single. Single parent" celetukku enteng

"Arik ini mukanya mirip siapa ya Ja. Familiar banget tapi siapa ya"

"Mirip gue lah. Kan emaknya gue mbak"

"Bukan itu maksud gue. Siapa ya Ja?" Mbak wid masih terus menebak nebak mirip siapa Arik ini. Jangan sampai dia menyadari kalo Arik mirip Fajar.

"Mirip artis korea mbak. Bapaknya dia artis korea. Makanya cakep kan" candaku mengalihkan perhatiannya

"Yeee sue lu. Tapi emang cakep Arik nih. Bolehlah gedenya sama Fathia ya Ja"

"Ogah gue besanan ama lu mbak. Diajakin gibah mulu tar. Dosa tambah banyak" kataku yang direspon dengan lemparan pulpen ke kepalaku.

Ketika masih asik bercandaan dengan para lambe lambe penghuni ruang media pbsi ini tiba tiba ada seseorang mengetuk pintu.

"Mbak mas disuruh kumpul sama koh rudy sekarang" Mas sugeng, petugas kebersihan di pelatnas rupanya yang mengetuk pintu

Kami pun lantas bergegas menuju ke ruangan koh rudy, entah apa yang akan dibahas. Mungkin tentang persiapan liputan sudirman cup nanti.

"Nak, kamu di sini dulu ya bentar. Ibu dipanggil sama pak bos tuh. Tar balik lagi kok. Arik jangan kemana mana ya. Om kevin bentar lagi selese latian tar maen sama Arik. Oke" pesanku pada arik yang tengah asik menonton video di youtube.

Dia hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari layar gadgetnya. Anak jaman sekarang ya...

Are You Really The One (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang