Cipayung pagi ini berbeda dengan hari hari sebelumnya. Terlihat banyak sekali orang yang datang menuju pelatnas. Bahkan aku harus turun dari taksi padahal jarak ke pelatnas masih lumayan jauh.
"Mbak, ini udah nggak bisa maju lagi. Jalannya macet banget di depan" kata supir taksi yang ku tumpangi.
Banyak sekali kendaraan yang bertumpuk memenuhi area pelatnas. Mobil dari berbagai nama media massa di Indonesia. Sepertinya aku tahu apa yang sedang mereka buru di sini.
"Yaudah pak saya turun sini aja ya" kataku sambil menyodorkan sejumlah uang sesuai dengan argo yang tertera.
Ku lanjutkan perjalananku menuju pelatnas dengan berjalan kaki. Semakin dekat dengan area pelatnas, semakin ramai awak media yang berkerumun. Aku bahkan harus rela berdesak desakan agar bisa masuk. Namun malang tak dapat ditolak. Entah siapa yang pertama kali menyadari bahwa aku lah perempuan yang ada dalam berita tersebut. Ada seseorang berteriak sambil menunjuk ke arahku "Itu ceweknya, itu ceweknya"
Tanpa dikomando, mereka langsung berbondong bondong menyerbuku. Merangsek merapat kepadaku. Aku hanya bisa terdiam dan menunduk di tengah cecaran pertanyaan yang mereka hujani padaku.
"Mbak komentarnya dong"
"Mbak benar ya kalo punya anak sama Fajar"
"Mbak dijawab mbak"
Dan entah puluhan pertanyaan apalagi yang datang silih berganti dari mereka. Sungguh ironis benar nasibku kali ini. Biasanya aku yang berada di posisi mereka, berburu jawaban dari narasumber. Sedangkan sekarang, aku justru yang dikejar kejar mereka untuk dimintai keterangan.
Tak ada satu patah kata pun yang aku lontarkan. Aku hanya bisa tertunduk dan terdiam sedangkan langkahku mati matian kupercepat. Apa yang terjadi dengan hidupku hari ini. Mengapa bangun bangun semua sudah menjadi seperti ini. Air mataku perlahan meloloskan dirinya padahal sedari tadi ku coba tahan.
Tuhan tolong, bantu aku.
Tiba tiba dari belakang, ada seseorang yang menutupi kepalaku entah dengan apa, sepertinya hoodie. Membuat wajahku tak lagi dapat disorot kamera. Ditariknya tanganku lalu dia berjalan di depanku. Mencoba membuka jalan. Aku masih terus saja menunduk dengan tangan yang pasrah ditariknya. Terima kasih Tuhan, bantuanMu tepat waktu. Aku bisa lebih mudah masuk ke dalam area pelatnas.
"Ya allah Eja, lu nggak apa apa?" Sambut mbak wid dengan cemas begitu melihatku
Ku lepaskan hoodie yang menutupi kepalaku. "Nggak apa apa mbak"
"Kok jadi gini sih Ja" kali ini mbak naf menimpali sambil mengelus punggungku, menguatkan
"Nggak tau gue mbak. Bangun tidur udah rame banget beritanya" jawabku lemas
"Ini dilaporin aja bisa nggak sih. Kesel banget gue"
"Apanya yang mau dilaporin sih mbak wid. Beritanya aja bener" sahutku
"Mending lu sekarang ketemu cik susy dulu deh Ja. Fajar udah di sana. Buruan" Kevin mengingatkan kembali tujuanku ke sini tadi.
Aku hanya mengangguk dan berpamitan pada mereka.
"Mau gue temenin?" Kevin menawarkan dirinya
"Nggak usah vin. Gue bisa sendiri kok. Btw makasih ya tadi udah bantuin gue" Kevin adalah orang yang tadi membantuku selamat dari serbuan awak media.
Aku bergegas pergi ke ruangan cik susi. Begitu membuka pintu, ku lihat ada cik susi juga coach naga api. Di hadapannya ada Fajar yang menundukkan kepala serta Rian yang hanya diam tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Really The One (?)
Fanfiction"Ga nyangka gue kalo lu udah punya anak. Jadi janda pula" - Fajar Alfian, 24 tahun "Andai kamu tau, ini anak siapa. Pasti kamu ga akan bisa ngomong gitu" - Senja Adriana, 24 tahun "Kata ibu ayah Arik kerja di luar negeri. Masa sampai sekarang ga pul...