Part 44

2.1K 186 25
                                    

"Bu, aki nini Arik jadi kesini?" Tanya Arik sambil ku suapi bubur hambar dari Rumah Sakit.

"Jadi nak. Arik udah nggak sabar ya?

"Iya bu tapi Arik juga takut" katanya lirih, ada kesedihan di raut mukanya

Ku letakkan piring bubur ke nakas dekat ranjang. Ku peluk arik. "Takut kenapa sayang?"

"Arik takut aki dan nini ngga sayang sama Arik" ucapnya ragu ragu

Itu juga yang ibu takutkan nak.

"Kenapa coba aki sama nini ngga sayang sama Arik? Arik kan ganteng, pinter, baik. Nggak ada yang nggak sayang sama Arik. Semua orang pasti sayang sama Arik" ucapku menenangkannya.

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Harusnya Fajar juga sudah ada di sini karena ini hari sabtu. Dia hanya latihan pagi. Tapi sampai sekarang dia juga tak kunjung muncul. Takutnya orang tua Fajar lebih dulu datang. Jujur aku gugup. Ada banyak bayangan bayangan buruk berkelebat di otakku. 

"Nduk, orang tuanya Fajar sudah sampai mana? Takutnya nyasar" tanya papa membuyarkan lamunanku.

"Tadi bilangnya sih udah mau sampai pa. Bentar lagi mungkin"

Tiba tiba datang sesosok Fajar Alfian dari balik pintu dengan cengiran nya "Assalamualaikum"

Tampak orang tuanya ada di belakang.

"Waalaikumsalam" jawab kami bertiga serempak

Aku pun menyalami orang tuanya Fajar bergantian setelah papa dan mama.

"Arik udah sehat nak?" Tanya Fajar sambil mengelus kepalanya lembut

"Udah yah. Arik pengen pulang"

"Nanti ayah bilang ke om dokter ya. Biar Arik bisa cepet pulang"

Semenjak Arik kecelakaan, Fajar mulai membiasakan Arik untuk memanggil dirinya Ayah.

Kedua orang tua Fajar langsung berhambur mendekati Arik. 

"Ya Allah ini teh cucu Nini" kata mamanya Fajar sambil memeluk dan menciumi Arik, cucunya.

"Kasep pisan cucu Aki" sahut papanya Fajar

"Nak, ini kakek sama neneknya Arik. Orang tuanya ayah. Aki sama Nini" Fajar menjelaskan kepada Arik, padahal tanpa dijelaskan pun Arik pasti sudah tahu.

"Salim dulu nak" suruhku

"Aki sama Nini seneng banget bisa ketemu Arik" kata mamanya Fajar sambil berurai air mata.

Melihat mereka memeluk dan menciumi Arik membuat hatiku menghangat. Mereka menerima Arik sebagai cucunya. Anakku akhirnya bisa merasakan keluarga yang utuh. 

Setelah puas memeluk Arik, mamanya Fajar beringsut mendekapku.

"Neng, makasih ya sudah bertahan selama ini. Pasti nggak mudah kan?" Katanya, air matanya jatuh lebih deras.

Aku hanya bisa mengangguk, seperti terhipnotis. Tanpa sadar air mataku pun turut mengalir. Kami berpelukan lama sekali, seolah ingin membagi semua beban yang selama ini ku pikul sendirian. 

"Pak, Bu. Saya selaku orang tua Fajar ingin meminta maaf yang sebesar besarnya kepada keluarga bapak dan ibu. Saya gagal mendidik anak saya. Sampai sampai keluarga bapak dan ibu harus menanggung semuanya sendirian" kali ini papanya Fajar yang meminta maaf.

"Semuanya sudah lewat pak. Yang terpenting sekarang Arik bisa merasakan keluarga yang utuh. Ada ayahnya dan aki nininya. Arik bisa lebih bahagia. Saya harap Fajar bisa lebih membahagiakan Arik mulai sekarang" balas papa bijak.

Are You Really The One (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang