Pagi ini Renata sarapan ditemani kedua orang tuanya dan kedua orang tua sang suami tanpa ada sang suami dan kedua anaknya yang saat ini dalam masa pencarian. Renata menatap makanan didepannya tanpa selera, bukan karena tidak enak ya... makanan di depannya berfariasi dan rasanya sudah dipastikan enak namun tak bisa membangkitkan nafsu makan Renata. Renata mengaduk aduk makanan dipiringnya tanpa berniat memakan pikirannya terus melayang menerang jauh memikirkan tentang keadaan anak anaknya.
"Kamu dimana sayang?"
"Bunda rindu sekali dengan kalian."
"Apa kamu baik baik saja?"
"Apa mereka memberimu makan?"
"Apa mereka memperlakukanmu dengan baik?" Tanya Renata dalam hati.
Sementara Anna merasa iba ketika melihat sang menantu melamun dan tak berselera makan. Anna berinisiatif menelpon putranya untuk memberi tahu keadaan menantunya yang tak berselera makan. Anna meminta Dafa untuk segera pulang dan membujuk Renata untuk makan karena dari kemarin Renata tak berselera makan bahkan semalam saja secara terang terangan menolak maka malam. Anna bangkit dari kursinya menuju kamar tamu yang ia tempati semalam guna menelepon Dafa.
"Sayang, kau dimana?" tanya Anna kepada seseorang di seberang sana.
"....."
"Kalau begitu pulang lah sebentar... istrimu tidak mau makan... mama takut dia jatuh sakit"
"......"
"Ya baiklah.... Mama menunggumu di rumah nak." ucap Anna kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Di meja makan
"Jeng dimana Renata?" tanya Anna penasaran karena tak melihat sang menantu.
"Dia kembali ke kamar Jeng, sepertinya dia begitu sedih mengkhawatirkan Kafa dan Shafa yang tak kunjung pulang," jawab Lin dengan wajah masamnya.
"Apa dia tadi memakan sesuatu?" tanya Anna memastikan.
"Tidak bahkan dia hanya mengaduk aduk makanannya saja. Dia berlari keatas begitu saja tanpa berkata apapun kepada kami."
"Ya sudah kita biarkan saja. Biarkan Dafa yang membujuknya,"
Dafa langsung berlari menuju kamarnya mencari keberadaan sang istri setelah mendapat informasi dari sang mama yang mengatakan jika Renata tidak mau makan.
Ceklek...
Dafa tidak melihat keberadaan Renata didalam kamar ia lalu memeriksanya ke dalam kamar mandi dan betapa terkejutnya ia melihat Renata sudah tergeletak tak sadarkan diri dibawah guyuran air dengan cepat Dafa mengangkat tubuh Renata membalutinya dengan selimut tebal membawa begitu saja Renata ke dalam mobil tanpa mengganti bajunya yang basah akibat menggendong Renata. Sedangkan Lin dan Anna yang panik pun ikut membuntuti mobil Dafa menggunakan mobil Renata.
"Ma, Mama susul Dafa segera, bawakan baju ganti untuk Dafa dan Renata," ucap Dafa sembari melangkahkan kaki cepat.
"Ren kenapa nak?" tanya Lin khawatir.
"Dia pingsan di bawah guyuran air kamar mandi, Ma."
"Dafa duluan, Ma. Assalamu'alaikum," ucap Dafa sembari berpamitan,
"Pak... lajukan mobil dengan cepat! Bawa saya ke rumah sakit Hutama," ucap Dafa memberi interuksi kepada sang sopir.
Dafa memeluk erat tubuh Renata yang terlihat pucat sekali ia kemudian mencium keningnya dalam dan kembali mendekapnya lebib erat.
"Sayang mengapa jadi seperti ini? ku mohon bukalah matamu," ucap Dafa sembari menitikan air mata.
Di rumah sakit
Dafa menggenggam erat tangan Renata menusap pucuk kepalanya pelan lalu menciumnya.
"Bangunlah, Sayang. Aku bisa gila jika melihatmu begini. Bangunlan Ren, buka matamu," ucap Dafa lirih.
Dari arah pintu Lin dan Anna justru terlihat sumingrah sehingga membuat Dafa mengernyitkan dahi.
"Kenapa mama terlihat bahagia sekali?" tanya Dafa penasaran.
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu di depan, temuilah dulu," ucap Anna mengabaikan pertanyaan Dafa.
Dafa melangkahkan kakinya malas menuju keluar ruangan kamar dilihatnya tak ada siapapun yang berada disana kecuali para suster yang berlalu lalang melewati lorong. Dafa berdecak kesal dan berniat kembali ke ruangan kamar Renata baru beberapa langkah Dafa melangkah dia dikagetkan dengan pelukan di kaki dan juga perutnya.
"Kafa, Shafa," pekik Dafa senang.
"Sayang, Ayah rindu sekali kepada kalian."
"Apa ada yang melukaimu hemmm? apa yang sakit nak? dan siapa yang mengantarmu kemari?" tanya Dafa sembari meneliti seluruh tubuh anak anaknya mengecek apakah ada yang luka.
"Stop ayah nanyanya satu satu," protes Kafa yang kesal mendengar begitu banyak pertanyaan sang ayah.
"Oke baiklah ceritakan pada ayah apa yang terjadi."
"Tak ada yang terjadi ayah, hanya saja bibi Difa mengajak kami berjalan jalan ke singapura kemarin hingga kami lupa memberi tahu ayah dan bunda, itu saja," ucap Kafa polos.
"Bibi Difa? Maksud kalian? Difa siapa? Kakak tolong jelaskan kepada ayah siapa bibi Difa itu?" ucap Dafa menatap ke arah Shafa.
Seseorang yang berdiri tidak jauh dari mereka akhirnya membalikkan badannya dan ikut angkat bicara.
"Jadi kau melupakanku?" cibir Difa kepada saudara kembarnya.
"Kak Difa, benarkah itu kau?" tanya Dafa tak percaya.
"Tentu saja kemarilah aku sangat merindukanmu adikku," ucap Difa sembari merentangkan kedua tangannya.
"Bagaimana kakak bisa selamat dari keecelakaan maut itu? Kemana saja kakak selama ini? Kenapa tidak mengabari kami? Dan siapa mayat yang selama ini kami tangisi?" tanya Dafa beruntun.
"Tenanglah aku akan menceritakannya padamu nanti jika istrimu sudah bangun dan maafkan aku jika aku menculik anak anak dalam dua hari ini, sungguh aku hanya ingin membuatmu khawatir saja, tapi aku tak menyangka jika berimbas seperti ini kepada istrimu," ucap Difa menyesal.
"Sudahlah, tak apa. Lupakan saja yang penting Kafa dan Shafa baik baik saja. Ayo kemarilah, Nak. Bunda sedang menunggu kalian di sana," ucap Dafa sembari menggiring Kafa dan Shafa masuk ke dalam kamar.
Renata masih tetap terpejam kala Dafa mencoba membangunkannya. Namun suara bisikan Kafa membuat Renata langsung menyadarkan diri.
"Kafa," panggil Renata lirih usai mendengar bisikan dari Kafa.
"Iya, Bun ini Kafa," ucap Renata yang saat ini sudah berada di ranjang Renata.
"Sayang, Bunda rindu sekali sama kalian, maafkan Bunda yang lalai menjagamu. Mana yang sakit sayang? Apa mereka memberimu makan? Apakan mereka memperlakukanmu dengan baik?" tanya Renata bertubi-tubi.
"Hei! jangan berbicara seperti itu, tentu saja aku memberi keponakanku makan dan memperlakukannya dengan baik," celetuk seseorang yang berada dibelakang Dafa.
Renata menatap bingung wanita tersebut diam kemudian ia mulai menyadari perkataan Pak Budi satpam sekolah Kafa tempo hari jika seseorang yang membawa Kafa adalah seorang perempuan yang mirip dengan Dafa. Ya itu benar... seseorang yang saat ini sudah berdiri disamping Dafa memanglah sangat mirip seperti saudara kembar saja. Renata kemudian mengingat sesuatu hal yang membuatnya membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya.
"Kak Difa, benarkah kamu Difa ? Saudara kembar suamiku?" tanya Renata memastikan.
"Ya kau benar Ren, aku Difa saudari kembar Dafa," ucap Difa sembari tersenyum lembut.
"Maafkan aku Ren gara gara aku kau jadi seperti ini," ucap Difa tulus.
"Tak apa, Kak yang terpenting anak anak sudah berada di sini," ucap Ren lembut.
Jangan lupa komen dan kasih star ya.... terimakasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Angel (TAMAT)
RomanceHolla guys ini mau proses revisi yess semuanya mo aku rombak total jadi harap bersabar.