Bab 39 Proses Pencarian

1.6K 80 3
                                    


Dafa dan Renata kini sedang berada di rumah bersama dengan kedua orang tua mereka yang sama paniknya setelah mendengar kedua cucunya diculik seseorang.

"Bagaimana bisa ini terjadi Daf? Apa kamu sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya?" tanya sang papa khawatir.

"Entahlah Pa. Dafa juga tidak tau, semua terjadi begitu saja. Dafa sudah menggerakkan orang-orang Dafa untuk mencari dan menyelidikinya."

"Suruh mereka melakukannya dengan cepat Nak. Papa tidak mau cucu Papa terluka."

"Iya Pa."

"Dafa apa kamu memiliki rival atau musuh di dunia bisnis nak?" tanya sang papa mertua.

"Dafa rasa tidak ada Pa. Dafa selalu menjaga hubungan baik dengan patner atau pun rekan Bisnis Dafa."

Sementara Anna dan Lin kini berada di kamar Dafa sedang menghibur Renata yang sedari tadi sore terus berdiam diri di dalam kamar tidak mau berbicara ataupun melakukan aktifitas apa pun ia hanya diam sembari menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong dan air mata yang sesekali menetes.

"Sayang jangan menyiksa diri seperti ini,  percayalah orang suruhan suamimu akan segera menemukan Kafa dan Shafa," ucap Anna sembari mengusap lembut pucuk kepala Renata.

"Benar Sayang, jangan seperti ini nak kasihan Dafa ia akan semakin kacau jika kamu terus seperti ini, bicaralah, katakan sesuatu kepada kami."

"Ini semua salah Ren, Ma. Gara gara Ren telat jemput Kafa mereka jadi diculik orang, " ucapnya sembari menangis sesenggukan.

"Tidak Sayang ini bukan salahmu. Jangan menyalahkan diri sendiri nak," ucap Lin lembut untuk menenangkan hati sang putri.

"Ini semua salah Ren, ini salah Renata, Ma. Salah Ren. Ren yang salah," tangis Renata histeris.

"Ren kendalikan dirimu nak, Mama tidak suka kamu keras kepala seperti ini," ucap Lin dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

Dari bawah Dafa mendengar suara keributan yang ia yakini dari arah kamarnya.

"Pa sepertinya Renata membutuhkan Dafa. Dafa keatas dulu pa," ucap Dafa yang dibalas anggukan oleh keduanya.

Dafa berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

"Ren, Sayang kamu kenapa hemm?"

"Sudah, cukup Ren jangan seperti ini."

"Lihat aku, apa kamu percaya padaku?" tanya Dafa kepada Renata yang dibalas anggukan kecil dari Renata.

"Jika kamu percaya padaku berhentilah menyalahkan dirimu sendiri dan menghukum raga mu seperti ini."

"Aku sangat mencintaimu Ren. Aku juga sangat menyayangi anak anak kita. Aku tak kan membiarkan kalian menangis dan terluka. Aku berjanji aku akan segera membawa Kafa dan Shafa pulang," ucap Dafa sembari memeluk erat tubuh sang istri.

"Baik lah sebaiknya mama dan mama mertuamu turun kebawah dulu, kami akan menginap disini nak jika ada apa apa jangan sungkan untuk membangunkan kami," ucap Anna sembari menggandeng Lin keluar kamar.

Setelah kepergian mama dan mama mertuanya Dafa bergegas naik keatas ranjang berbaring disamping sang istri mendekap erat tubuh sang istri sembari mengusap usap punggungnya untuk memberikan ketenangan.

"Istirahatlah Sayang, kau pasti lelah. Aku akan membangunkanmu jika sudah mendapat kabar tentang anak anak kita," bisik Dafa lirih yang dibalas anggukan kepala oleh Renata.

Hanya sepersekian menit saja Renata sudah terlelap dalam tidurnya. Dafa mengecup pucuk kepala sang istri berkali kali dengan tangan yang masih setia mendekap dan juga mengusap punggung Renata hingga tanpa sadar matanya ikut terpejam menyusul Renata kealam mimpinya.

Dafa sengaja bangun lebih awal dari Renata, ia bergegas membersihkan diri lalu segera turun kebawah dan pergi keluar berniat turun tangan mencari Kafa dan Shafa bersama John dan Bim.

"John sebaiknya kita segera bergerak cepat. aku sangat khawatir dengan keadaan anak anakku," ucap Dafa kepada John.

"Tentu saja tuan, tapi kita harus lebih hati hati tuan karena musuh kita yang satu ini sangatlah cerdik hingga kami kehilangan jejaknya," ucap John menjelaskan.

"Jadi sebenarnya kalian sudah menemukannya?" tanya Dafa penasaran.

"Iya tuan saya sempat melihat Kafa dan Shafa di pusat perbelanjaan bersama seorang wanita dan juga seorang laki laki."

"Kenapa kalian tidak memberitahuku," potong Dafa kesal.

"Maaf tuan saya tidak memberitahu tuan karena saya ingin menemukan dan memastikan keberadaan Kafa dan Shafa terlebih dahulu, namun kami kehilangan jejaknya. Selain itu kami tak ingin mengambil resiko karena mereka sangat cerdik," ucap John menjelaskan.

"Lain kali beritahukan kabar apapun itu kepadaku John."

"Baik tuan."

Mereka menyusun rencana untuk memulai melakukan pencarian Kafa dan Shafa. Dafa menyusuri jalanan dan tempat tempat yang sering didatangi oleh Kafa dan Shafa namun hasilnya nihil.

"Kamu kemana nak?"

"Kamu sedang apa? Apa mereka memberimu makan? Ataukah mereka menyakitimu."

"Bertahanlah sayang ayah akan menemukanmu," gumam Dafa sembari menatap kearah luar jendela mobil.

Renata menerjap nerjapkan mata kala mendengar suara alarm dari ponselnya ia merenggangkan otot ototnya yang kaku kemudian mencari keberadaan sang suami namu  tak menemukannya.

"Tumben masih pagi begini mas Dafa sudah bangun."

"Mengapa tidak ada? Kemana perginya mas Dafa?"

Renata mendial nomor sang suami berkali kali namu tidak ada jawaban yang membuat Renata kesal.

"Kamu kemana sih mas? kenapa telponku tak diangkat?" ucapnya lirih.

Renata berbalik badan ingin meletakkan ponselnya diatas nakas tanpa sengaja tangannya terulur meraih kertas yang berada diatas nakas tersebut.

"Apa ini?" ucap Renata sembari membuka lipatan kertas tersebut.

Renata tersenyum membaca tulisan dikertas tersebut yang ternyata ditulis oleh Dafa untuknya. Dalam kertas tersebut Dafa menuliskan permintaan maaf karena harus meninggalkan Renata sebelum ia terbangun. Dafa juga berkata bahwa Renata harus sarapan dan tidak boleh bersedih lagi.

"Sayang bertahanlah ayah akan datang membawamu pulang."

"Semoga kamu lekas menemukan anak anak mas."

"Sebaiknya aku segera ke bawah untuk memasak," gumamnya sembari berjalan keluar kamar menuruni anak tangga menuju dapur.

Jika biasanya Renata adalah orang yang pertama bangun dan pergi kedapur untuk memasak namun tidak untuk hari ini karena ada dua wanita paruh baya yang lebih dulu mendahuluinya memasak. Renata tersenyum melihat kehebohan anatara mama dan mama mertuanya yang sibuk mencari letak letak bumbu dan peralatan dapur yang belum mereka ketahui tempatnya.

"Jeng tau tempat merica bubuk tidak?" tanya Lin kepada Anna.

"Sebentar jeng saya carikan."

"Nah ini dia," ucap Anna mengulurkan sebuah botol berisi merica bubuk.

"Oh ya ampun begini repotnya ya jika kita memasak tidak di dapur kita sendiri, terasa lama sekali," keluh Lin yang sukses membuat Anna terkekeh.

"Kamu benar jeng, rasanya seperti orang pikun yang lupa menaruh barang," ucap Lin membenarkan.

"Pagi ma... Ahh sepertinya hari ini Ren akan makan masakan istimewa nih," ucap Renata sembari terkekeh.

Jangan lupa star dan komentarnya ya guys... terimakasih...

Sampai ketemu di bab selanjutnya..

My Lovely Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang