Cemburu
Suara bel rumah beberapa kali bunyi Ren berlari untuk membuka pintu serta melihat siapa yang datang. Dan ternyata yang datang adalah Samba. Ren pun reflek memeluk Samba dan bergelayut manja di lengannya, seperti yang sering ia lakukan dulu ketika masih kecil.
Dari arah tangga Ren melihat Dafa sedang menatap kearah Ren dengan tatapan yang sulit untuk Ren artikan. Ren pun segera memanggil Dafa dan mengenalkannya kepada Samba secara langsung karena kemarin belum sempat memperkenalkannya. Selain itu Ren juga tidak ingin terjadi kesalah pahaman. Namun sayang, Ren justru dibuat kesal oleh Dafa.
Ren benar-benar kesal dengan ulah Dafa hari ini. Bagaimana tidak, Dafa diajak bicara oleh Samba hanya diam saja dan kemudian pergi. Hal tersebut membuat Ren tak enak hati pada Samba. Untung saja Samba orangnya baik jadi ia mau memaklumi sifat Dafa serta tidak marah dengan apapun yang dilakukan oleh Dafa.
"Kak maafin suami aku ya? dia memang begitu orangnya. Kalau belum kenal sama seseorang," ucap Ren kepada Samba.
"Tak apa Ren, mungkin dia cemburu kepadaku," ucap Samba memaklumi.
"Apa? C-cemburu? Maksud kakak cemburu kenapa?" ucap Renata masih tak mengerti.
"Ya mungkin saja dia cemburu melihat kedekatan kita Ren, jelaskan sama dia bahwa kita hanya teman biasa, dan kamu sangat mencintainya," ucap Samba yang sukses membuat pipi Renata merona.
"Aku izin ke dalam dulu ya kak, mau kasih tahu Mama dan Papa dulu. Kak Samba duduk dulu, oke?"
Renata berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang saat ini sedang bermain dengan kedua anaknya di taman belakang, lantas Ren mencari keberadaan Dafa. Dalam hatinya bertanya dimana sang suami berada karena ia tak menemukannya di taman belakang.
"Eh bukannya tadi mas Dafa jalan kemari ya? Kok disini gak ada? Kemana perginya?" batin Renata.
"Pa, Ma di depan ada kak Samba, mau ketemu Mama sama Papa katanya," ucap Renata memberitahu kedua orang tuanya.
"Oke, Sayang Mama sama Papa akan segera menemuinya," sahut Sang ibu kemudian.
Renata hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia pun kembali mengayunkan langkahnya menuju tangga, ia berlari kecil menaiki anak tangga mencari keberadaan sang suami.
"Kamu di mana sih mas?" gumam Renata sambil berjalan menuju kamar.
Tanpa mengetuk pintu Ren menyelonong masuk ke dalam kamar. Ia mendapati Dafa sedang asik duduk memangku laptop kesayangannya mengerjakan tugas kantornya.
"Huhhhh...." Suara deru nafas Renata merasa lega.
Renata pun mendekati Dafa dan berusaha mengajak Dafa bicara untuk menyelesaikan masalah, namun tetapi Dafa bersi kekeh tidak mau berbicara kepada Renata, ia berubah menjadi dingin.
"Ish nyebelin...." umpat Renata pelan.
Sejujurnya Renata saat ini ingin marah dan mendiamkan mas Dafa namun hati Ren tak tega melakukannya. Ren pun memilih melupakan kekesalannya.
Sore itu Ren dan anak-anak serta suaminya kembali dari rumah orang tuanya. Tiba-tiba Shafa menyuruh Renata pindah ke kamar Dafa dan memohon kepada Dafa untuk memberinya seorang adik yang lucu. Sungguh hal itu membuat beban pikiran bagi Dafa dan Renata. Bagaimana mungkin Renata bisa meminta permintaan anak jika ada hubungannya dengan Dafa tak ada kemajuan.
"Ahh ya ampun gimana in? mana mungkin aku bisa mengabulkan keinginan Shafa dan Kafa," batin Dafa.
Sedari tadi Renata sibuk melanjutkan mengetik cerita dalam novelnya, mengalihkan sedikit pun dari layar laptop hingga sebuah dehaman konsentrasinya, namun Renata hanya menoleh dan kemudian melanjutkan melanjutkan aktifitasnya. Dafa yang kesal karena Renata acuh tak acuh pun dengan tiba-tiba ia mengambil laptop Renata. Ia menyuruhnya untuk segera tidur. Renata yang kesal pun menanggapi sikap Dafa dengan memilih membaringkan tubuh di sofa panjang bersiap untuk tidur. Tindakan Renata tersebut digagalkan oleh Dafa dengan cepat Dafa menarik tubuh Renata, menggendongnya lalu membaringkan tubuh mungil itu di sisi Ranjang.
"Mas Dafa turunin aku!" ronta Renata.
"Mulai hari ini sampai seterusnya kamu tidur di sini, apapun yang terjadi jangan pergi dari sini ataupun pergi tidur sendirian. Sekali pun aku memintamu karena aku tak ingin anak dan orang tua kita kecewa jika mengetahuinya," kata Dafa tegas.
Renata yang kesal hanya membalasnya dengan anggukan lalu kemudian tidur menyamping memunggungi Dafa.
Dafa yang lagi-lagi dibuat kesal karena Renata hanya diam saja pun akhirnya mencari cara untuk membuat Renata mau berbicara kepadanya. Sebuah ide jahil Dafa pun muncul, Dafa menggeser posisi tubuhnya lebih dekat dengan Renata dengan tangan yang melilit dibagian perut Renata sehingga tubuh Renata tak terlepas. Sayang hal tersebut tak mampu membuat Renata menoleh dan memperhatikannya. Dafa pun lebih gencar menggoda Renata dengan menarik narik kecil Rambut Renata dan meniup leher Renata dari arah belakang yang sontak membuat Renata kegelian.
"Mas, bisa gak sih jangan gangguin aku gitu?" ucap Renata sambil mendorong dada Dafa untuk menjauh.
"Salah sendiri kamunya cuekin aku terus," ucap Dafa dengan kesal.
"Lah ya wajar dong kalau aku diam saja, orang sedari tadi pagi sifat mas Dafa aneh. Diajak ngomong aja gak mau dan jadi lebih baik aku diam aja lah," ujar Renata dengan nada sedikit meninggi.
"Dan satu lagi! tadi laptopku tiba-tiba kamu ambil, untung saja sudah aku save," gerutu Renata.
"Ya udah maafin aku, jangan marah lagi ya?" ucap Dafa melembut sambil mengusap pipi Renata.
"Ihh gak mau! Kalau aku maafin mas Dafa percuma. Pasti besuk gitu lagi ya kan?" ucap Renata kesal.
"Abisnya kamu juga salah," ucap Dafa yang langsung dipotong oleh Renata.
"Tuh kan? mas Dafa gitu, mas Dafa gak percaya sama Ren? Atau mas Dafa cemburu? Tempo hari Ren kan sudah jelasin kalau kak Samba itu sahabat Ren dari kecil sudah Ren anggap kaya kakak Ren sendiri lagian dia sudah punya anak istri mas," ucap Renata memojokkan Dafa.
"Iya gimana dong, aku kesal banget kalau melihat kamu deket sama laki laki lain, aku aku cemburu, ngerti kamu?" ucap Dafa mendekat wajahnya dengan wajah Renata.
"Jadi jangan pernah kamu dekat dengan laki-laki lain karena kamu itu milikku," imbuh Dafa berbisik di telinga Renata.
Renata hanya mengangguk, mulutnya tak sanggup lagi berucap. Entahlah jantungnya terpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.
"Ada apa dengan jantung ku? kenapa mendadak berdetak cepat sekali?" batin Renata.
"Apa aku sudah mulai jatuh cinta sama mas Dafa?" ucap Renata dalam hati sembari tersenyum kecil.
Tiba-tiba Dafa menangkup pipi Renata dan mendekatkan wajahnya dengan wajah sang suami lebih dekat lagi, seketika Ren merasa ada pesta di dalam dadanya hingga terdengar suara jedag jedug seperti dentuman musik disko. Dafa yang menyadari jika wajah sang istri memerah pun segera melepas tangannya dari pipi Renata, ia bergeser, memberi ruang untuk Renata.
"Tidur lah, ini sudah larut malam," ucap Dafa lembut sembari mengelus puncak kepala Renata.
"I-iya Mas, Ren tidur dulu ya?" ucap Renata sembari memiringkan tubuhnya menghadap Dafa.
"Kalau kamu semanis ini terus mungkin aku bisa jatuh cinta sama kamu beneran Mas," batin Renata.
Hai, Jangan lupa Voment cerita aku ya.
Dan budayakan Follow terlebih dahulu sebelum membaca.
Terima kasih dan selamat membaca...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Angel (TAMAT)
RomanceHolla guys ini mau proses revisi yess semuanya mo aku rombak total jadi harap bersabar.