Bab 37 Bakso Mang Asep

1.7K 85 0
                                    

Seorang wanita tersenyum miring melihat Dafa dan Renata jalan begitu mesra keluar dari area pemakaman menuju area parkir. Wanita tersebut terus saja mengumpat dan berkata kasar sembari mengawasi Renata dan Dafa dari dalam mobil miliknya.

"Sial aku gagal lagi membuat mereka berpisah!"

"Awas saja kau! kau akan kehilangan semua kebahagianmu, dasar wanita sialan!"

"Kau tak pantas disana! seharusnya aku yang menemanimu mas bukan dia," gerutunya lagi.

"Lihat saja aku akan merebutmu dari wanita sialan itu mas, kau akan jadi milikku lagi," ucapnya sembari memukul mukul setir.

Dafa mengendarai mobil dengan kecepatan sedang kali ini ia memutuskan untuk mengantar istrinya cek up dulu sebelum menemani kedua anaknya pergi ke mall.

"Sayang kalian tunggu di mobil saja ya, ayah mau antar bunda cek up dulu ke dalam," ucap Dafa lembut yang dibalas anggukan kepala oleh kedua anaknya.

Dafa dan Renata langsung pergi ke ruangan dokter Kanaya untuk mengecek luka bekas operasi Renata, ia juga berkonsultasi untuk rencana program kehamilan selanjutnya.

"Siang dokter," sapa Renata ramah.

"Siang juga Tuan dan nyonya Hutama. Mari silahkan berbaring saya akan mengecek luka anda terlebih dahulu nyonya," ucap Kanaya sopan.

"Jangan berlebihan Ay ... Panggil saja Ren seperti biasa kau bahkan boleh memanggilnya Kak," ucap Renata sembari melirik sang suami yang tengah berdiri di samping brankarnya.

"Tapi Ren kamu kan?" ucap Kanaya terpotong.

"Bicara seperti biasanya saja dokter Aya,  Renata sahabatmu kan? Kamu tak perlu seformal itu jika kita hanya bertiga seperti ini," ucap Dafa memotong ucapan Kanaya.

"Baik Pak, ah ya Ren luka di perut bagian luarmu sudah kering namun belum pulih dengan sempurna, jangan melakukan aktifitas yang terlalu berat kau pasti sudah mengerti kan dan satu lagi ...."

"Apa Ay?" tanya Renata tak sabaran.

"Hindari guncangan yang terlalu keras dan gerakan yang terlalu cepat karena luka yang di bagian dalam belum pulih," lanjut Kanaya dengan rona wajah yang menggemaskan.

"Hemm," ucap Renata mengiyakan.

"Jadi berapa lama saya harus berpuasa dok?" tanya Dafa yang membuat Renata terkekeh.

Renata tahu benar sifat sang suami yang satu ini memanglah sedikit memalukan, yah Dafa memang tidak sabaran orangnya, Ia  cenderung ceplas ceplos dan bisa dibilang sedikit frontal  karena tak suka bertele tele.

"Sekitar enam minggu pak, mungkin juga bisa lebih atau kurang tergantung kondisi Bu Renata, apakah sudah benar benar pulih atau belum lukanya," Jelas dokter Kanaya

"Baiklah, lalu apakah kita bisa segera program lagi?"

"Untuk program hamil saya sarankan menunda terlebih dahulu pak. Jika Bu Renata dan Bapak menginginkan segera Bu Renata bisa hamil lagi, paling cepat enam bulan pasca menjalankan operasi caesar. Akan tetapi menurut anjuran dokter memberi jeda waktu delapan belas hingga dua puluh empat bulan jauh lebih bagus untuk mengantisipasi beberapa resiko kehamilan pasca caesar pak. Jika Bu Renata hamil lebih cepat ada baiknya terus berkonsultasi dan memeriksakan kehamilan untuk menghindari resiko atau hal hal yang tidak diinginkan Pak, apakah ada yang ingin ditanyakan lagi pak?"

"Tidak Dok, terima kasih," ucap Dafa puas dengan jawaban Kanaya.

"Sama-sama pak."

"Baiklah kami permisi dulu dokter," pamit Dafa yang dibalas anggukan dan senyuman ramah oleh Kanaya.

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit saja untuk cek up.  Dafa dan Renata kini sudah berada di dalam mobil untuk kemudian meneruskan perjalanannya menuju salah satu mall elit di ibu kota guna menuruti kemauan kedua anaknya yang ingin membuat vlog tentang permainan yang ada di mall  tersebut. Dafa menghembuskan nafas pasrah ketika sang putra memintanya untuk memegang kamera dan merekam segela kegiatan yang Kafa dan Shafa lakukan saat ini.

"Ayah, ayah yang rekamin ya? nih gini nih ...  Jadi nanti ayah rekamin semua kegiatan kita ya?" ucap Kafa memberi intrupsi kepada sang ayah yang terpaksa diangguki oleh Dafa demi menyenangkan hati sang anak.

Sementara Renata memilih menemani sang suami berjalan kesana kemari mengarahkan kamera menyorot kedua anaknya yang sedang asik bermain game.

"Udah ya sayang? ayah capek banget nih," ucap Dafa membujuk Kafa untuk menyudahi aktifitasnya.

"Iya ayah benar, bagaimana kalau kita pergi ke kedai ice cream saja?" bujuk Renata yang langsung disetujui oleh kedua anaknya.

"Setuju bunda!" teriak keduanya semangat.

"Baiklah lets go!" seru Renata sembari menggandeng kedua tangan anaknya.

Dafa melajukan mobilnya keluar dari lantai basment area parkir mall menuju kedai ice cream langganan kedua anaknya.

"Ayah, abis makan ice cream kita mampir ke bakso Mang Asep depan kompleks ya?" pinta Shafa yang diacungi jempol oleh Dafa.

"Kakak pengen bakso? kenapa gak makan bakso deket kedai ice cream aja? " tanya Renata lembut.

"Iya, Bun, lagi pengen baksonya Mang Asep aja, Bun," ucap Shafa kekeh.

"Oh begitu... Sepertinya pesona Mang Asep mengalahkan Abang  bakso lainnya ya, kak? baiklah nanti kita makan bakso disana," ucap Renata sembari terkekeh.

"Haha bunda bisa aja."

Setibanya dikedai ice cream Kafa langsung berlari memesan dua mangkuk besar ice cream coklat chocochips kesukaannya serta beberapa mangkuk ice cream untuk Kakak,  Ayah dan Bundanya.

"Sayang hati hati nanti jatuh," seru Renata yang dihiraukan oleh Kafa.

Sementara itu, Renata, Dafa dan juga Shafa memilih menunggu di bangku kosong di dekat jendela kaca. Tak lama kemudian Kafa datang bersama seorang pelayan yang membawa sebuah nampan besar berisi ice cream yang telah Kafa pesan.

"Selamat menikmati," ucap sang Pelayan sembari tersenyum ramah.

"Terima kasih, Mbak," ucap Renata lembut.

Seperti yang sudah mereka rencanakan sepulang dari kedai ice cream mereka mampir di taman depan kompleks untuk membeli bakso mang Asep tapi hanya Dafa yang turun sedangkan anak dan istrinya tetap berada didalam mobil. Mereka akhirnya memutuskan untuk membawa pulang saja baksonya karena langit terlihat gelap tertutup mendung.

"Kalian tunggu disini saja biar Ayah yang turun," ucap Dafa yang dituruti oleh ketiganya.

"Sepertinya beneran mau hujan, Bun," ucap Shafa sembari melihat kearah langit.

"Yaaah gerimis Bun, Shafa susul ayah dulu, Bun. Kasihan," ucap Shafa sembari mengambil payung.

"Bunda saja, Nak. Kalian di mobil saja," ucap Renata mencegah Shafa.

"Jangan! Enggak boleh! Bunda di mobil saja.  Bunda baru sembuh, Kakak gak mau bunda sakit lagi. Biar Kakak saja ya, Bun yang susul Ayah," tolak Shafa lembut yang membuat Renata terharu.

"Baiklah, hati-hati ya, Sayang," ucap Renata sembari menatap kepergian sang putri.

Renata memandang ke arah luar dengan gelisah karena hujannya semakin deras namun ia tersenyum lega ketika melihat dua orang yang ia sayangi kembali masuk ke dalam mobil.

Jangan lupa star dan tinggalkan komentarnya ya guys... terima kasih :)


My Lovely Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang