Bab 21 Kabar Bahagia

11K 413 6
                                    

Sebulan kemudian >>

Setiap hari di setiap paginya Renata tak pernah absen memasak dan menyiapkan segala keperluan anak serta suaminya meski dirinya kini masih bekerja sebagai dokter namun tak pernah sekalipun melupakannya tugasnya sebagai seorang ibu dan istri. Seperti pagi ini Renata bangun pagi sekali memasak untuk anak dan suaminya serta menyiapkan segala keperluan anak dan suaminya meski kondisi tubuhnya sendiri kurang sehat.

"Sepertinya aku masuk angin deh... rasanya tubuhku tak enak sekali" gumam Renata.

"Semangat Ren...ya aku harus segera memasak dan menyiapkan keperluan anak dan suamiku" ucapnya lirih mengabaikan apa yang ia rasa saat ini.

Usai menyiapkan semuanya Renata bergegas membersihkan diri lalu turun kebawah menunggu anak anaknya turun ke meja makan.

"Kafka...Shafa....cepetan sayang...udah siap nih sarapannya" teriak Renata dari meja makan.

"Ya bun kita turun...tunggu sebentar" sahut Shafa dengan sedikit berteriak namun masih bisa didengar oleh Renata.

Nampak dua bocah menuruni anak tangga dengan tergesa, mereka terlihat sudah memakai baju rapi dan terlihat segar dengan senyuman riang diwajahnya.

"Pagi sayang....ayo sini duduk" ucap Renata lembut sembari menarikkan kursi untuk Shafa dan Kafa.

"Pagi juga bun...yah..." ucap Shafa dan Kafa bersamaan sembari mencium pipi kedua orang tuanya bergantian.

Renata dengan telaten mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk anak dan suaminya kemudian kembali duduk dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Ketika hendak menyuapkan makanan kedalam mulutnya Renata merasa perutnya mual seperti di aduk aduk sontak membuat Renata reflek dan berlari kearah kamar mandi. Renata memuntahkan seluruh isi perutnya di closet.

"Astaga aku kenapa...kenapa rasanya perutku mual sekali...apa aku masuk angin" ucapnya lirih kemudian memuntahkan isi perutnya lagi.

"kalian lanjut makan dulu ya nak...ayah lihat bunda dulu" ucap Dafa sembari setengah berlari menghampiri istrinya.

Dafa yang khawatir pun akhirnya menyusul Renata dan memijit tengkuk Renata yang terus menerus muntah. Sesekali Dafa mengelus punggung Renata dan tanpa jijik membantu Renata membersihkan bekas muntahnya.

Renata tergolek lemah usai memuntahkan isi perutnya berkali kali Dafa yang panik melihatnya pun segera mengangkat tubuh sang istri menggendongnya menuju kamar kemudian memanggil dokter keluarganya untuk datang memeriksa sang istri. Selang beberapa menit seorang dokter wanita paruh baya datang dan memeriksa Renata setelah mendengar penjelasan dari Dafa dokter tersebut memastikan diagnosanya benar atau salah dengan mengecek dan memeriksa keadaan Renata dengan teliti. Seulas senyum terbit dari dokter yang diketahui namanya Widia. Dokter Widia kemudian menjabat tangan Dafa dan mengucapkan selamat membuat Dafa mengernyitkan dahi dan menaikkan sebelah alisnya heran.

"Kenapa dok? " tanya Dafa penasaran.

"Istri pak Dafa hamil... untuk mengetahui keadaan bayi dan usia kandungannya bapak bisa cek langsung dirumah sakit" tutur Dokter Widia.

"Ha...hamil dok?" Tanya Dafa tak percaya.

"Benar pak....istri bapak sedang hamil muda...ini resep obat yang harus bapak beli" ucap Dokter Widia sembari menyodorkan sebuah kertas.

"Alhamdulillah...terimakasih dok..." ucap Dafa sopan.

"Iya sama sama pak...kalau begitu saya permisi dulu" pamit dokter Widia seraya meninggalkan ruangan.

Dafa mencium pucuk kepala Renata lembut kemudian membenahi selimut Renata membiarkan Renata beristirahat dengan tenang dan memilih berganti pakaian santai duduk disofa memantau pekerjaan kantornya sembari menunggu sang istri terbangun.

"Terimakasih Ren..." ucap Dafa lirih sembari mengecup mesra pucuk kepala Renata.

Sesekali Dafa melihat kearah Renata yang sedang tertidur pulas ia berjaga jika Renata bangun dan memerlukan sesuatu. Dafa tersenyum melihat sang istri tidur meringkuk seperti seorang bayi, wajahnya terlihat damai dan tenang membuat Dafa tak tega untuk membangunkannya.

"Sebaiknya aku memesan makanan saja sembari menunggu Renata terbangun" ucap Dafa sembari mengotak atik ponselnya untuk memesan makanan.

Tak butuh waktu lama hanya sekitar tiga puluh menit pesanan yang Dafa pesan telah datang. Dafa bergegas turun kebawah mengambil pesanannya kemudian menaruhnya di dalam mangkuk lalu kemudian mengupas buah buahan dan memotongnya serta membuat susu ibu hamil rasa cokelat. Dafa meletakkan semuanya Diatas nampan lalu segera membawanya menuju ke kamar karena ia takut Renata sudah terbangun dan membutuhkan bantuannya.

"Finish....sebaiknya aku segera ke atas" gumam Dafa sembari berjalan menuju kekamar.

Renata menerjap nerjapkan mata berkali kali mata menoleh kekanan dan kekiri menyusuri seluruh ruangan kamar mencari keberadaan sang suami namun tak menemukannya. Ia memutuskan untuk bangun dan mencari sang suami namun langkahnya terhenti ketika pintu kamar lebih dulu terbuka dan menampilkan sosok lelaki yang sedang ia cari. Dafa membawa sebuah nampan berisi semangkuk bubur ayam, sepiring buah buahan yang telah dipotong dan segelas susu coklat menghampiri Renata dengan senyum bahagia.

"Kenapa bangun sayang...kamu butuh sesuatu hemm?" Tanya Dafa lembut sembari meletakkan nampan diatas nakas yang berada persis disamping ranjang.

Renata yang melihat suaminya menghampirinya pun segera menubruk tubuh Dafa dan mendekapnya erat erat serta menangis menelusupkan mukanya kedada bidang sang suami.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Dafa dengan nada khawatir.

"Gak tau mas...tiba tiba aja sedih trus kangen dan pengen banget peluk kamu" ucap Renata sembari menangis sesenggukan.

"Uluh....uluh...anak ayah pengen dimanja ya..." ucap Dafa yang membuat Renata mendongak dan menatap kearah Dafa heran.

"Maksud mas?" Tanya Renata heran.

"Kamu lagi hamil anak kita sayang....mungkin saja apa yang kamu alami dan rasain sekarang itu bawaan bayi" jelas Dafa sembari menuntun Renata ke arah ranjang.

"Hamil mas? Aku hamil?" seru Renata kaget sembari membekap mulutnya tak percaya.

Renata mencoba mengingat ingat hari terakhir kali ia datang bulan dan ternyata benar ia sudah terlambat datang bulan hampir dua minggu.

"aaah kenapa aku bisa lupa...sudah hampir dua minggu aku telat " batin Renata.

"Iya kata dokter Widia kamu hamil...dan beliau menyarankan kita untuk cek kandungan kamu ke rumah sakit sayang" ucap Dafa sembari mengusap punggung sang istri.

"Ya ampun mas aku hamil...aku seneng banget...anak anak dan mama papa kita pasti seneng banget denger kabar bahagia ini...kita harus kerumah sakit mas nanti " ucap Renata antusias.

"Ya sayang....sekarang kamu makan ini dulu lalu minum susu hamilnya" ucap Dafa sembari menuntun Renata kearah ranjang.

Dafa menyodorkan sesendok bubur ke depan mulut Renata dengan senang hati Renata membuka mulutnya menerima suapan dari sang suami. Dengan telaten dan sabar Dafa menyuapi Renata hingga bubur di mangkuk itu habis.

"Mas...aku mau periksanya hari ini ya " ucap Renata memohon.

"Oke nanti sorean saja...nunggu anak anak pulang main" ujar Dafa yang dibalas anggukan oleh Renata.

Seharian ini Dafa tidak ke kantor hanya dirumah menunggui sang istri karena ia khawatir dengan keadaan sang istri yang terkulai lemah di atas ranjang.


Please kasih aku star dan komentar...biar aku semangat nulisnya...

Terimakasih sudah membaca ceritaku😊

My Lovely Angel (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang