bagian 2

1K 158 26
                                    

Setelah Taehyung menandatangani surat perceraian kami, aku berencana untuk tidak menunda semuanya. Namun entah apa yang difikirkan oleh Taehyung, dia mengambil alih surat itu. Dia begitu ingin mengurus segalanya. Entah aku harus merasa sakit atau lega, tidak akan adalagi kesakitan baik padaku ataupun pada putraku, meskipun aku harus merelakan orang yang benar-benar ku cintai.

Aku sudah selesai mengemasi seluruh pakaian ku, dan putraku. Aku sudah siap untuk pergi saat suara berat Taehyung masuk kedalam Indra pendengaran ku. " Kau akan pergi sekarang?" Entah telingaku yang mulai rusak karena penyakit yang menyebar atau memang seorang Kim Taehyung sedang berbicara dengan halus padaku?

"Ya! Aku akan pergi sekarang." Jawabku singkat. Dia masih berdiri di anak tangga terakhir, dan menatapku serta vereon. "Ini sudah larut, sebaiknya kalian tunda rencana kalian. Aku akan mengantarmu besok pagi."

Kenapa? Kenapa dia melakukan ini? Untuk apa? Apakah sebagai ucapan terimakasih telah menceraikannya, sehingga dia dan somi bisa bersama. Ataukah hatinya mulai sedikit tergerak untuk ku? Yang mana? "Tidak perlu, kami akan pergi sekarang.." Aku memaksakan diriku untuk tersenyum dihadapannya.

Aku bisa melihat wajah Taehyung yang mulai menggelap karena penolakan ku.

"Kemana kalian akan pergi? Apa kalian sudah memiliki tempat tinggal?"

Pertanyaan Taehyung benar-benar menyulitkanku. Aku merasa seolah memiliki harapan, meskipun itu tidak mungkin. " Hanya ke suatu tempat yang akan memberikan kami kedamaian."

Taehyung mendengus keras. " Apa sebenarnya yang terjadi pada mu? Tidak biasanya kau bertingkah seperti ini."

Apa yang coba untuk dia katakan? 9tahun kami bersama, dan hanya perceraian yang dia inginkan dariku, dan sekarang? Saat aku menyanggupinya dia melontarkan pertanyaan konyol? " Aku hanya lelah, Kim Taehyung. Aku dan putraku sangat lelah. Kami ingin juga merasakan bahagia sepertimu, saat bersama Somi. Kami juga ingin sepertimu, merasakan bagaimana rasanya dicintai. Kami ingin merasakannya meskipun itu hanya omong kosong kami akan menerimanya, kami hanya ingin merasakan dipedulikan oleh seseorang. . ."

"Jadi kau ingin bertingkah seperti jalang untuk mendapatkan kasih sayang dari pria lain?" Kata-katanya benar-benar lelucon bagiku.

"Lantas haruskah aku memintanya darimu? Belum pernahkan aku merendahkan diriku di hadapanmu, selama ini? Apakah kau memberikannya pada kami?" Benar! Aku harus memuntahkan ganjalan ini tepat didepan wajahnya. Aku harus menunjukan kulit aslinya sendiri tepat dihadapannya.

"Kau berbicara seolah aku belum pernah memintanya padamu. . . ." Percuma berbicara dengannya, Taehyung akan selalu bersikap seperti itu. Dialah yang benar dan kami para parasit selalu salah. Bahkan baginya, kami bernafaspun itu adalah kesalahan. . " Terserah bagaimana kau menilaiku, kita sudah bercerai, penilaianmu tidak penting lagi untukku. Lakukan apapun yang ingin kau lakukan selama ini. Dan Jika kau melihatku di jalan, tolong anggaplah kau tidak mengenaliku, sekalipun disituasi terkritisku jangan pernah berusaha untuk mendekat."

Pada akhirnya inilah yang terbaik. Tidak ada yang perlu menangis untuk kematian kami kelak.

"Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Apa kau ingin membuatku merasa bersalah?" Taehyung masih tidak ingin membiarkan ku hidup tenang, bukan?

Aku bisa mencium bau besi di hidungku, dan sesuatu yang cair seolah berjalan mengalir. Aku tidak ingin pria di hadapanku merasa kasihan padaku. Itu bukan yang benar-benar ku inginkan. Dengan tetap menunjukan ketenangan, aku berusaha menutup hidungku dengan lengan blazer hitam ku. Tidak ada yang perlu kaki bicarakan lagi. Kami sudah bercerai, apapun yang Taehyung katakan tidak akan lagi mempengaruhi ku. Dengan mantab aku menggandeng putraku, berjalan melewati pintu yang dulu menjadi saksi bisu awal kehidupanku sebagai nyonya Kim. Dengan berat aku memejamkan mata, merapalkan mantra konyol untuk menguatkan diriku. Tidak akan ada kesakitan lagi setelah ini. . . . Aku tidak perlu menahan apapun hanya untuk membuat Taehyung bahagia bersamaku. Aku hanya akan meraih kebahagiaan ku yang tertunda selama ini.
.
.
.
.
Aku memiliki tabungan yang cukup untuk kami hidup selama mungkin. Meskipun Taehyung begitu membenciku dan vereon namun dia tidak pernah melupakan tanggung jawabnya untuk menafkahi kami. Dia tidak pernah terlambat memberikan uang bulanan untuk ku.

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang