bagian 6

929 137 27
                                    

Aku tidak dapat merasakan apapun. Semua nampak gelap. Hanya samar-samar suara seseorang yang ku kenal memenuhi pendengaranku.

Aku tidak yakin dengan apa yang ku dengar, namun aku yakin ada suara tangisan dan rasa frustasi diantara semua emosi yang terlontar.

Aku berpikir, pasti aku sudah gila, bukan? Ini adalah suara Kim Taehyung, tapi untuk tangisan?! Apa kalian bisa mempercayainya?

Tuhan! Jika memang ini akhirku, aku akan merelakannya. Suara tangis ini, kefrustasian ini, sudah cukup bagiku, meskipun ini hanya halusinasi ku namun aku merasa  bahagia.

"Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apa dia baik- baik saja? Dia mengeluarkan banyak darah. . . Tolong. . . Tolong. . .tolong periksa dia dengan teliti. . ."

Siapa? Dengan siapa dia berbicara? Apa dia benar- benar mengkhawatirkanku? Mustahil! Aku yakin hal ini tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata. Ini hanyalah ilusi ku.

"Dia hanya kelelahan tuan Kim. Aku sudah mengatakannya padamu berulang kali. Dia hanya kelelahan!"

Lea?! Dokter Lea?! Aku yakin dengan suara ini. Bukankah ini hanya ilusi? Kenapa dia berbohong seperti apa yang kuminta padanya?!

Apakah dia baru saja mendengus pada Taehyung? Eoh, itu Memeng terdengar sepertinya. Tidak perduli setinggi apapun pangkatnya saat kau ingin berobat pada seorang Lea kau tidak lebih dari sekedar butiran debu dunia.

"Kau berbohong! Dia sangat kesakitan! Wajahnya sangat pucat dan darah terus keluar dari hidungnya. Apa kau yakin dia hanya kelelahan, tidak ada yang lain?"

Huh? Apa maksud pertanyaan ini?

"Yak! APA kau berusaha mengutuk istrimu sendiri? Bukankah bagus jika istrimu hanya kelelahan, kenapa kau terlihat tidak terima, huh?!"

Ya! Apa kau mengutukku? Apa kau tidak suka aku hidup? Apa kau menyesal, karena aku tidak mati secepat itu, hmm?!

Aku mendengar suara langkah ringan pergi menjauh dari tempatku berada.
Dan. . . . . .  .apa ini?

"Kumohon jangan lakukan ini padaku, kumohon. . . . Aku tidak ingin kehilangan kau juga, Dita. . . . Siksa aku sesukamu, tapi kumohon jangan pergi dimana aku tidak dapat melihatmu. . . . Aku sakit . . . Hatiku sakit. . . Hatiku hancur. . . Aku ingin menangis jika aku bisa. Aku ingin berteriak jika aku mampu. Aku ingin bersandar di bahumu, aku ingin bercerita banyak hal dengan mu. Aku menahannya. . . Aku harus menahanya. . Tangis ku . . . Kesedihanku. . . .segalanya. . .  Aku mencintaimu Dita. . . Aku sangat mencintaimu hingga kadar gila. . .  Kebaikanmu, keburukanmu, kegilaan mu, keceriaanmu, kesedihanmu, kepintaranmu, kebodohanmu, kecerobohan mu, kepolosanmu, kemarahanmu, kesabaranmu segalanya yang ada pada dirimu sudah membuatku jatuh cinta hingga kadar gila. Aku tidak bisa tanpamu Dita. . . Aku tidak sanggup. . ."

Apa ini? Apa aku masih didalam halusinasi? Ini terlalu indah, demi tuhan aku bisa pergi dengan tenang sekarang. Bisakah Tuhan memberiku sisi Taehyung dalam ilusi setelah kematianku? Berapa kehidupan yang harus ku tukar? Bisakah aku berharap?
.
.
.
.
.
Taehyung POV

Flashback on

Aku baru saja keluar dari gedung sekolah saat hari mulai senja. Jadwal pelatihan basket yang tidak pasti membuat ku tidak bisa memastikan kapan harus dijemput oleh supir pribadiku.

Aku termasuk pribadi yang pendiam dan tidak mudah bergaul. Ditambah dengan status sosial keluargaku, membuat garis yang semula sudah ada menjadi semakin tebal. Beberapa murid yang terlahir dari keluarga bersosial rendah  merasa tidak pantas mendekat denganku.

Bagaimana dengan pemikiran ku? Apakah aku sependapat? Tidak! Faktanya aku sering secara diam-diam mencuri perhatian saat mereka sedang berkumpul bersama.

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang