Golden sky, private room.
Jungkook duduk disudut salah satu ruang private Golden sky. Dia terus menunggu, dan menunggu kolega yang telah lama di harapannya.
Jungkook mendengar suara langkah kaki tidak jauh dari tempatnya berada. Dia berdiri, berencana untuk menyambut teman lama yang akan melakukan kerjasama dengan perusahaannya.
Namun. . . .
"Eoh?! Kenapa kau yang datang?! Dimana Dita?" Tanya Jungkook, terkejut melihat kemunculan Denise.
Dengan wajah datar Denise berjalan mendekatinya dan membawa tubuhnya menduduki sofa tak jauh dari Jungkook yang masih mematung keheranan.
"Bisakah kau berhenti menjadi pria brengsek, hm? Nyonya Kim sudah memiliki suami. Akan buruk baginya jika kegilaanmu menyeret nama baiknya. Ku mohon, jangan berulah. Kau akan memberinya masa sulit jika hal ini sampai keluar." Denise memuntahkan semua ganjalan dihatinya. Dita adalah orang yang baik, akan buruk jadinya jika skandal semacam ini mulai berkeliaran diluaran sana. Ditambah lagi dengan suami gila yang dimiliki Dita cukup membuat Denise mengernyit ngeri.
"Apa?! Apa yang kau bicarakan, huh?! Apa kau pikir aku buta, tidak bis melihat bahwa Dita sudah memiliki keluarganya sendiri, hmm? Katakan padaku! Bagaimana kau bisa berpikir sekritis itu terhadapku, apa aku benar-benar pernah melecehkanmu sebelumnya, huh?!"
"Omong kosong! Aku tidak akan membiarkan mu melecehkanku. Dan kau benar-benar bukan tipe ku. Jadi jangan macam-macam."
Jungkook tidak habis pikir, bagaimana Paman park bisa mengambil Denise sebagai orang kepercayaan'nya.
Jungkook tidak tau harus menangis atau tertawa, Denise terlalu bias terhadapnya. Bahkan tanpa dia ketahui apa penyebab dari hal tersebut. Jungkook memutuskan untuk duduk dan segera menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin, atau dia akan mati kaku dihadapan Denise.
.
.
.
.
Waktu menunjukan pukul 09 malam, mereka telah menyelesaikan sebagian besar proyek yang ditanganinya. "Untuk sementara akulah yang akan bertanggung jawab atas proyek ini. Kuharap kita bisa bekerja sama dengan baik. .""Apa Dita baik-baik saja, hmm? Kenapa dia secara tiba-tiba mempercayakan proyek besar ini padamu." Jungkook penasaran dengan keputusan Dita yang terasa tiba-tiba.
Denise mendengus keras. " Dia pergi dengan suami dan anaknya." Jawab Denise memberi penekanan untuk kata "suami" dan "anak" seolah hal tersebut bisa menampar Jungkook dan menyadarkannya dari ilusi.
"Kau tidak perlu memberikan penekanan di dua kata sebelumnya, jika kau ingin tau. Aku tidak memiliki apapun untuk Dita selain kasih sayang antara saudara. Sekedar ingin kau tau, Paman park adalah kakak dari ibuku. Dan kami masih memiliki hubungan darah secara tidak langsung." Ujar Jungkook yang membuat Denise tersedak oleh minuman yang diteguknya. Mata Denise nyaris keluar dari rongganya saat menerima informasi penting tersebut.
"Kau. . .kau. . . Anak dari adik tuan park? Kau. . .kau. . . Kalian masih satu keluarga. . . "
Jungkook mengangguk kepalanya acuh.
Denise mengemasi semua barang-barang nya dan berniat terbang secepat kilat jika dia bisa. Namun langkahnya terhenti begitu pergelangan tangan Denise diraih oleh tangan besar Jungkook.
"Nona Kim, kenapa harus terburu-buru. . . . Kita bahkan belum mencicipi hidangan pencuci mulut." Jungkook berbicara dengan begitu dekat. Bisa Denise rasakan hembusan nafas hangat Jungkook menggelitik daun telinganya yang mudah memerah.
Melihat punggung Denise yang tegang, otak nakal Jungkook seperti mendapatkan signal yang kuat. Dengan sensual, Jungkook mengucapkan beberapa kata. Dia menggunakan suara rendah yang dalam seperti seorang pria sedang di atas puncak kepuasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
terimakasih untuk waktumu
Fanfictionjika orang berfikir menikahi seorang CEO tampan, pendiam dan sempurna adalah hal terbaik sepanjang hidupmu, tapi tidak denganku. aku begitu mencintai suamiku, aku melakukan segala hal agar aku bisa bersanding dengannya. namun hal ini menjadi semakin...