chapter extra

612 82 19
                                    

"selamat pagi istriku. . " Seru Taehyung menuruni anak tangga. Dia mempercepat langkahnya menghampiri dita dan menyambar bibirnya untuk sekilas.

"Mmhhpp. . . . Jaga sikapmu Tae. Bagaimana jika anak-anak melihat apa yang kita lakukan, huh." Protesnya setelah mendapatkan serangan dadakan dari Taehyung.

Semenjak pertemuan mereka kembali, sifat manja Taehyung semakin menjadi-jadi. Tiap detik tiap waktu dia akan terus menempel pada Dita dan membuatnya kewalahan.

Taehyung mengerucutkan bibirnya, mengamati wajah cemberut dari istrinya. Dita memberi sedikit jarak agar dapat menatap penuh wajah Taehyung.

"Kenapa?" Tanya Dita menyipitkan matanya.

Sekali lagi dia melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Dita, mempersempit jarak Diantara mereka.

Taehyung membenamkan kepalanya di celah leher, menyesap aroma vanila dari tubuh Dita. "Ini masih terlalu pagi, anak-anak kami masih tertidur lelap."

Sifat manja Taehyung terkadang membuat Dita sakit kepala. Tanseya dan Vereon tidak pernah mengekorinya, meskipun mereka masih terbilang cukup kecil, tidak seperti Taehyung. . . Ya Tuhan, Dita mulai gatal ingin memukul kepala suaminya.

"Justin mungkin akan bangun sedikit lebih siang tapi tidak dengan Tanseya dan Vereon, jika kau ingin tau. . ."

Taehyung bersiap membuka mulutnya, namu semua buyar saat suara kecil menerobos lebih dulu di tengah pembicaraan.

"Ibuuuuuuuuuuuu. . . . Aku tidak bisa menemukan kaus kakiku." Teriak Tanseya dari dalam kamarnya.

Satu alis Dita terangkat, menampilkan jejak ejekan dalam wajahnya.

Dua Tangan Dita terangkat, diletakkannya di atas pundak Taehyung. "Suamiku. . . Ayah dari anak-anak ku. . . Maukah kau membantuku. . . Tolong bantu Tanseya menemukan kaus kakinya, sayang. Aku masih harus menyelesaikan ini. . "

Ada rasa enggan didalam hati Taehyung. Dia ingin lebih lama bersama istrinya namun anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka akan selalu mencari celah untuk mengganggu kesenangannya. Dengan langkah malas, Taehyung kembali menaiki anak tangga, pergi ke kamar Tanseya untuk membantunya dan membangunkan Justin.

Butuh waktu 50 menit bagi Taehyung untuk menyegarkan diri. Pukul 9 akan ada pertemuan penting dengan klien, dan dia harus mempersiapkan segalanya lebih awal.

Tanseya duduk di sofa, dia berusaha mengenakan kaus kaki dan sepatunya. Taehyung datang dengan tas kantor menghampiri Tanseya. Dia mencium pucuk kepala anaknya. "Pagi sayang." Sapa Taehyung pada Tanseya dan beralih pada Vereon.
Meskipun terlihat begitu dingin, namun Vereon tidak pernah menolak ciuman selamat pagi dari ayahnya.

Taehyung duduk di sofa tunggal tidak jauh dari Tanseya. "Tanseya, kemarilah . . . Biarkan ayah membantu untuk mengikat rambutmu." Kata Taehyung, menyuruh Tanseya duduk di depannya.

Tanseya, patuh. Dia membiarkan ayahnya melakukan apapun pada rambutnya. Semua diluar dugaan, ayah yang begitu dingin dan sangat manly, mengetahui cara bagaimana mengikat rambut dan membuat kepangan disana. Tanseya merasa puas setelah melihat pantulan dirinya di cermin. Dia berbalik menatap Taehyung dengan senyum lebar. "Ayah! Kau adalah ayah terbaik. . . Bahkan ibu tidak tau cara merawat rambutnya sendiri tapi lihat, ayah benar-benar membantuku untuk mengatasinya." Tanseya memberikan sanjungan setinggi langit pada ayahnya Sembari terus memainkan kepangan rambutnya.

"Sarapan sudah siappppppp. . . . " Teriak Dita dari ruang makan.

Tanseya begitu senang dengan apa yang didapatkan-nya hari ini. Wajahnya terlihat begitu cerah, dan energi positif mengalir darinya. Dia berlari dan berseru, saat mendengar Dita memanggil mereka untuk sarapan.

"Yeyyyyyy. . . Sarapan. . !!!!"

Setelah kehadiran Taehyung didalam hidup mereka, suasana rumah Dita semakin hidup. Teriakan, tawa, apapun yang layaknya ada didalam sebuah keluarga, pada akhirnya dapat mereka rasakan kelengkapannya. Segalanya menjadi semakin hangat.

Dita tersenyum cerah melihat kehadiran Tanseya dan anggota keluarga yang lainnya. "Eohhhhh. . . . Omo! Lihatlah. . . Eohhhhh anakku terlihat begitu cantik." Seru Dita menyambut Tanseya.

"Terimakasih, ibu. Ayah yang melakukannya."

Dita menatap Taehyung. Dia terkejut dengan kemampuan tersembunyi dari suaminya. "Kau bisa melakukannya, tuan Kim? Wah ini suatu kejutan." Mata Dita berbinar memancarkan kekaguman padanya.

Selama ini dia belum pernah melihat Taehyung melakukan hal-hal manis. Dan Sekarang, secara mengejutkan, anaknya mengatakan bahwa ayahnya-lah yang telah mengkepang rambutnya. Tentu itu menjadi suatu kejutan.

"Hanya sedikit pengetahuan, Song Mino sering mengunjungi ku bersama Soodam, dan tidak jarang, Mino Hyung akan menata rambut Soodam di depanku. Jadi. . Yeah. . . Aku mulai terbiasa melihat cara melakukannya. Aku juga tidak berfikir, hal random itu akan berguna suatu saat nanti." Taehyung menjelaskan sembari menikmati santap sarapan paginya.

"Morning, mom! Morning, dad. Morning baby seya....." Justin Barus saja datang dengan kecupan untuk anggota keluarga mereka, namun saat dia berencana mencium Vereon, terlihat tangan membentuk tanda silang tepat didepan dada adiknya.

"Aku melarangmu untuk menyentuhku!" Tegasnya garang.

Justin mengerucutkan bibirnya. "Eeoggghhh, ibu lihatlah! Vereon tidak mau kupeluk." Adu Justin pada ibu mereka.

"Vereon. . . Biarkan kakak mu memelukmu, sayang. Dia hanya ingin menunjukan rasa sayangnya padamu...."

"Tidak perlu memeluk dan mencium. . Cukup lakukan sesuatu yang tulus dan berharga untuk ku. . Itu sudah cukup. . " Vereon menghentikan ucapan Dita dengan ucapannya.

Justin tertegun dan bertanya " misalnya????"

"iPhone terbaru, mungkin. . . Aku akan menganggap mu begitu mencintai. . Mencintai dan mencintaiku. . . ." Jawab Vereon enteng.

Taehyung, Justin dan Dita tidak tau harus menangis atau tertawa. . . . Eoh Vereon-nya sudah dewasa dan tumbuh menjadi seorang lintah darat. Bahkan untuk perasaan akan dihitung dengan nominal. Meskipun masih terlalu dini untuk menilai, Vereon termasuk jenis anak yang cukup kritis dan realistis. Pemikirannya terlampau rasional.

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang