Jangan lupa vote and komen yaaaaaaaa
Tubuhku terasa lemas, tidak ada kekuatan untuk barang menatap sekitarku. Aku hanya mendengar suara langkah seokjin mendekatiku yang terduduk lemas di lantai yang dingin.
Tidak ada emosi di dalam diriku. Mataku hanya menatap kekosongan yang jauh di depan sana. Kurasakan sentuhan tangan besar Seokjin di pundak ku.
"Dita, aku turut berduka atas kepergian putramu. . . . Aku sudah menghubungi suamimu, dia akan datang sebentar lagi." Ucap Seokjin berusaha menghiburku.
Benarkah?! Benarkah Taehyung akan datang? Tapi Untuk apa dia datang? Untuk menertawakan ku? Hatiku menjerit kesakitan. Inilah yang diinginkannya. Kematian vereon, inilah yang diharapkannya. Lantas untuk apa di datang?
Aku terlalu lelah untuk menanggapi semua ucapan Seokjin . Tubuhku terlewat lemah. Aku masih tetap diam tanpa bergeming. Kondisi ku tidak jauh berbeda dengan mayat hidup. Aku mengabaikan semua orang. Aku ingin sendiri.
Derap langkah kaki yang berat terdengar semakin dekat.
"Hyung!" Teriak seseorang yang ku yakini itu adalah suara Suga, teman Taehyung yang lain.
Dari sudut mataku menangkap wajah terkejut seokjin.
"Kenapa kau yang kemari, dimana Taehyung?" Tuntut seokjin dengan suara yang sedikit meninggi.
"Dia menelpon ku dan menyuruhku untuk menemuimu disini. Dia harus menemani Somi melakukan pemotretan di Daegu."
Brak. . .
Seokjin menendang bangku yang berada tidak jauh darinya.
"Brengsek. . . . Brengsek. . . . Brengsek. ." Seokjin meninju dinding, melampiaskan amarahnya terhadap Taehyung.
Kulihat Seokjin berhenti, saat seseorang dari petugas kremasi mendekat ke arahku.
"Nyonya Kim, kapan kau berencana mengkremasi putramu?" Suara usang seorang pria tua mencuri perhatianku.
Aku masih terdiam, aku tidak ingin putraku terkubur, aku tidak menginginkannya. Aku berharap semua orang bisa memberitahuku bahwa aku tidak perlu memakamkannya. Aku bisa membawanya pulang dan menidurkan nya di tempat tidurku. Aku berharap ada seseorang yang mengatakan padaku, vereon ku sedang tidur, tidak lama lagi dia akan bangun dan bermain denganku.
Tubuhku semakin bergetar, semua yang ku pikirkan adalah mustahil. Vereon ku sudah pergi. Dia tidak akan pernah lagi duduk tenang disudut ruangan. Tidak akan ada lagi vereon yang panik jika aku menaruh benda tidak sesuai dengan kenyamanan matanya. Tidak akan pernah lagi.
"Hyung! Apa maksud semua ini? Kremasi? Putranya? Apa yang sedang terjadi Hyung?" Aku mendengar suara berat Suga menuntut penjelasan pada Seokjin.
Seokjin mengusap wajahnya kasar. Aku bisa mendengar tangis Seokjin yang tertahan. Aku bisa mengerti alasan seokjin ikut bersedih bersamaku. Sekalipun Taehyung membenciku, seokjin, dan Suga tidak pernah berlaku buruk padaku maupun vereon.
Seokjin akan datang dengan buku-buku berwarna Hanya untuk mendapat perhatian sekejap dari vereon. Begitupun Suga yang terlahir dengan hati penuh belas kasih. Suga terbiasa hidup di kelilingi oleh anak-anak istimewa seperti vereon. Setiap kali Suga berpergian keluar negeri, dia tidak pernah melupakan buah tangan untuk putraku.
"Vereon telah pergi meninggalkan kita semua." Suara parau Seokjin memberi pengaruh dalam emosiku dan Suga.
Dari balik mata penuh air mata, aku bisa melihat tubuh Suga yang membeku. Matanya terbuka lebar. Bibirnya bergetar
"Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi Hyung.? Kenapa ini bisa terjadi?" Suga meraih kerah baju seokjin, mengguncangnya hebat.
Kondisi seokjin sama sepertiku, dia tidak lebih baik. Suara erangan penuh emosi kesedihan memenuhi sudut- sudut rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
terimakasih untuk waktumu
Fanfictionjika orang berfikir menikahi seorang CEO tampan, pendiam dan sempurna adalah hal terbaik sepanjang hidupmu, tapi tidak denganku. aku begitu mencintai suamiku, aku melakukan segala hal agar aku bisa bersanding dengannya. namun hal ini menjadi semakin...