bagian 9

725 129 22
                                    

Ini sangat membosankan. Tubuhku memang belum sepenuhnya pulih namun berada terus di dalam kamar, berbaring sangat menjenuhkan.

Tidak ada siapapun di sampingku, aku seorang diri di tempat yang sedikit asing untukku.

Setelah pernikahanku dengan Dita, ini adalah kali pertama aku menginjakan kakiku di Mension Park.

Samar-samar aku mendengar langkah kaki kecil di luar kamar ini. Penasaran aku ingin keluar dan melihatnya. Baru saja aku mendudukkan diriku ditepi ranjang, anak tengil yang berdebat dengan Jinny pagi sebelumnya membuka pintu dengan usaha yang cukup keras.

Anak di depanku cukup aneh. Dia terus menatapku tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?"

Dia menghela nafas seperti orang tua?! Apa aku seaneh itu baginya?

"Siapa namamu?"

"Justin Huang. . . . .eoh salah. . .Justin min?! Tidak lama lagi aku akan menjadi anak min yoongi jadi kau bisa membiasakan diri mulai sekarang."

Wahhhhhh. . .  Apa ini? Kenapa aku merasa sedang diatur oleh anak tengil ini?

Aku mendengus pelan.

"Darimana asalmu?. . ."

"Dari rahim ibuku."

What? Ya tuhan, jika aku tidak mengenal Suga Hyung, Mungkin aku akan berfikir anak ini adalah anaknya.

"Aku serius!"

Aku tertegun saat Justin  mengangkat kedua tangannya dan meletakkannya dibawah dagu. Apa yang dilakukan setelahnya membuatku ingin memuntahkan 3 liter darah jika aku bisa.

Dia melakukan hal seperti gadis-gadis idol yang pernah ku lihat di televisi, menggerakkan jari-jari nya membuat dirinya terlihat imut namun yang Justin lakukan sedikit berbeda.  Dia melakukan aegyo dengan wajah terlewat datar, lebih tepatnya dengan wajah serius. Apa kalian bisa membayangkannya?

Aku tidak tau, harus menangis atau tertawa. Aura yang dikeluarkan Justin membuatku terlihat seperti orang idiot. Dia terus menjatuhkan tingkat kewarasan ku.

Ada apa dengannya? Kenapa dia terus mendengus di depanku. Apa aku seburuk itu?

"Paman! Selama 7 purnama aku sudah keluar-masuk Mension Kim, tidakkah kau mengenaliku?"

Apa? Dia sering berkunjung ke Mension ku? Kapan? Kenapa aku tidak pernah melihat wajahnya.

Dan lagi-lagi dia menghela nafas seperti orang tua yang lelah dengan kebiasaan buruk anaknya?!

Aku yakin dia bisa melihat alisku berkerut penuh tanda tanya.

"Paman! Aku bahkan selalu menemani vereon Hyung disiang hari. Aku juga sering melihatmu pulang dengan nenek sihir itu."

Benarkah? Bahkan dia tau tentang Somi?

"Paman! Kau benar-benar bodoh! Kau benar-benar mudah tertipu."

Tentang apa ini? Siapa yang menipuku?

"Apa maksudmu? Siapa yang menipuku?"

Wah. . . Aku harus memberi penghormatan pada pria kecil ini. Seumur hidupku belum pernah ada seseorang yang berani menepuk-nepuk pundakku layaknya kakek-kakek tua.

"Bibi Dita menabrak kedua orang tua wanita penyihir sampai mati, dan paman menutupinya, bukan?"

Eoh ya tuhan rasanya seperti aku baru saja tersengat listrik tegangan tinggi. .

Darimana anak ini tau? Hanya aku, Suga Hyung, seokjin Hyung, namjoon Hyung dan paman Park yang mengetahui hal ini. Benturan dikepala Dita memberi trauma pada otaknya. Dia tidak mengingat beberapa hal sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan somi memiliki bukti bahwa Dita yang mengendarai mobil itu, bukan aku. Dita akan gila jika dia tau, dirinya telah merenggut 3 nyawa sekaligus.

"Darimana kau tau tentang hal itu?"

Panik? Jangan tanyakan lagi. Dita tidak boleh mengetahui hal ini.

"Vereon Hyung yang memberitahuku."

"Apa? Vereon? Mustahil! Bagaimana bisa dia memberitahumu, dia bahkan. . . Kau tau kondisinya.?!"

Mustahil bukan? Anakku memiliki kekurangan dibeberapa aspek, dan bagaimana dia bisa memberitahunya jika dia sendiri kesulitan untuk sekedar berbicara, huh?

"Apa kau pernah membuka buku sketsanya? Vereon Hyung melukisnya dengan jelas. Kurasa wanita gila itu berusaha menghancurkan perasaan vereon Hyung. Tapi dia terlalu meremehkan kemampuannya sama sepertimu. Kau tidak mengetahui jika vereon Hyung sangat pandai melukis imajinasi, bukan? Eoh dan satu hal lagi. Penyihir Somi adalah pembunuh kedua orang tua dan kakaknya sendiri. Dia merusak rem mobil mereka sebelum melakukan perjalanan. Bibi Dita hanya orang dengan nasib sial, yang secara tidak sengaja terlibat dengan perebutan harta terkutuk keluarga wanita penyihir. Jika paman ingin tau."

Apa? Bisakah aku mempercayainya? Aku benar- benar kehilangan kewarasan pikiranku, kenapa aku begitu bodoh! Kenapa aku tidak menyelidikinya terlebih dahulu.
.
.
.
.
.
Segini dulu aja ya Ntar diterusin lagi . . . .  🤣🤣🤣🤣

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang