bagian 17🔞🔞

761 87 16
                                    

Taehyung pov.

Aku terbangun secara alami, tanganku terulur mencari keberadaan istri yang membuat ku merasa luar biasa, hari ini. Mataku yang masih terpenjam sontak terbuka lebar kala tanganku tidak merasakan keberadaan Dita disisi lain tempat tidur kami. Kasur sudah terasa dingin, itu artinya Dita sudah pergi cukup lama dari saat aku bangun.

Panik? Tentu. Setelah kesalahan yang kulakukan apakah masih ada wanita yang mau menerima suami brengsek sepertiku, huh? Tanpa pikir panjang aku melompat dari tempat tidur hanya dengan selembar selimut yang membungkus setengah dari tubuhku. Aku menghambur kedalam kamar mandi, namun hasilnya nihil. Tidak ada kehidupan di sana. Aku kembali kedalam kamar, berlari menatap almari milik Dita dan tubuhku langsung merosot jatuh kelantai. Aku menatap nanar isi almari yang hanya ditinggali oleh 5 dress sederhana milik Dita. Aku merutuki perbuatan dan kebodohan ku. Seharusnya aku tidak terbuai dengan rayuan Dita. Seharusnya aku tetap waspada. Sekarang aku benar-benar kehilangan dirinya.

Demi apapun, aku benar-benar sudah tidak dapat menahan tangis ku. Jika seseorang melihatku seperti ini, maka aku akan membiarkannya. Aku ingin semua orang tau, bahwa inilah pria terbodoh di dunia yang percaya bahwa istrinya akan mau menerimanya setelah dia tidur dengan wanita lain. Naif, sangat naif. Aku terlalu mengagungkan cinta Dita padaku tanpa mengingat bahwa Dita jugalah manusia biasa.

"Kau pembohong! Kau benar-benar pembohong." Isak ku meratapi kepergian Dita.

Dengan langkah gontai aku menuju ke kamar mandi. Membersihkan diriku dan bersiap pergi mencari Dita kemanapun dia akan berlari. Aku begitu terpuruk, tubuhku bergerak tanpa daya. Kepergian Dita sama seperti kehilangan jiwaku sendiri. Aku berjalan menuruni anak tangga seperti mayat hidup, mengingat-ingat kemungkinan tempat yang akan di datangi oleh Dita.

"Tae, kau sudah akan pergi?"

"Ya. Aku akan mencari Dita." Ucapku singkat sembari berlalu meninggalkan Mension park.

Apa?! Eoh shit! Sial. . .sial. . .sial! Aku berlari kembali memasuki Mension park dengan langkah yang lebar. Aku menghambur ke dapur dan menerjang tubuh mungil koki Kim yang memunggungi ku.

"Akh!" Pekik Dita terkejut saat aku memeluknya dari belakang.

Aku membenamkan wajahku di pundaknya. Aku merasa bahagia melihat Dita menepati janjinya pada ku. "Ada apa, hmm? Bukankah kau sudah akan pergi, hmm?" Tanya Dita lembut padaku sembari mengusap lembut rambut tebal ku.

"Pergi pantat ku, eoh?! Aku berencana pergi karena ku pikir kau meninggalkanku. Aku akan mencarimu sampai ke ujung dunia. Jika perlu aku akan menjungkirbalikkan dunia ini, jika kau berani' bersembunyi dari ku."

Mataku yang menyalang menangkap senyum geli Dita saat dia mendengar omongan ku.

"Eoh apa yang kau pikirkan, huh?! Aku pergi, hmm?! Bukankah aku sudah berjanji pada mu, aku akan selalu berada di sisi mu. Dan tidak akan pernah meninggalkan mu, selain Tuhan yang memisahkan kami." Aku senang mendengarnya berkata seperti itu, namun entah mengapa aku merasa sedikit sedih.

Kurasa Dita merasakan perubahan ku, karena tanpa aba-aba dia berinisiatif untuk mendaratkan satu ciuman di bibirku.

"Suamiku yang tampan, duduklah di kursi makan dan tunggu, sebentar lagi sarapan akan siap." Ucap Dita mencubit kedua pipiku.

Aki sudah bersiap mengikuti ucapan Dita, namun mataku tiba-tiba menyadari dengan sesuatu yang sial membuatku kembali berdesir. Dita sudah memunggungi ku.

Dengan kasar aku menelan ludah ku, aku sempat bertanya-tanya, dimana kemeja yang ku kenakan sebelumnya dan sekarang terjawab sudah. Istriku yang cantik mengenakan kemeja hitamku dan itu membuatnya terlihat seperti dress panjang 5 senti diatas lutut. Heol kulit Dita begitu putih dipadukan dengan kemeja hitam membuatnya terlihat sangat kontras. . . . Ini pagi hari dan otak ku sudah kembali tidak waras hanya karena penampilannya. Eoh jangan lupa Dita juga menyanggul berantakan rambutnya. Surai rambutnya yang terabaikan menambah kesan seksi disana.

Aku tidak benar-benar berharap akan seberuntung ini di pagi hari. Mendapatkan pemandangan surga di hidupku yang sedikit gelap. Aku terus mengamatinya, sementara Dita masih sibuk berkutat dengan penggorengan dan lain sebagainya.

Aku berjalan mendekatinya tanpa membuat keributan. Dia benar-benar terlalu fokus, hingga tidak menyadari tanganku yang terulur mematikan kompor didepannya.

Dia masih mengabaikan hal tersebut, dan aku memutuskan untuk mengerjakannya lagi. Sendok yang berbeda didepannya kujatuhkan dengan dentingan yang keras. Dita terkejut namun masih tidak menyadari keberadaan ku dibelakang nya.

Kulihat dita dengan cerobohnya akan membungkuk, memungut sendok diatas tanah, namun dia terpekik dan nyaris tersungkur saat pantatnya secara tidak sengaja menyentuh area selakanganku.

"Kau ceroboh Dita! Bagaimana jika yang berdiri di belakangmu bukan aku, melainkan pria jeon Tempo hari, huh." Tanya ku sedikit geram dengan sifat ceroboh istriku.

"Maka dia yang akan menang banyak. "

Huh?! Apa dia ingin membalas ku? Apa maksud dari perkataannya,huh?!

Dita kembali berkutat dengan pekerjaannya, aku mengulurkan tangan kuriku melingkari pinggangnya dan tangan kananku meraih wajah Dita. Memaksanya menoleh ke arah ku. Aku meraup bibir kurang ajarnya dengan kasar. Aku melumatnya dengan ganas. Tidak kuberi ruang untuknya bernafas, aku terus melampiaskan rasa jengkel ku dengan menyesapi bibirnya yang mulai bengkak.

Ku kira dia akan kewalahan, namun sialnya akulah yang menjadi semakin gila. Aku menarik tubuhnya menjauh dari kompor dengan tubuhnya yang masih berada di dalam dekapan ku. Aku membawanya ke depan meja dapur, membalikkan posisi, menyudutkannya diantara meja dan juga aku.

"Tae, apa yang kau lakukan, huh?! Aku belum selesai memasak, Tae."

Dita terus berusaha membebaskan dirinya, namun tubuhku terlalu kuat untuk menjadi lawannya.

"Morning sxxx"

"What?! Eoh ayolah, kita baru selesai jam 6 pagi, Tae. Dan sekarang kau. . . . Taeeeee aku harus membuatkan sarapan untuk mu."

"Aku bisa memakan mu."

Dita bersiap untuk melontarkan sesuatu namun dia mengurungkannya. Dita menghela nafas panjang. "Hanya sekali, oke? Aku benar-benar lapar."

Aku tersenyum dengan puas saat Dita pada akhirnya menuruti keinginan ku. Dita memunggungi ku dan tangan nya mencengkeram erat pinggiran meja seolah dia bersiap-siap akan hantaman batu beton.

Aku mendekatkan bibirku di daun telinganya dan membisikkan sesuatu yang kurasa cukup mengejutkannya.

"Akan kupastikan kali ini kau akan mengandung anakku lagi."

Apa yang terjadi? Kenapa dia menangis? Aku bahkan belum melakukan apapun. " Jika kau tidak menginginkannya, maka aku tidak akan melakukannya. Hanya. . . . Jangan menangis."

Dita menggeleng ribut, " tidak! lakukan. . . Aku hanya merasa senang, mendengar kau menginginkan anak dariku."

Aki juga sangat senang. Teramat sangat senang. Pagiku begitu indah, hariku begitu indah. Kuharap waktu dapat berhenti sekarang juga. Agar kami bisa selalu seperti ini, selamanya.

Maaf kemarin secara dadakan ada tugas negara dan baru kelar malam hari.

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang