"morning mommy! morning Daddy.!"
Aku tersedak nasi goreng saat suara melengking seperti petir membobol gendang telinga ku. Pria kecil dengan wajah sedikit menyebalkan berlari kearah tempat duduk ku. Dengan berani dia berjinjit dan mendaratkan satu kecupan di pipi kanan ku yang sukses membuatku nyaris terkena serangan jantung. Mataku membola, tidak hanya aku, bahkan Dita membatu melihat apa yang baru saja terjadi.
Pria kecil yang semula berada dihadapan ku kini berpindah disamping Dita dan melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan padaku sebelumnya.
"Sejak kapan kau kembali, hmm?" Tanya ku penasaran.
Kupikir hanya ada Dita dan aku di Mension park, namun siapa yang menyangka, Justin juga berada disini.
"Paman jeon mengantar ku kembali, malam tadi. Karena mendengar keributan dari kamar mommy, Paman jeon bergegas pergi. Awalnya Paman ingin mengajak ku pergi, tapi aku terlalu mengantuk dan malas untuk pergi. Jadi aku pergi ke kamarku tanpa mengganggu kalian."
Aku melihat Dita seperti tercekik, mendengar penuturan Justin. Dan aku geram melihat hal tersebut. Kenapa dia harus bereaksi berlebihan, huh?! Apa ini menyangkut pria jeon yang memergoki kami sedang bercinta? Jika diperlukan, aku akan melakukannya dengan Dita setiap kali dia berada di radius 5 meter dengan kami. Biarkan pria brengsek itu mengetahui betapa Kami saling mencintai dan saling memiliki satu sama lain.
"Siapa yang mengijinkan mu memanggil kami, mommy dan Daddy, huh?!" Sergahku begitu menyadari ada yang aneh terdengar di telingaku.
"Kakek menyuruhku untuk memanggil kalian sebagai kedua orang tuaku, karena Jinny mommy masih terlalu kecil untuk menjadi seorang mommy."
Wahhhh dewa mana yang sedang mengutuk ku. Kesalahan seperti apa yang kulakukan di kehidupanku sebelumnya, hingga Tuhan murka memberi kami anak iblis seperti Justin. Aku benar-benar tidak tahu harus menangis atau tertawa namun saat melihat senyuman bahagia Dita, aku memutuskan untuk berdamai dengan Justin.
"Kapan kakek akan kembali?" Dita memulai pembicaraan menghentikan perselisihan antara aku dan Justin.
"Kakek hobi membawa kakek Park ke Chicago, kudengar kakek hobi akan menikah."
Aku sukses tersedak begitu mendengar nama KAKEK yang akan MENIKAH. Aku tidak berfikir bahwa keluarga Dita cukup ekstrem.
"Paman hobi lebih tua 5 tahun dariku. Kakek mengambil paman hobi sebagai anaknya saat ayah sudah cukup matang untuk menikah. Namun karena belum siap memiliki seorang anak, kakek memutuskan untuk mengambil paman hobi dan memasukannya sebagai adik dari ayah kami."
Wow. . . Aku benar- benar tidak salah memilih wanita. Bahkan dari akarnya sudah tertanam sifat welas asih yang begitu kuat. Tidak hanya paman hobi, bahkan Justin juga menjadi bagian dari keluarga mereka meskipun tidak memiliki ikatan darah.
Kagum, bangga, dan banyak pujian yang ingin kulemparkan pada keluarga Park serta istriku.
"Bukankah kau sudah waktunya memulai pendidikanmu, hmm?" Tanyaku menatap Justin yang terkejut. Aku rasa Justin tidak menyukai dunia pendidikan, terlihat dari caranya bereaksi yang terlalu berlebihan. Dia terlihat begitu tegang.
Aku pernah mendengar sedikit tentang perlakuan lingkungan terhadap Justin. Saat dia bermain di taman, banyak dari anak yang mengganggunya karena tidak memiliki orang tua disisinya. Semenjak kejadian itu, Justin tidak ingin pergi kesekolah, dia lebih memilih menghabiskan waktunya dengan vereon kami.
"Daddy tidak ingin mendengar alasan apapun, Justin Kim. Mulai besok kau harus kembali ke sekolah. Daddy dan mommy sendiri yang akan mengantarmu dan menyeretmu sampai didepan pintu kelas." Ucapku tegas.
Aku bingung dengan keheningan di ruang makan kami. Baik Dita maupun Justin diam membeku menatapku. Aku menatap mereka secara bergantian. "Kenapa?" Tanyaku bingung.
Aku melihat Dita tersenyum haru. Ada air mata yang menetes disana dan Dita menggenggam erat tanganku. "Terimakasih."
Demi tuhan. Aku bisa memberikan apapun untuk Justin, cinta apapun itu aku bisa memberikannya, selama hal itu bisa membuat Dita bahagia. Dan aku benar- benar bersyukur atas kehadiran Justin diantara kami. Bukan berarti aku melupakan vereon ku, itu tidak benar, dan itu tidak mungkin pernah terjadi. Vereon selalu menjadi permata dihatiku.
"Hari ini, hari Minggu bagaimana jika kita pergi bermain ke funworld, hmm?" Ajak ku pada Dita dan juga anggota baru keluarga kami.
"Ide bagus. Bagaimana denganmu, sayang." Eoh ya tuhan. Aku ingin membenturkan kepalaku saat mendengar ucapan Dita yang begitu lembut dan penuh kasih sayang pada Justin. Aku meruntuki semua perlakuanku pada vereon dan Dita sebelumnya. Jika saja aku sedikit lebih lunak. Jika saja aku lebih peka, mungkin aku bisa mendengar bagaimana Dita menjadi seorang ibu untuk anak ku vereon setiap harinya. Sedih? Tentu. Menyesal?! Tolong jangan tanyakan lagi. Bahkan jika aku bisa menukar ribuan kehidupanku aku pasti akan melakukannya asalkan keluarga kami sempurna kembali seperti sebelumnya.
"Aku mauuuuuu. . . . " Tubuhku membatu saat Justin berteriak kegirangan seperti anak seusianya. Dia tidak lagi seperti anak dewasa. Dia melompat kegirangan seperti anak yang dilimpahi kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Dan entah kenapa, hatiku menghangat melihat hal tersebut.
"Apa kalian sudah selesai dengan makanannya, hmm?" Tanyaku pada Dita dan Justin.
Dan. . . Heol! Mereka seperti ibu dan anak biologis. Dita dan Justin mengangguk ribut secara bersamaan.
"Sayang, bantu anak kita mengganti pakaiannya. Aku akan memanaskan mesin mobil terlebih dahulu. Dan juga. . ." Aku berdiri dan mendekatkan bibirku di daun telinga dita. "Mandi, kenakan pakaian beberapa lapis." Ucapku mengingatkannya sembari tanganku mencubit paha dalam Dita yang terbuka, karena dia masih mengenakan kemeja hitam ku sebelumnya.
Begitu Dita menangkap maksud menggodaku. Dia langsung menatapku dengan horor. Tangannya menepis tanganku dan siap untuk melemparkan serangan. Namun bukan Kim Taehyung namanya jika aku tidak dapat melarikan diri lebih cepat.
.
.
.
.
.
Double up. . . Sebagai ganti keterlambatan kemarin ya. Dan nanti kita up untuk BTSN Family Jangan lupa untuk mampir dikarya aku yang lainnya.1. BTSN Family (Denise & Jungkook)
2. Penjaga Malam. (Jinny & Suga)
3. The sound of snow. (Lea & namjoon)
KAMU SEDANG MEMBACA
terimakasih untuk waktumu
Hayran Kurgujika orang berfikir menikahi seorang CEO tampan, pendiam dan sempurna adalah hal terbaik sepanjang hidupmu, tapi tidak denganku. aku begitu mencintai suamiku, aku melakukan segala hal agar aku bisa bersanding dengannya. namun hal ini menjadi semakin...