bagian 4

907 146 31
                                    

Jangan lupa vote and komennya.

Didalam rumah duka, beberapa kerabat mulai berdatangan. Mereka ikut berkabung dengan ku. Aku duduk di depan peti mati kedua orang yang penting dalam hidupku. Tidak ada sepatah katapun yang keluar. Aku hanya sesekali menatap Jinny adikku yang masih sangat lemah duduk bersandar di dinding. Matanya sudah bengkak, terlalu lamanya menangis. Aku ingin memeluknya namun kakiku terlalu lemah untuk sekedar berdiri. Jadi kuputuskan untuk tetap pada posisiku.

"Apa ini?" Suara bass yang begitu ku kenal mengejutkan semua orang. Aku terlalu lelah, aku sangat lelah. Aku begitu malas untuk sekedar mendengar suaranya, apalagi harus menjawab pertanyaannya.

Aku tetap duduk tidak bergeming. Mataku fokus dengan foto kedua orang yang ku cintai. Namun itu tidak benar- benar kulakukan.

Bhug. . . Plak. . .

Somi menjerit kesakitan. Dari sudut mataku, aku melihat Jinny menyerang Somi dengan tragis. "Kau pembunuh! Kau pembunuh. Kau yang membunuh ibu dan keponakanku. Kau iblis. Kau wanita jahat. Aku akan membunuhmu."

Aku akan berdiri menghentikannya namu kuurungkan begitu melihat siluet Suga berjalan menggantikan tugasku untuk melindungi adik ku.

"Nona Park, kendalikan dirimu. Ibumu akan sedih melihatmu seperti ini."   Ya, itu benar. Aku akan mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan Suga. Suga memeluk tubuh Jinny dari belakang, mencoba menahannya agar tidak menyerang Somi lagi.

" Kau wanita gila! Lihatlah dirimu. Kau benar-benar wanita mengerikan." Somi menjambak dan mencakar wajah adikku. Aku bisa mendengar suara tubuh Jinny yang terdorong dan jatuh tidak jauh dari peti ibuku.

"Hentikan! Taehyung sebaiknya kau bawa pergi wanitamu." Bentak Suga geram. Aku bersyukur Suga begitu cekatan untuk membantu adik ku.

"Tidak Hyung! Kalian harus menjelaskan semuanya padaku."

Ini konyol! Apa yang dia inginkan, huh? Penjelasan? Penjelasan seperti apa?

"Kalian orang- orang tidak tau berterimakasih. Bersyukurlah, jika Taehyung mau menghadiri pemakaman mantan ibu mertua dan juga anaknya. Taehyung masih menghormati ibumu. Tapi lihat apa yang kalian lakukan pada kami."

Eoh cukup! Kumohon cukup! Ini semua omong kosong yang menjijikan untuk kudengar. Tanganku gatal ingin merobek mulut pelacur yang sudah menghancurkan hidupku.

Aku meraih karangan bunga didepan peti ibuku, aku berjalan mendekati mereka. Dan dengan sekuat tenaga aku melemparkan karangan bunga itu tepat diwajah Taehyung yang terasa menyebalkan di mataku.

Semua orang terkejut. "Kau ingin ikut berbelasungkawa, atau ingin menari telanjang disini. Pergilah sebelum ibuku bangun dan mencekik kalian berdua sampai mati." Ucapku terlampau dingin. Tampilan Somi benar- benar tidak pantas untuk berada di rumah duka. Dan itu benar- benar membuatku jijik.

"Jaga batasanmu, dita. Aku datang untuk menghadiri. . ."

"Tidak perlu! Kehadiran kalian hanya membuat ibu dan anakku semakin tersiksa. Pergilah, lakukan apapun yang kalian inginkan. Bahkan jika kalian jatuh ke jurang dan mati, kami tidak perduli."

Aku melihat mata Taehyung terbuka lebar, dia pasti terkejut dengan perkataanku, seumur hidupnya dia tidak pernah mendengarku meninggikan suaraku, apalagi mengucapkan kata-kata kasar.

"Kau mengutukku?!" Mata Taehyung menatapku berang.

Aku memincingkan mataku. Pikiranku tidak sampai untuk mencerna emosinya yang konyol. " Jika kau menikah dengan ku dan aku berusaha membunuh seluruh keluargamu dan menyiksamu kau bisa mengatakan aku mengutuk'mu, tapi aku melimpahimu dengan kasih sayang dan cinta, aku rela kau rendahkan serendah-rendahnya dan kau menganggap ku mengutuk'mu. Kim Taehyung tidak kah kau berfikir diantara kita siapa yang mengutuk siapa? Apa kau sudah kehilangan matamu? Tidak bisakah kau melihat siapa yang ada didalam peti mati sekarang. Itu buka. Somi mu atau orang tuamu. Itu mayat ibuku dan anak ku. Menikah dengan mu benar- benar kutukan untuk ku. Dan aku akan mengatakannya Kim Taehyung, aku sangat menyesal pernah mengenalmu. Jika 7 kehidupanku bisa kutukar agar tidak bertemu dengan mu, dan mengembalikan kehidupan anakku. Aku akan melakukannya Kim Taehyung, aku akan melakukannya. " Ada beban yang terangkat dari pundakku saat aku bisa mengatakannya. Pada akhirnya aku bisa menolak godaan untuk mencintainya dan menjadi idiot.

Aku mengangkat daguku, aku ingin menunjukan bahwa aku tidak bisa kalian ganggu. Aku menunjukan diriku yang lain padanya. " Sekarang pergilah, bawa pelacur mu pergi dari sini. Dan tunggu polisi menjemput wanitamu, aku tidak akan melepaskan hal ini."

Aku sudah muak, melihat wajah mereka membuatku ingin muntah. Aku terpelanting saat tangan Somi menarikku dengan kasar, aku nyaris terhuyung menabrak dada bidang Taehyung, beruntung aku memiliki kemampuan yang baik dalam hal keseimbangan. Dengan mudah aku mengontrol tubuhku agar tidak menyentuh pria kejam yang sialnya sangat kucintai dulunya.

Aku menatap Somi dengan tatapan membunuh. Wanita gila itu sudah sangat keterlaluan. Ini pemakaman ibu dan anak ku namun dia dengan tidak tau malunya terus membuat ulah? Ya tuhan kesabaran ku benar- benar sudah habis. Aku tidak bisa untuk tidak menggeram, mataku menatapnya dengan tajam, mungkin jika bisa mengeluarkan sinar layaknya film X-Men, aku bersumpah pasti kepala Somi sudah berlubang dari detik pertama dia menunjukan hidung silikonnya.

Anggap aku sudah gila, atau aku mungkin memang sudah gila. Dengan kuku panjang ku aku mencakar tangannya yang menarik ku sebelumnya. "Tangan mana yang kau gunakan untuk menyentuhku, pelacur? TANGAN YANG MANA?"  Aku berteriak seperti orang gila.

Ada sedikit rasa bahagia yang menyelubungi hatiku, saat aku mendengar erangan kesakitannya. Namun . . .
Plak..!!

detik berikutnya aku membeku. Untuk kedua kalinya Taehyung menamparku di hadapan keluargaku.

Dari sudut mataku, aku bisa melihat semua orang ingin menolongku, namun ayah ku yang terduduk di kursi roda menghentikannya, dan mengijinkanku melakukan apapun yang ku inginkan.

Hatiku sudah benar- benar hancur, ayahku sudah menunjukan segalanya padaku, dan sekarang Taehyung memperhalus segalanya.

Aku benar- benar tidak dapat merasakan lagi emosiku. Aku yakin Taehyung melihat wajahku tanpa emosi. Aku yakin wajahku sangat datar sekarang.

Aku mengangkat wajahku, ku lihat manik mata gelap Taehyung yang bergetar. Nafasnya terdengar memburu di pendengaranku. Aku benar- benar tanpa emosi dan otakku seperti sedang tersumbat oleh kebencian yang menumpuk menjadi kotoran.

Aku menatap matanya tanpa emosi, dan suaraku benar- benar terdengar datar.  " Kau menyentuhku?! Tangan kotormu baru saja menyentuhku.?!" Apa ini pertanyaan yang harus dijawabnya? Tidak. Aku tidak bertanya, orang rabun juga tau bahwa tangan Taehyung baru saja menyentuh pipiku. . . . Menyentuh? Kau bercanda? Di menamparku?! Apakah itu sakit? Aku tidak yakin. Aku tidak dapat merasakan apapun. tamparan dari Taehyung tidak terasa menyakitkan untukku, hanya rasa seolah aku baru saja dinodai oleh seseorang. Terasa menjijikan.

"Kim Taehyung. . . . Lihatlah aku, jangan pernah berkedip, jangan. . . . Buka matamu. . . Dan jangan melewatkan hal sekecil apapun." Aku mengatakannya dengan datar. Entah apa yang benar-benar ada di otakku. Aku hanya ingin Taehyung tidak melupakanku, kesakitanku. Aku ingin dia bersedih untukku di sepanjang hidupnya. Aku ingin dia hidup dalam rasa bersalah. Tanganku terulur menyentuh wajah yang telah memerah karena sentuhan Taehyung. " Lihat ini Taehyung. . . . Lihat! Wajah ini yang kau tampar, wajah ini yang kau sentuh aku tidak menginginkannya! Luka ini! Luka di wajah ini kau akan terus mengingatnya. Aku bersumpah untuk ibu dan anak ku, kau akan menangis darah di pemakamanku, Kim Taehyung. Aku bersumpah kau akan merangkak untuk mengemis pengampunan dariku. Kau akan menyesali segalanya di pemakamanku." Aku mencakar- cakar wajahku dengan kasar. Dari sudut mata dapat kulihat kukuku mulai memerah karena darah dari luka diwajahku.

Aku merasakan seseorang memeluk tubuhku, mencengkram pergelangan tanganku. " Dita, kau gila! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau melukai dirimu sendiri." Aku mendengar kepanikan dalam suara seokjin.

"Aku membenci sentuhannya. Aku membencinya seokjin-ah. . . . Mengingat sentuhannya membuatku mual. Merasa tercekik. Usir dia seokjin-ah. . . . Usir pria brengsek ini dari sini. . . . . ."

Seokjin menyembunyikan kepalaku didalam dekapannya. Aku dapat mendengar suara dingin seokjin di balik punggungku.

"Pergilah! Kalian tidak diterima disini. Hormatilah mendingang ibu mertuamu dan anakmu. Jangan membuat keributan disini."

Aku tidak yakin dengan apa yang terjadi namun aku mendengar dengusan Taehyung yang kasar dan dia langsung pergi begitu saja tanpa memperdulikan Somi yang tertinggal.

.
.
.
.
Maaf kalo kurang greget. . . . .

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang