bagian 7

862 135 26
                                    

Sekilas aku yakin, aku sempat melihat jari Dita bergerak. Aku bahagia?! Tentu tapi aku benar- benar frustasi. Banyak luka yang sudah ku torehkan padanya. Apa aku pantas? Bolehkah aku berdiri dihadapannya dan menyambutnya?! Aku ingin menjadi orang pertama yang dilihatnya saat membuka matanya. . . . Tapi apa? Apa setelahnya? Bagaimana jika dia membenci kehadiranku? Bagaimana jika kehadiranku hanya semakin menyiksanya.

Itu tidak baik?! Aku tidak boleh berada disini. Keberadaan ku disini tidaklah benar. Ya! Dita tidak boleh melihatku, itulah yang terbaik untuk semuanya. . . .

Ada keraguan disetiap langkahku saat meninggalkan ruangan Dita. Beberapa kali aku terus menoleh untuk memastikan kondisinya.

Tuhan! Aku ingin menjerit, hatiku sangat sakit. . . . Ini konyol, seorang Kim Taehyung meneteskan air mata. . . Huh!? Aku orang yang cukup angkuh, namun aku akan sangat cengeng jika itu menyangkut Dita dan vereon ku. Mereka adalah nafasku.

Aku benar- benar terkejut saat melihat vereon berada di dalam peti mati saat itu. Duniaku seolah hancur, berhenti berjalan. Demi tuhan aku tidak tau jika nyonya park datang menemuiku. Aku hanya mendengar hal buruk terjadi setelah aku berada di bandara bersama Somi. Dia tidak mengatakan apapun padaku. jika bukan karena paman Sandeul kurasa aku sudah berada di Daegu kala itu.

Jika kalian berfikir aku Diam saja, kalian salah. Aku bahkan mencekik Somi saat mengetahui kejadian itu.

"Taehyung-ah!"

Aku terkejut mendengar seseorang memanggil namaku dari belakang punggungku.

"Hyung!" Namjoon Hyung. Dokter spesialis penyakit dalam yang bekerja untuk keluarga besarku.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?"

Agh sial! Aku mengusap wajahku kasar. Malu?! Apa aku malu karena ketahuan menangis? Tidak, ini bukan tentang hal itu. Mata merahku bertabrakan dengan pandangan seseorang yang menurutku cukup menyebalkan. Aku mendengus pelan dan mulai mengalihkan pandanganku pada namjoon Hyung.

"Hyung! Jangan biarkan Dita tau, bahwa aku yang membawanya kemari."

Namjoon Hyung menatapku dengan heran.

" Kenapa aku harus melakukannya? Eoh ayolah. . . . Berhenti menyiksa dirimu sendiri, Tae! Cukup! Kau tidak harus bertanggung jawab atas apa yang tidak kau lakukan. . . Kau mencintai Dita, maka cintai dia. Kenapa. . . . Eoh ya tuhan. . . . Aku tidak tau harus berkata apa lagi padamu. .  ."

Wajar jika dia geram. Seokjin Hyung, Suga Hyung, namjoon Hyung adalah saksi kegilaan ku pada Dita. Mereka tau betul bagaimana perasaanku padanya.

"Cukup! Aku tau apa yang ku lakukan. Hanya jangan katakan apapun, dan aku akan berterimakasih padamu."

Sebelum namjoon Hyung dapat membuka mulutnya, aku lebih dulu pergi dari hadapannya.

Dita POV

Aku mendengar derap langkah kaki datang mendekat ke arahku. Aku ingin sekali membuka mataku namun ku urungkan saat salah satu diantara mereka menyebut nama suamiku.

"Ini sangat konyol, dialah yang membuat Dita seperti ini tapi lihatlah bagaimana penampilan Taehyung. Dia terlihat seolah dialah yang paling menderita di dunia ini."

Tentang apa ini? Siapa yang menderita?

"Kau tidak bisa menilainya seperti itu. Taehyung sangat mencintai Dita. Wajar jika dia terlihat menyedihkan."

Mencintaiku? Taehyung mencintaiku? Konyol! Omong kosong apa yang sedang di bicarakan nya?

"Mencintainya pantatku? Jika dia mencintai Dita, dia tidak mungkin memperlakukannya dengan buruk. Apa kau lupa, bagaimana Taehyung memaksa Dita meminum obat penggugur kandungan saat dia hamil dulu? Itukah yang kau sebut mencintainya. . . . ."

terimakasih untuk waktumu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang