"Kim Taehyung! Buka mata mu! Anak Brengsek! Kau benar-benar tidak tau malu! Lihatlah dirimu! Dasar sampah! Setelah menghancurkan nama baik keluarga Kim, kau. . . ." Ayah Taehyung mendengus keras, melihat Taehyung tidak bergeming terhadap amarahnya. "Ini. . . Ini semua karena kau terlalu memanjakan anak mu. Lihatlah, dia tumbuh menjadi seorang bajingan. Disaat dia sudah memiliki sebuah keluarga, dia memilih bermain gila dengan wanita jalang. Dimana otakmu, Kim Taehyung!" Ayah Kim menendang tubuh anaknya yang masih tertidur diatas ranjang.
Tidak heran jika tuan Kim akan bertindak begitu jauh. Dita adalah menantu pilihannya. bagi tuan Kim, Dita sudah seperti putri tunggal didalam keluarganya. Begitu dicintai dan disayangi. Namun Taehyung yang bodoh terus menyakitinya dari waktu ke waktu.
Sudah cukup lama tuan dan nyonya Kim menahan amarahnya, semata-mata untuk menghargai permintaan dari Dita, namun semua tidak lagi berarti, saat Dita sendiri terluka karena ulah dari anaknya.
Tuan Kim bergegas masuk kedalam kamar mandi, mengambil satu ember penuh air dingin dan menyiramkannya kewajah Taehyung.
Sangat efektif, tanpa menunggu lama, Taehyung terlihat meraup udara guna mengisi paru-parunya yang dikejutkan oleh serangan air dingin. Kepala Taehyung berdenyut sakit oleh kejutan itu.
Klantang. . .
Bunyi baskom menghantam lantai marmer. Nyonya Kim terlonjak kaget karena ulah suaminya yang secara tiba- tiba melemparkan baskom ke lantai dengan sangat keras.
Taehyung bahkan ikut terlonjak karenanya. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, Taehyung menatap wajah garang ayahnya. Wajah Kim Heechul terlihat suram, dan hal tersebut membuat Taehyung begidik ngeri. Bulu halus di punggungnya sontak berdiri. "apa kau benar-benar sudah sadarkan diri, huh?!"
"A-ayah. . . Apa-apa yang kau lakukan disini?" Taehyung bertanya dengan terbata-bata. Sulit dipercaya bahwa ayahnya akan kembali ke Seoul secepat ini. Taehyung segera berdiri dan menyeka tubuhnya yang basah dengan selimut.
Yoona meringis melihat kondisi anaknya yang menyedihkan. Entah berapa lama dia berada di rumah gubuk ini, dan berapa banyak minuman yang sudah ditenggaknya.
Aroma tubuh Taehyung begitu mengerikan. Aroma minuman begitu pekat, menguar dari tubuhnya.
"Eoh sayang, berapa banyak minuman yang kau konsumsi, hum? Bau mu begitu busuk, sayang." Protes Yoona yang mencium aroma tubuh Taehyung meskipun jarak diantara mereka begitu jauh.
"Tidak banyak, hanya beberapa, kurasa." Taehyung menjawabnya dengan begitu santai dan sambil berlalu. Dia berjalan Melewati kedua orang tuanya menuju kamar mandi.
Heechul mendengus keras. Dia sudah tidak tau harus berkata apa pada Taehyung. Berbicara dengannya hanya akan membawa penyakit bagi dirinya sendiri.
"Kau urus saja anakmu yang tidak tau diri. Aku sangat lelah. Melihatnya hanya membuatku semakin gila. Tanganku gatal ingin mencekiknya sampai mati. Cih. . . Dia benar-benar melewati batasannya." Heechul menghela nafas panjang, mendudukkan tubuhnya di tempat tidur Taehyung.
Tidak lama dia mendudukkan tubuhnya, tiba-tiba suara dering ponsel berbunyi, Heechul meraih ponsel dari saku celananya. "Seokjin" nama itulah yang tertera di layar ponsel.
"Seokjin-ah! Aku sudah menemukan Taehyung. Dia berada di paviliun mendiang kakeknya. Secepat mungkin aku akan membawanya kembali ke Seoul." Heechul tidak perlu bertanya untuk kedua kalinya, dia begitu yakin bahwa itulah yang diharapkan oleh seokjin.
Dari seberang telpon dapat Heechul dengar desah panjang seokjin, menandakan bahwa dia merasa lega dengan info yang diberikan olehnya. "Terimakasih paman. Kuharap sebelum tengah hari kalian sudah kembali. Aku sudah menyiapkan konferensi pers, kita harus menyelesaikan segalanya secepat mungkin. Sekali lagi terimakasih paman Kim." Ucap seokjin berulang-ulang.
.
.
.
.
.30menit berlalu, Taehyung telah kembali ke kamar dengan kondisi lebih segar. Tidak ada lagi aroma alkohol dan aroma busuk dari tubuhnya, meskipun wajahnya masih terlihat kacau. Sembab, benar-benar mengerikan.
Taehyung berjalan menuruni anak tangga, sembari memegang kepalanya yang masih berdenyut kesakitan. Pandangannya berhambur kesekeliling, mencari keberadaan kedua orang tuanya.
Aroma sup menerobos masuk kedalam Indra penciumannya. Dia yakin aroma tersebut berasal dari sup penghilang efek minuman yang dibuat oleh ibunya. Tanpa menunggu lama dia segera berjalan ke dapur. Benar saja, disana Yoona, ibu Taehyung sedang berkutat pada hidangan-hidangan untuk makan siang mereka.
Yoona menyadari keberadaan Taehyung disekitar dari langkah kakinya, tanpa menoleh dia berkata. . "Kau sudah lebih segar. . ., Tunggu 5menit lagi dan semua akan siap. Duduklah lebih dulu, ayah akan bergabung dengan kita begitu urusannya selesai."
Tidak ada tanggapan, Taehyung hanya berjalan menuju meja makan dan mengambil posisinya. "Kuharap kau tidak marah pada ayahmu, dia memang selalu begitu. Akan gila jika menyangkut anggota keluarganya. Dita begitu dicintai tapi kau melukainya sampai sejauh ini. . . . Apa kau sudah menghubunginya hemm? Apa kau sudah bertanya tentang kabarnya.?!" Yoona terus berbicara tanpa melihat perubahan raut wajah dari anaknya.
Sebelum Taehyung bisa membuka mulutnya, Kim Heechul sudah lebih dulu kembali dan membuatnya mengurungkan niat untuk berbicara. Heechul mengambil tempat duduk kepala keluarga.
"Selesaikan makanmu dengan cepat, kita harus kembali ke Seoul sebelum sore. Akan ada konferensi pers yang dipersiapkan untuk mu. . ."
"Konferensi apa? Untuk apa?" Tanya Taehyung kebingungan.
"Kami telah melakukan penyelidikan secara menyeluruh, mulai dari kecelakaan Dita sampai pada kehamilan Somi. Semuanya tidak terikat denganmu ataupun Dita. Segalanya murni siasat jeon Somi, bahkan keluarga dari ayah angkat Somi mengambil peran dalam penyelidikan ini. Kalian berdua hanya orang lewat yang tanpa sengaja terseret kedalam konflik mereka."
"Tunggu. . . Tunggu. . . . Jadi maksud ayah, akun-akun bukan ayah dari bayi yang dikandung Somi.?" Pikiran Taehyung terasa rumit.
"Jeon Somi hamil 2.5bulan dan kau melakukannya satu bulan yang lalu, kecuali kau bisa mentransfer spermamu melalui email atau Kakao. 2.5 bulan bisa saja terjadi. . ." Gurau Heechul dengan wajah serius.
Taehyung mengumpat pelan mendengar humor ayahnya. "Aku serius, tuan Kim!"
Heechul membuka lebar matanya. "Apa wajahku terlihat sedang bercanda, tuan muda Kim?!"
Brak!!
"Hentikan! Sebelum sendok nasi ini mengenai kepala kalian berdua" ancam Yoona menengahi percekcokan diantara ayah dan anak.
Taehyung menyendok makanannya dalam ukuran besar, dia ingin segera menyelesaikannya dan kembali ke Seoul secepat mungkin. "Aku selesai. . . Bisakah kita kembali sekarang, hum?!" Tanyanya dengan wajah lugu penuh antusiasme.
Heechul memicingkan matanya. "Apa matamu mulai bermasalah, anak ku? Heol! Bahkan aku belum menjejalkan satu biji nasi kedalam mulutku dan kau sudah memaksaku.?!"
Taehyung merotasikan matanya. "Eoh ayolah pak tua. . . Kenapa kau semakin lamban. Cepat selesaikan, aku akan menunggumu didepan. ." Kata Taehyung, berdiri hendak pergi meninggalkan ruang makan.
"Tae! Beberapa hari ini, semua temanmu terus berusaha menelpon mu. . ."
"Aku menghancurkan ponselku, ibu. Saat semua selesai aku akan segera membeli yang baru." Jelas Taehyung sebelum benar- benar meninggalkan ruang makan.
Yoona menghela nafas panjang. . . . "Kuharap semua akan segera baik-baik saja. Kuharap tidak ada lagi kesakitan untuk semua orang."
"Aku juga berharap demikian." Kata Heechul menimpali harapan dari istrinya.
.
.
.
.
.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
terimakasih untuk waktumu
Fanfictionjika orang berfikir menikahi seorang CEO tampan, pendiam dan sempurna adalah hal terbaik sepanjang hidupmu, tapi tidak denganku. aku begitu mencintai suamiku, aku melakukan segala hal agar aku bisa bersanding dengannya. namun hal ini menjadi semakin...